Companies Green Companies zkumparan

RLU Ingin Menjadi Benchmark Industri Karet di Indonesia

Sebagai perusahaan pengolahan karet alam, PT Royal Lestari Utama (RLU) yang beroperasi sejak tahun 2015, sadar betul pentingnya sustainability, terlebih untuk kelestarian lingkungan sekitar. Menurut Sustainability General Manager PT Royal Lestari Utama, Yasmine Sagita Rafiq, tidak hanya profit, RLU juga menerapkan people, planet, dan products. Visinya juga menjadi benchmark bagi industri karet di Indonesia dan dunia.

Yasmine menjelaskan, area HTI (Hutan Tanaman Industri) yang dikelola memiliki rekam jejak deforestasi yang sangat panjang. Begitu juga dengan kapasitas tambahan dan implikasinya dalam masyarakat atau lingkungan sosial. “RLU akan memasok 10% kebutuhan karet alam Michelin ketika telah panen sepenuhnya. (saat ini baru sebagian kecil yang panen),” tambahnya. Menurutnya, RLU merupakan perusahan joint venture antara Barito Pacific Group dan Michelline Group dengan wilayah konsensi Jambi seluas 70 ribu hektar dan daerah Kalimantan Timur seluas 18 ribu hektar.

RLU juga melakukan kemitraan dengan berbagai macam pemangku kepentingan, salah satunya World Wide Fund (WWF). Laporan mengenai social & environment perusahaan secara berkala dilakukakan oleh perusahaan. Area tersebut merupakan bagian dari “koridor rimba” yang didesain sebagai 1 dari 5 area nasional untuk ekosistem berdasarkan rencana tata ruang dan didesain untuk inisiatif green economy. Untuk proyek ini, RLU telah berkomitmen bersama WWF untuk memproteksi 9 ribu hektar hutan dengan nilai konservasi tinggi dan hutan yang memiliki stok karbon tinggi seluas hampir 20.000 hektar di Jambi dan Kalimantan Timur.

Dalam jangka panjang keberadaan operasional RLU diestimasikan dapat membuka sebesar 16,000 kesempatan kerja bagi masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung. Gunanya? untuk meningkatkan kualitas kehidupan, pendidikan serta menintegrasikan mereka ke dalam value chain perusahaan. Dalam tata kelola lahannya, RLU berencana untuk mengubah area yang rusak berat akibat illegal logging, perambahan menjadi area produktif dan berkelanjutan melalui penghijauan dan penanaman karet.

RLU menolak suplai karet yang diambil dari pohon yang tumbuh dan dihasilkan secara ilegal. “Saat ini yang sudah kami capai dari visi tersebut di antaranya RLU telah mengubah konsesi yang sebelumnya rusak karena kegiatan illegal logging, praktek tebang bakar, menjadi areal yang produktif dan terlindungi, saat ini sudah tertanam seluas 18 ribu hektar,” ungkapnya.

Strategi dan inovasi RLU dalam lingkungan dan konservasi adalah menetapkan 34 ribu hektar perkebunan karet komersial, berkelanjutan, dan ramah satwa liar di luar daerah HCV (High Conservation Value) atau HCS (High Carbon Stock). “Lalu kami juga mengembangkan satu pabrik karet yang hemat energi dan menerapkan sistem verifikasi untuk suplai bahan baku karet. RLU juga merehabilitasi 8.900 hektar hutan alam dalam konservasi yang diamanatkan pemerintah dan daerah margasatwa tambahan di konsesi RLU,” ungkapnya.

Tercatat, 2.500 hektar cagar hutan telah dibangun RLU di dalam area konsesi di wilayah Jambi. RLU juga telah mendirikan WCA (wildlife conservation area) sebagai habitat yang aman bagi sekitar 120-150 gajah sumatera yang terancam punah dan mendirikan tujuh hektar lahan restorasi termasuk area pakan gajah.

Untuk CSR, bagaimana RLU menciptakan nilai tambah bagi petani lokal dengan memberikan akses bantuan kepada teknis, infrastruktur pertanian yang sudah ada, pelatihan pemanenan yang baik,menjamin harga beli yang layak, dan mengintegrasikan mereka dalam mekanisme rantai suplai perusahaan yang bertanggung jawab.

“Community development di 10 desa sekitar wilayah konsesi melibatkan lebih dari 200 orang warga desa. Pemberdayaan ekonomi melalui 10 koperasi desa dan pengusaha lokal juga dialakan oleh perusahaan,” jelas Yasmine.

Reportase: Arie Liliyah www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved