Green Companies zkumparan

GMF AeroAsia, Konservasi Energi pada Bisnis dan Lingkungan Kantor

Joko Purnomo, VP Corporate Affairs & HSE GMF AeroAsia (kiri) bersama Tim
Joko Purnomo, VP Corporate Affairs & HSE GMF AeroAsia (kiri) bersama Tim

Tahun 2018, PT GMF AeroAsia Tbk. mengusung sebuah tema terkait komitmennya terhadap lingkungan. Bunyinya: “Environmentally Sustainable Business to Increase Market Domination“. Di tahun itu, sebuah inisiatif tambahan dilakukan, yakni pemasangan solar cell untuk pembangkit listrik tenaga surya di sekitar kantor. Dikatakan inisiatif tambahan karena sebelumnya perusahaan telah menggelar sejumlah program terkait lingkungan. Di antaranya, areal hijau dengan vertical garden dan nursery, pemantauan lingkungan, juga yang sangat penting adalah pengelolaan limbah, air, dan material.

Joko Purnomo, VP Corporate Affairs & HSE GMF AeroAsia, menyatakan bahwa perusahaannya mengalokasikan dana sekitar US$ 253 ribu (Rp 3,5 miliar) untuk program keberlanjutan lingkungan. Rincian alokasinya: untuk penghijauan US$ 12 ribu, pelatihan HSE (Health, Safety, Environment) US$ 5 ribu, pengembangan masyarakat US$ 117 ribu, kontrol lingkungan US$ 109 ribu, dan pemantauan lingkungan US$ 10 ribu.

Khusus untuk kontrol lingkungan, Joko menjelaskan, GMF membangun fasilitas Industrial Waste Water Treatment untuk pembuangan limbah toilet dengan kapasitas 150 m3. Sementara itu, solar cell diterapkan pada atap gedung Maintenance Support Facility & Ground Support Equipment dengan kapasitas 1.238 MW pada tahun 2018. Tahun ini GMF berencana menambahnya pada tiap hangar dan atap parkiran mobil, yang diberi nama program 3,2 MW. “Data total Oktober, November, dan Desember 2018, kami menghemat biaya operasional Rp 892 juta dari solar cell ini, dengan efiisensi energi 861 ribu kWh, dan pengurangan emisi CO2 244 ton,” kata Joko.

Menyadari upaya menjadi green company juga berarti memperhatikan sisi operasional, GMF bertindak proaktif. Sebagai perusahaan di bidang perawatan pesawat, mereka mencoba menangani barang-barang yang telah kedaluwarsa. Caranya? Mengubah kebijakan kepada beberapa pemasok. “Ini terkait program recycle. Karena bergerak di bidang maintenance, banyak barang expired. Jadi, kami mengubah policy dengan beberapa supplier bahwa kalau barang itu expired, akan kami kembalikan ke mereka,” katanya menjelaskan.

Terkait pengelolaan limbah, perusahaan yang kini dipimpin oleh Tazar Marta Kurniawan itu juga berupaya lebih maju. Dalam mengolah kompos, misalnya, dilakukan di area nursery yang kemudian hasilnya dibagikan ke masyarakat sekitar. Lalu, penggunaan material B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) terus diturunkan. Untuk material B3 yang belum ada gantinya, dilakukan cara substitusi. Salah satunya, menggunakan teknologi water-based untuk paint scrapping (mengelupas cat pesawat), menggantikan soda api. Selanjutnya, agar pengolahan limbah lebih baik lagi, mereka juga menggandeng mitra pengolah limbah yang tersertifikasi.

Seluruh aktivitas ini tak terlepas dari komitmen CEO-nya. Joko menggambarkan tahun ini Direktur Utama GMF menargetkan area hijau di perusahaan, dan membuat sumber listrik alternatif, selain program yang sedang berjalan, yaitu Independent Power Plant, bekerjasama dengan salah satu vendor, menggunakan genset bertenaga gas. “Visi kami adalah konservasi energi. Kebijakan pengadaannya pun sudah berorientasi kelestarian lingkungan, baik berupa barang maupun vendor,” katanya. (*)

Yosa Maulana/Nisrina Salma

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved