
Di antara sejumlah korporasi yang sejak awal sangat sadar pentingnya melakukan digitalisasi bisnis, ada PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Enseval adalah anak usaha Kalbe Farma Group yang berbisnis di bidang distribusi dan logistik kesehatan, farmasi, fast moving consumer goods (FMCG), dan bahan baku obat.
Banyak perusahaan lain yang baru tersadar untuk melakukan transformasi digital setelah terantuk pandemi Covid-19 dan operasional bisnis tak bisa berjalan maksimal. Enseval berbeda. Perusahaan ini sudah mulai tancap gas melakukan transformasi digital empat tahun sebelum pandemi.
“Kami di Enseval telah memulai transformasi digital sebelum pandemi Covid-19, yaitu sejak tahun 2016,” kata Patrick Atmadjaja, President Director PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Keseriusan dan alasan Enseval untuk melakukan transformasi digital sangat masuk akal.
Dari sisi skala bisnis dan operasional, bisnis Enseval semakin menggurita. Raksasa distribusi yang pada tahun buku 2022 meraih penjualan neto sebesar Rp 28,02 triliun ini memang membutuhkan teknologi untuk menopang operasional bisnisnya agar semakin efisien, cepat, dan lincah. Apalagi, titik distribusi, SDM, aset, dan armada yang dikelolanya semakin menggurita.
Ada beberapa faktor kunci yang melandasi Enseval melakukan transformasi digital. “Market berubah cepat, persaingan bisnis yang semakin kompleks. Terjadi shifting customer behavior yang didorong oleh generasi milenial yang tech savvy dan mengedepankan kemudahan,” Patrick menjelaskan.
Bahkan, tak hanya itu, ditemukan pula pain point pada pelanggan, seperti keterbatasan akses terhadap produk dan layanan dan keterbatasan visibility untuk memonitor pemenuhan pesanan secara real-time. “Tantangan kami, bagaimana bisa memberikan solusi atas pain point pelanggan yang ingin melakukan order secara real-time dan mudah,” kata pria yang berpengalaman puluhan tahun di bidang distribusi FMCG itu.
Karena itulah, Enseval kemudian melakukan transformasi digital secara end to end agar bisa memberikan layanan solusi supply chain secara total untuk produk farmasi dan kesehatan. Digitalisasi kemudian dilakukan dengan mengembangkan model bisnis dari B2B ke B2B2C (Business to Business to Customer), dengan cara me-leverage teknologi digital.
Selain untuk memberikan solusi dan mengatasi pain point pelanggan dan prinsipal, digitalisasi dimaksudkan pula untuk meningkatkan customer experience dalam bentuk layanan yang lebih mudah, cepat, transparan, dan dapat diandalkan. “Juga untuk menciptakan competitive advantage dan menghasilkan sustainable business growth,” ungkap Patrick.
Pada praktiknya, transformasi digital yang dijalankan sejak 2016 telah menghasilkan beberapa hal besar. Misalnya, Enseval sukses mengembangkan EMOS, platform B2B untuk order management produk farmasi dan kesehatan.
Platfrom ini termasuk pionir di bisnis B2B farmasi dan kini menjadi market leader di segmennya. Aplikasi EMOS kini sudah digunakan banyak pelanggan B2B Enseval yang memesan obat secara elektronik, cukup melalui aplikasi tersebut.
Tak hanya itu. Pada 2019, Enseval meluncurkan MOSTRANS, platform layanan total logistik untuk B2B di pasar farmasi dan kesehatan di Indonesia. MOSTRANS menjembatani layanan pengangkutan dan pergudangan pada produk kesehatan melalui sebuah platform.
Di dalamnya tercakup fungsi-fungsi transportasi full truck dan konsolidasi, pembiayaan rantai pasok, serta manajemen armada transportasi, guna memfasilitasi transaksi antara perusahaan transportasi darat/laut dan para prinsipal serta distributor produk kesehatan.
MOSTRANS yang dikelola anak usaha Enseval, PT Mostrans Global Digilog, telah menjalin kerjasama dengan lebih dari 70 transporter dan shipper, dan mengelola lebih dari 5.000 armada truk. Dalam mengembangkan layanan logistik berbasis platform ini, Enseval menggandeng PT Samudera Indonesia Tbk. untuk melakukan investasi bersama (joint venture).
Yang pasti, platform solusi total logistik itu pun sudah digunakan banyak pelanggan B2B. Sehingga, manajemen Enseval berani mengklaim bahwa MOSTRANS juga telah menjadi pemimpin pasar di industrinya.
Hasil nyata dari transformasi digital di Enseval tak hanya dalam bentuk EMOS yang tumbuh baik di segmen B2B order management platform dan MOSTRANS yang makin eksis di B2B logistic total solution platform. Pasalnya, Enseval juga sudah bermain di segmen B2C.
Diam-diam, Enseval sudah mengembangkan aplikasi Mitrasana Online Store sebagai O2O pharmacy chain yang saat ini telah memiliki banyak pelanggan B2C. Mitrasana diposisikan sebagai online marketplace dan telemedicine, dan telah didukung 10 fulfllment center dan 15 apotek yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Selain telah menelurkan beberapa platform yang kini menjadi bisnis-bisnis baru, tak lupa, transformasi digital di Enseval juga dilakukan dengan membangun core system dan berinvestasi pada infrastruktur teknologi informasi (TI). Enseval pun mengembangkan operational control tower untuk memonitor end to end proses bisnis di seluruh cabang Enseval.
Maklum, per 31 Desember 2022, Enseval setidaknya sudah mengoperasikan 71 cabang, tersebar dari Banda Aceh sampai ke Jayapura, yang harus dimonitor dan dikontrol dengan baik. Ini belum termasuk tiga pusat distribusi berupa gudang besar yang berada di Jakarta, Cikarang, dan Surabaya yang masing-masing dilengkapi dengan armada pengiriman dan personel operasional yang lengkap.
Transformasi yang dilakukan Enseval setidaknya meliputi tiga aspek utama, yaitu people, process, dan technology. Sementara itu, proses transformasinya dijalankan dengan beberapa fase.
Fase pertama, mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Pada fase ini yang dilakukan ialah melakukan survei untuk mengetahui kebutuhan pelanggan dan melakukan brainstorming untuk menentukan apa yang bisa dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pelanggan.
Setelah tahu apa yang harus dilakukan, dimunculkan komitmen dari manajemen untuk memulai transformasi digital, kemudian mulai merekrut tim yang dedicated sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. “Pada awal, timnya hanya dengan delapan orang, tapi sekarang sudah menjadi dua PT,” kata Patrick.
Diakuinya, proses paling menantang dalam melakukan transformasi digital adalah dari aspek people, baik internal maupun eksternal. “Terutama, karena people mindset yang enggan melakukan perubahan dan lebih nyaman berada dalam status quo. Ada ketakutan perannya tergantikan oleh teknologi dan kurangnya kompetensi digital untuk menunjang transformasi digital,” dia menjelaskan.
Sebab itu, untuk mengatasi tantangan tersebut, manajemen puncak perlu memberikan full commitment dan harus mendorong keterlibatan semua pihak. Change management perlu diterapkan secara konsisten dengan dibarengi proses edukasi.
Pernyataan Patrick sejalan dengan Berty Argiyantari, Chief Of Executive Mostrans. Berty menjelaskan, proses paling menantang adalah pekerjaan edukasi. Contohnya, dalam mengedukasi penggunaan aplikasi MOSTRANS sebagai platform transportasi online yang menghubungkan shipper, transporter, dan penerima barang, pihaknya mengedukasi konsumen bagaimana benefit MOSTRANS dalam membantu melakukan tracking dan mengukur delivery dengan baik.
“Yang paling menantang, edukasi ke para driver,” ujar Berty. Dia menyebutkan, sekarang 100% driver-nya sudah menggunakan aplikasi ini dan melibatkan sekitar 2.000 truk.
Hal yang sama dilakukan ketika mengenalkan EMOS. Diakui Timotius Samanuli, Direktur PT Emos Global Digital, ketika para tenaga penjualan (salesman)-nya memperkenalkan teknologi ini, awalnya justru dianggap seperti bunuh diri karena seakan-akan fungsi salesman akan digantikan.
Selain itu, juga mesti menghadapi situasi di mana outlet-outlet sudah punya hubungan yang kuat dengan salesman. “Jadi, kami harus bisa menjelaskan kepada mereka bahwa aplikasi ini untuk melengkapi salesman,” kata Timotius.
Karena itu, menurut Patrick, dalam transformasi digital memang butuh komitmen kuat dari manajemen puncak. Manajemen terus membangun komunikasi dua arah secara konsisten dengan seluruh karyawan terkait awareness mengenai pentingnya beradaptasi untuk melakukan perubahan. Juga membangun awareness bahwa teknologi akan membawa dampak positif bagi setiap individu dalam melaksanakan pekerjaan (lebih mudah, lebih cepat, dan lebih akurat).
“Kami juga perlu melakukan reskilling dan upskilling agar setiap karyawan terus up to date terhadap perkembangan teknologi. Harus memiliki growth mindset dan learning agility,” Patrick menandaskan.
Pastinya, benefit dari transformasi digital yang dijalankan sudah sangat banyak. Misalnya, karena core system TI sudah terbangun, manajemen data dan keputusan menjadi lebih akurat, cepat, dan terintegrasi. Enseval memiliki kemampuan data management yang lebih baik sehingga bisa menghasilkan business insight dan data-driven decision making yang lebih baik.
Lalu, dengan adanya aplikasi order management, pelanggan B2B yang biasanya order harus melalui salesman kini cukup melalui aplikasi EMOS. “Dengan adanya EMOS, pelanggan lebih mudah, lebih cepat dalam melakukan order, serta meminimalkan out of stock karena pelanggan bisa melakukan order anytime anywhere,” katanya.
Belum lagi, EMOS juga bekerjasama dengan prinsipal untuk memberikan targeted digital promotion & loyalty program. Saat ini sudah lebih dari 90% dari apotek di seluruh Indonesia yang rutin bertransaksi menggunakan EMOS.
Melalui aplikasi MOSTRANS, pemilik barang dapat lebih mudah dan lebih cepat mengirimkan pesanan, serta dapat memonitor secara real-time proses pengiriman barang. Adapun perusahaan transportasi dapat memantau produktivitas armada dan end-to-end delivery process. Dan, melalui Mitrasana Online Store yang didukung oleh teknologi omnichannel, kini pelanggan obat-obatan juga lebih mudah dan lebih cepat dalam mengorder dan menerima produk kesehatan.
Dengan melakukan transformasi digital, Enseval dapat terus memberikan pelayanan terbaik kepada prinsipal dan pelanggan. Pelanggan B2B Enseval bisa dengan mudah order produk dan mudah memantau kualitas produk dalam pengiriman melalui sistem yang sudah dibuat.
Lebih dari itu, bagi Enseval, transformasi digital telah mendatangkan bisnis baru dan market baru yang lebih luas serta mendapatkan mitra strategis, yakni Samudera Indonesia. Para prinsipal baru yang concern dengan teknologi digital pun berdatangan.
Ya, secara bisnis, inovasi digital di Enseval sudah sangat berdampak. Terlebih ketika masa pandemi Covid-19, manfaat transformasi digital sangat terasa pada pelayanan pelanggan. Perusahaan tetap mampu memberikan akses ke produk kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Pelanggan tetap bisa melakukan order kapan pun dan di mana pun tanpa melakukan kontak fisik, cukup order melalui platform digital.
Dalam pengiriman logistik obat pun demikian. Emos dan Mostrans saat ini sudah di-spin off menjadi PT sendiri atau unit bisnis baru tersendiri. Yang menarik, untuk melakukan transformasi digital, Enseval tidak melibatkan konsultan TI karena semua aplikasi dikembangkan oleh tim inhouse. (*)
Before:
- Proses bisnis dan manajemen data secara end to end belum terintegrasi
- Muncul pain point dan kendala bagi pelanggan yang ingin bisa order cepat dan real-time
- Pelanggan B2B hanya bisa order pembelian produk melalui salesman
- Adanya keterbatasan visibility untuk memonitor pemenuhan pesanan
- Keterbatasan dalam kemampuan delivery produk farmasi yang diorder pelanggan
- Generasi milenial yang tech savvy kurang familier dengan cara kerja perusahaan
After:
- Proses bisnis secara end to end sudah terintegrasi
- Tidak ada lagi pain point bagi pelanggan yang ingin order cepat dan real-time
- Pelanggan B2B bisa dengan mudah order produk farmasi cukup dengan mengklik aplikasi, tak harus via salesman
- Sudah dibuat aplikasi untuk memfasilitasi pelanggan yang melakukan order dengan visibility yang baik dan mudah dimonitor
- Pengiriman produk farmasi yang diorder bisa cepat karena untuk pengantaran sudah disediakan platform logistik yang membantu pengiriman
- Generasi milenial lebih familier dan suka menggunakan aplikasi untuk membantu proses kerja mereka
Sudarmadi & Sri Niken Handayani