Companies GCG Companies zkumparan

Praktik GCG di Anak Usaha Bank Mandiri

Praktik GCG di Anak Usaha Bank Mandiri

Ni Nyoman Trinasari, Chief of Operations PT AXA Mandiri Financial Services.

Bank Mandiri dan anak usahanya menjalankan good corporate governance (GCG) secara terintegrasi pada seluruh proses bisnisnya. Ini sejalan dengan peraturan OJK No. 18/POJK.03/2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan di Indonesia.

Praktik GCG di Grup Bank Mandiri itu dijalankan oleh anak usaha perbankan maupun non bank. Untuk bidang asuransi, pembiayaan dan pasar modal, meliputi PT AXA Mandiri Financial Services, PT Mandiri AXA General Insurance, PT Mandiri Sekuritas, PT Mandiri Manajemen Investasi, PT Mandiri Tunas Finance, dan PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia. Implementasi GCG ini guna peningkatan dan perkembangan bisnis untuk masa depan.

PT AXA Mandiri Financial Services, PT Mandiri AXA General Insurance, dan PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia adalah anak usaha di bidang asuransi yang melakukan transformasi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan. Mereka melakukan transformasi di bidang produk, budaya, SDM, pelayanan, organisasi, teknologi, dan sebagainya.

Ni Nyoman Trinasari, Chief of Operations PT AXA Mandiri Financial Services, menjelaskan, perusahaan patungan Bank Mandiri dan AXA Group ini melakukan transformasinya di 10 lini area, yaitu layanan digital, distribusi, kesehatan & proteksi, human resources & budaya, sistem Teknologi Informasi, data, efisiensi, pengalaman nasabah, dan offer (dokumen atau produk). Transformasi ini dilakukan sekaligus untuk menciptakan nilai bagi stakeholder untuk prospek jangka panjang.

Dalam pelaksanaan GCG, menurut Ni Nyoman, AXA Mandiri menerapkan prinsip Three Lines of Defense untuk sistem pengendalian internal yang terintegrasi dengan manajemen risiko. “Garis pertahanan utama adalah direksi dan seluruh karyawan AXA Mandiri. Kedua, manajemen risiko, kepatuhan, dan hukum. Ketiga, internal dan eksternal audit,” ujarnya.

Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi, Endang Astharanti.

Begitu pula dengan anak usaha di pasar modal, yakni PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI). Menurut Endang Astharanti, Plt. Direktur Utama MMI, visi perseroan adalah menjadi The Most Innovative and Leading Asset Management Company di Indonesia. Ia menjelaskan ada dua hal yang diutamakan yaitu, inovatif dan pembiayaan dari sisi bisnis maupun persepsi di masyarakat. Yang menjadi area fokus perubahan bisnis adalah produk, yaitu fund performance dan pengembangan produk investasi alternatif.

“Karena kami ingin menciptakan bisnis yang inovatif, perubahan pertama yang kami lakukan adalah investment process dan menciptakan alternatif produk sebagai solusi. Kami juga memperkuat satu bisnis yaitu Alternative Investment Solution,” ungkapnya. Biasanya perusahaan investasi hanya memiliki jenis reksa dana di instrumen pasar modal, tetapi MMI memiliki kapabilitas untuk melakukan investasi di luar instrumen pasar modal, yaitu sektor riil seperti reksa dana penyertaan terbatas, KIK-EBA (Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset), dan KIK-DIRE (Kontrak Investasi Kolektif-Dana Investasi Real Estate).

Dari sisi distribusi, MMI melakukan laverage sinergi dengan Bank Mandiri dengan menggunakan 12 kantor wilayah sebagai agen distribusi untuk reksa dana dan usaha MIM serta pasar ASEAN juga akan dituju. Perubahan lainnya adalah aplikasi digital untuk segmen ritel dalam rangka memasarkan transaksi penjualan reksa dana bernama Moinves. “Infrastruktur, human capital juga dikembangkan untuk dapat kompetitif performanya,” ujarnya.

Hasilnya, sampai Juni 2017 total Asset Under Management (AUM ) tumbuh 22,3% dengan pencapaian sebesar 108,3%. Dilihat dari sisi pertumbuhan, MMI berada di peringkat ke-2 di antara lima besar pengelola reksa dana dengan pertumbuhan year to date paling tinggi sebesar 22,8%. “Market share reksa dana MMI kami sebesar 10%,” ungkap Endang.

Reportase: Yosa Maulana, Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved