Companies Corporate Transformation zkumparan

Kunci Perubahan KAI: Komitemen Manajemen

CDD of Personnel Care, Control & Development PT KAI Indonesia, Wawan Ariyanto

Keberhasilan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dalam melakukan transformasi bisnis patut diacungi jempol. Menurut CDD of Personnel Care, Control & Development KAI, Wawan Ariyanto, lompatan tinggi KAI ini disertai tiga faktor dan sembilan dimensi transformasi sebagai pendahulunya.

Pertama, change management, antara lain manajemen perubahan pada identitas perusahaan. Visinya kini berubah, RELA (Ramah, Efisien, Lancar, Aman) berubah menjadi Integritas, Profesional, Keselamatan, Inovasi dan Pelayanan prima. Logo dan seragam karyawan juga berubah, logo yang dulunya berbentuk segi empat miring dengan warna dominan oranye, berubah seperti kereta api yang sedang melesat dengan penambahan warna biru. “Seragam karyawan dari warna abu-abu menjadi putih. “Kunci perubahan KAI adalah pada komitmen manajemen,” ujar Wawan.

Kedua, commitment management yang meliputi pembenahan sistem remunerasi yang membawa konsekuensi penanganan sumber daya manusia. Dulu, sistem penggajian sama dengan pegawai negeri. Sekarang agar produktivitas meningkat, diterapkan sistem remunerasi baru dengan meniadakan senioritas. “Dulu dikenal urut kacang, sekarang sudah ada career path dan menerapkan pro hire,” ungkapnya.

Disadari gap pendidikan karyawan KAI sangat besar, banyak yang pendidikannya rendah. Mengatasi ketertinggalan ini langkah cepat KAI dengan melakukan benchmark ke luar negeri untuk karyawannya. Belum lama ini, KAI mengirimkan 200 karyawanya ke Australia untuk belajar. Tujuannya, terkait dengan tahun keselamatan di 2018, seluruh pegawai KAI turun ke bawah, memberikan perhatian kepada hal itu. Diadakan piket Sabtu-Minggu untuk level manajerial agar tahu yang terjadi di bawah. Transformasi terkait commitment management benar-benar menjadi perhatian.

Terkait dengan SDM, KAI begitu menekankan soal integritas. Karena, menurut Wawan, inilah yang akan menjaga KAI terus maju. Adapun terkait dnegan kompetensi, maka yang ditekankan adalah soal kepemimpinan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, orientasi hasil, daya tahan, keahlian bisnis, dan mengembangkan orang lain. Untuk kompetensi lainnya yang perlu dikembangkan, antara lain berpikir analitis, kreatif, dorongan berprestasi, mencari informasi, komitmen organisasi, dan komitmen belajar.

Ketiga, implementasi Teknologi Informasi (TI) disadari KAI begitu penting untuk melakukan perubahan yang cepat. Dukungan TI yang sigap mengharuskan perusahaan untuk melakukan standarisasi TI di semua elemen, mulai dari restrukturisasi organisasi hingga penerapan website, mobile application, dan media sosial yang lebih baik. “KAI juga menerapkan pro hire terutama dalam mengejar ketertinggalan di bidang TI. Karena memang existing banyak hal yang perlu dibenahi seperti penertiban aset dan low enforcement sebelumnya,” jelas Wawan yang ikut dalam proses transformasi KAI sejak awal.

Kini, nomor induk seluruh pegawai KAI telah disertai info email, sehingga masalah apapun yang terjadi dari ujung Banyuwangi hingga Aceh akan tahu. SAP juga telah diterapkan untuk operasi yang lebih cepat. “Sudah 9 SAP yang kami jalankan. Implementasi aplikasi bisnis juga. Sampai pemeriksaan tiket tidak ada lagi. Dengan penerapan CSB, yang dilakukan pengecekan yang diskon saja. E-boarding juga sudah diterapkan. Ada KAI Access sehingga tidak perlu e-boarding,” paparnya.

Ujungnya yang pasti dari transformasi ini adalah orientasi pasar yang ingin dibidik KAI. Model business canvas telah diterapkan KAI dengan melihat segmen pelanggan dan mendengarkan apa yang dibutuhkan serta cost structure. “Dulu cara pemasarannya adalah 4P (product, price, place, promotion), dengan kompetitor utamanya adalah pesawat dan bus. Sekarang, tidak lagi sejak menerapkan TI, yang dilihat bukan moda transportasinya melainkan lebih pada waktu tempuh, tingat kenyamanan, tingkat pelayanan, dan sebagainya. Akhirnya kami fokus pada kekuatan kami,” lanjutnya.

Dengan menerapkan model bisnis KAI yang lebih tepat, perseroan mampu mendorong efisiensi. Kolaborasipun terbuka lebar dengan menggandeng beberapa kanal penjualan tiket lebih banyak lagi. Terkahir kolaborasi yang dilakukan dengan Traveloka, setelah sebelumnya dengan jaringan minimarket. “Ini membuat penumpang jarak jauh meningkat pesat. Rata-rata rate okupansinya 120-150%,” ungkapnya. Hal ini membuktikan adanya tren peningkatan penumpang kereta.

Reportase: Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved