Companies Leaders Factory

Ivan Jaya, Jeli Meraup Cuan Orang Berada

Ivan Jaya, Jeli Meraup Cuan Orang Berada

Apa artinya kekayaan di mata Ivan Jaya, Head of Wealth Management, Citibank? Ya, tentu saja pundi-pundi rupiah. Sesungguhnya, Indonesia punya banyak orang tajir. Mereka membutuhkan beragam produk investasi agar kekayaannya terus menggunung.

Inilah ceruk bisnis yang digarap Ivan bersama timnya di Citibank. Apalagi, pemerintah tengah gencar mengampanyekan progam pengampunan pajak (tax amnesty). Potensi dana yang akan pulang ke Tanah Air tak tanggung-tanggung mencapai Rp 6.000 triliun.

“Bayangkan, kalau misalnya sedikit saja dari jumlah (dana) itu masuk ke Indonesia, membuat kami di dunia wealthness ini punya peluang besar untuk membantu mengelola uang-uang tersebut,” kata pria yang fokus di consumer banking ini.

Peraih gelar MBA dari Institut Teknologi Bandung itu melihat kebijakan pemerintah dan regulator, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga fundamental ekonomi yang kuat serta menawarkan beragam instrumen investasi, termasuk di luar negeri adalah peluang besar untuk bisnis wealth management.

ivan jaya

Terlebih, jumlah nasabah di bisnis ini masih minim. Contoh, nilai aktiva bersih di reksa dana baru mencapai Rp 260 triliun yang berasal dari 350.000 nasabah. Itu baru sekitar 0,7% dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa. Rasio masyarakat yang sudah mengakses dunia investasi di Malaysia jauh lebih baik yakni 33%.

“Kenapa Indonesia masih kecil? Pemahaman tentang dunia invesasi masih kecil. Selanjutnya, ketersediaan relationship manager di lapangan juga masih kurang. Apalagi, ada tarik-menarik antara satu bank dengan yang lain. Ini karena talent yang ada masih sedikit,” kata dia.

Jika masalah ini terselesaikan, lanjut dia, pertumbuhan industri wealth management ini akan melesat. Ivan dan tim di Citibank bertugas menyediakan solusi finansial dan produk untuk mengembangkan kekayaan nasabah kelas atas (high net worth individuals) dengan brand Citi Gold. Layanan ini setara dengan priority banking di bank-bank lain, seperti BCA Prioritas dan Mandiri Prioritas.

Mereka memberikan wealth advisory kepada para nasabah affluent ke atas setelah sebelumnya mengetahui profil risiko nasabah serta tujuan finansialnya. Selanjutnya, baru menawarakn produk investasi mulai dari produk tradisional seperti tabungan dan deposito, hingga produk yang kompleks seperti reksa dana, obligasi, dan valuta asing.

“Kami revamping Value Proposition Citi Gold. Berawal dari keinginan untuk memahami kebutuhan nasabah affluent, Citi Gold kami revamp menjadi 3 pilar yaitu Wealth Advisory, Global Banking, dan Reward Privilleges yang sesuai dengan lifestyle nasabah-nasabah,” katanya.

Citibank juga meluncurkan Off-Shore Equity Funds, yakni produk investasi di luar negeri. Mereka menjadi bank pertama yang memiliki produk ini setelah OJK mengizinkan nasabah untuk berinvestasi di luar negeri. Perseroan juga punya metode model portofolio, yakni menawarkan solusi finansial dari bank lain, untuk nasabah agar mampu mencapai tujuan finansial yang diinginkan.

“Saya selalu dekat dengan nasabah agar paham beragam model bisnis. Asal kita mau berinteraksi dan berkomunikasi dengan siapapun, akan menambah wawasan dan pembelajaran juga. Jadi, tak hanya classroom smart, tetapi juga street smart,” katanya.

Ivan mengawali karier sebagai bankir di American Express sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank di tahun 2005. Tujuh tahun dihabiskan di Stanchart, Ivan menerima pinangan ANZ sebagai Head of Business Planning dan Strategic selama dua tahun sebelum bergabung dengan Citibank pada 2013 lalu sebagai Marketing Head dan kini menjabat Head of Wealth Management. (Reportase: Raden Dibi Irnawan)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved