Companies

Mayora, Terus Berinovasi karena Terobsesi pada Konsumen

Ricky Afrianto, Global Marketing Director PT Mayora Indah Tbk.
Ricky Afrianto, Global Marketing Director PT Mayora Indah Tbk.

“Satu lagi dari Mayora”. Slogan Mayora Group ini sudah cukup dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya pemirsa televisi.

Boleh dibilang, perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) asli Indonesia ini tak henti berinovasi. Bukan hanya inovasi dalam bentuk produk, melainkan juga dalam hal proses bisnis. “Inovasi telah menjadi DNA bagi Mayora Group, sebab tanpa inovasi tidak akan ada progress atau breakthrough,” kata Ricky Afrianto, Global Marketing Director PT Mayora Indah Tbk.

Hingga kini Mayora Group telah memiliki delapan kategori produk, yaitu biskuit, wafer & cokelat, permen, kopi, sereal, beverages, makanan instan, dan home care products. Keberagaman produk tersebut juga didukung dengan kinerja yang baik hingga produk-produknya bisa leading pada kategori masing-masing.

“Strategi inovasi kami lakukan untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen,” ujar Ricky. “Mayora terobsesi dengan konsumen, bukan terobsesi dengan kompetisi. Tujuan kami bagaimana membuat konsumen sehat dan tertawa,” tambahnya.

Menurut Ricky, manajemen perusahaan tidak pernah menolak ide dari siapa pun. Bagi Mayora, semua konsumen adalah marketer. Karyawan juga merupakan konsumen produk-produk Mayora. Jadi, masukan ide tidak pernah dibatasi pada departemen Research & Development (R&D) saja. “Ide inovasi tidak harus datang dari top management, tapi wajib didukung oleh top management,” katanya tandas.

Untuk itu, manajemen Mayora memberdayakan karyawan dan memberikan keleluasaan kepada mereka untuk memberikan ide. Jika dinilai dapat memecahkan masalah pada konsumen, suatu ide akan diterima. Ide-ide tersebut lalu ditampung di setiap regular meeting, yang kemudian akan dimasukkan dalam “kolam ide” NPD (New Product Development).

Inovasi yang dilakukan tidak terbatas pada penciptaan produk baru, tapi bisa juga peningkatan terhadap existing product, serta inovasi komunikasi, pemasaran, dan proses bisnis. Contohnya, merek Le Minerale yang membangun ekosistem ekonomi sirkular untuk mendorong utilisasi daur ulang plastik.

Sebagai contoh inovasi komunikasi, Kopiko menjadi merek Indonesia pertama yang muncul di drama Korea terkenal, seperti Vincenzo, Hometown Cha-Cha-Cha, Mine, dan Little Women. Brand placement Kopiko di drama Korea ini menjadi upaya memperkokoh posisinya sebagai merek global sekaligus membuat bangga masyarakat Indonesia terhadap merek asli negerinya.

Pengembangan produk baru (NPD) di Mayora dimulai dari proses ideation, kemudian concept, feasibility study, commercialization, dan launching. Tahapan ini, Ricky mengungkapkan, durasinya bervariasi. Jika inovasinya sederhana, cukup memakan waktu kurang dari tiga bulan. Namun jika inovasinya kompleks, bisa mencapai 1-2 tahun.

Di samping inovasi, kunci keberhasilan Mayora dalam menjalankan usahanya adalah fokus pada kualitas dan efisiensi. Dikatakan Ricky, Mayora selalu memprioritaskan hasil produksi untuk kepuasan konsumen, dengan senantiasa memberikan kualitas produk yang dapat dibanggakan. “Jangan pernah bermain-main dengan kualitas. Karena kalau kualitas jelek, konsumen tidak akan kembali,” ia menegaskan.

Begitu pula dengan efisiensi. Mayora Group meyakini jika perusahaan tidak efisien, akan ada kompetitor yang dapat men-deliver lebih baik.

Apalagi, Mayora Group tidak hanya melayani pasar dalam negeri, tapi juga pasar internasional, di lebih dari 100 negara tujuan ekspor. Sebagai contoh, Kopiko Coffee sudah berprestasi luar biasa di Filipina dengan menjadi market leader, mengalahkan perusahaan multinasional dan pemain lokal besar di sana.

“Inovasi telah menjadi DNA bagi Mayora Group, sebab tanpa inovasi tidak akan ada progress atau breakthrough.”

Ricky Afrianto, Global Marketing Director PT Mayora Indah Tbk.

Torabika Cappuccino juga diklaim sebagai merek kapucino Indonesia terbesar di dunia. “Setiap masuk ke suatu negara, Mayora harus yakin bahwa produk tersebut bisa diterima di masyarakat setempat,” kata Ricky.

Di samping produk, menurutnya, hal penting lainnya adalah konsep. Terkadang konsep di Indonesia berbeda dengan konsep di negara lain. Misalnya, produk Kopiko dengan konsep “biji kopi pilihan dari Indonesia” akan dianggap biasa di pasar nasional, tetapi di negara lain, seperti Rusia, akan sangat diapresiasi.

Faktor penting lainnya adalah komitmen untuk membangun merek. Terobsesi terhadap konsumen juga berlaku. Misalnya, jika ingin masuk ke China, tim Mayora harus mengetahui konsumen di Negeri Tirai Bambu itu seperti apa.

Perusahaan yang berdiri sejak 1977 ini ingin membangun merek-merek di bawah naungannya menjadi global brand. “Kami menargetkan merek asli Indonesia yang dimiliki orang Indonesia bisa bersaing di kancah merek secara global,” ujar Ricky.

Contohnya, Kopiko sudah dikenal di luar negeri, tapi pihaknya ingin memperkuat posisi merek tersebut sebagai iconic global brand. “Kami yakin, di samping ini sebuah mimpi perusahaan, kami juga ingin bangsa Indonesia punya brand kelas dunia,” ungkapnya.

Tahun ini Mayora menargetkan semua mereknya tetap tumbuh dua digit. Merek-merek besar yang menjadi prioritas antara lain Energen, Beng Beng, Roma, Torabika, dan Le Minerale. Selain itu, Mayora juga akan terus mengembangkan merek-merek baru seperti Kalpa, Susu Tujuh Kurma, dan Champion. “Kami melihat potensi-potensi untuk future growth, baik pada tahun ini maupun ke depannya,” kata Ricky optimistis. (*)

Jeihan K. Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved