SWA100

Emtek, Fokus Kembangkan Kekuatan Perusahaan dan Ekosistem Bisnis

Emtek, Fokus Kembangkan Kekuatan Perusahaan dan Ekosistem Bisnis
Sutanto Hartono, Managing Director Emtek.
Sutanto Hartono, Managing Director Emtek.

Sejumlah tantangan tengah dihadapi para pengelola perusahaan saat ini. Tantangan ini juga dirasakan oleh manajemen pengelola PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (Emtek). Misalnya, semakin meningkatnya harga komoditas di tingkat global membuat bahan baku makin mahal sehingga profit margin perusahaan berkurang. Karena itu, perusahaan pun dikelola secara lebih prudent dalam marketing spending.

Kemudian, terjadi koreksi capital market, terutama di industri startup, yang membuat beberapa perusahaan rintisan mengurangi biaya promosi. Koreksi capital market juga menjadikan fundraising lebih menantang untuk beberapa waktu ke depan. Selain itu,

kurs rupiah melemah dan terjadi peningkatan suku bunga yang memengaruhi daya beli masyarakat.

“Namun, kami optimistis mengingat bahwa sebagian besar dari bisnis kami adalah untuk pasar dalam negeri dan bergerak di consumer-related business,” kata Sutanto Hartono, Managing Director Emtek.

Menurutnya, Indonesia merupakan pasar yang memiliki konsumsi domestik yang tinggi dan relatif resilient terhadap faktor eksternal. Di awal kuartal III ini pun, sentimen pelaku bisnis di Indonesia sudah menunjukkan momentum yang positif.

Emtek sendiri memiliki jejak kesuksesan dalam melakukan fundraising. “Emtek memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan investor sehingga bisa melakukan berbagai corporate action, termasuk melakukan fundraising dengan baik,” kata Sutanto.

Contohnya, beberapa perusahaan di bawah Grup Emtek, antara lain Vidio.com, menerima series of investments masing-masing senilai US$ 150 juta di Oktober 2021 dan US$ 45 juta di Juni 2022. Kemudian, investasi di e-commerce, Bukalapak melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada l6 Agustus 2021 dengan mencatatkan 25.765.504.800 lembar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga penawaran Rp 850 per lembar saham.

“IPO tersebut menjadi momen bersejarah karena merupakan pertama kalinya sebuah perusahaan unicorn di Asia Tenggara melantai di bursa efek. Bukalapak bahkan berhasil memecahkan rekor dana terhimpun oleh sebuah perusahaan di BEI dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 21,9 triliun,” tutur Sutanto. Bukalapak makin mengukuhkan IPO-nya sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia dengan mencatatkan jumlah partisipasi investor terbanyak, yaitu 96 ribu investor.

Lalu, strategi bisnis seperti apa yang dijalankan, sehingga investor makin percaya untuk berinvestasi di saham Emtek? “Emtek terus mengembangkan keunggulan bisnisnya dengan fokus ke area-area yang sesuai dengan kekuatan Emtek dan membangun ekosistem yang memungkinkan terjadinya sinergi sehingga memberikan competitive advantage yang dominan,” Sutanto menjelaskan.

Dari sisi media, Emtek bertransformasi menjadi advertising dan content bisnis. Ini memungkinkan pihaknya mengembangkan kapabilitas untuk dapat meng-capture overall marketing budget di berbagai platform media.

Hal ini termasuk mengembangkan platform ke digital dan memperkuat kemampuan mengelola bisnis yang berkaitan dengan influencer, content creator, dan media sosial. Salah satunya, dengan berinvestasi di RANS Entertainment. Sehingga, Emtek makin mengukuhkan diri sebagai perusahaan yang cukup dominan, tidak hanya di platform media yang telah dimilikinya, tapi juga di platform media sosial.

Emtek juga membangun partnership dengan best talent dalam memproduksi konten, sehingga mampu lebih mandiri dalam memproduksi konten-konten terbaik untuk program hiburan televisi, film layar lebar, original series untuk platform video streaming (OTT), hingga membuat event offline dan online di berbagai platform media sosial. “Kami juga melakukan perpaduan yang optimal antara established business dan bisnis startup, sehingga overall cash flow tetap sehat dan profitabilitas juga bisa dijaga,” katanya.

Tak hanya itu, Emtek pun banyak melakukan ekpansi dan investasi, antara lain di bisnis rumah sakit dengan mengakuisisi OMNI Hospitals (2020), RS Grha Kedoya (2021), serta JEC Hospitals. Saat ini, Emtek memiliki sekitar delapan rumah sakit. Kemudian, Emtek banyak membenamkan investasinya pada sejumlah perusahaan startup, antara lain Grab, NIUM, Waresix, Pathology Asia, dan Carro.

“Investasi-investasi tersebut telah memberikan peningkatan kinerja keuangan secara konsolidasi pendapatan dan keuntungan operasional pada laporan keuangan konsolidasi Emtek, serta keuntungan investasi pada peningkatan harga wajar investasi-investasi yang sudah dilakukan,” ungkap Sutanto.

Ia mencontohkan Vidio dan Bukalapak (startup Grup Emtek), yang memiliki kinerja moncer. “Saat ini, kami melihat dalam dunia startup, fokus investor yang semula pada business growth telah berubah menjadi road to profitability, sehingga road to profitability ini yang menjadi fokus pengembangan ke depan dan Bukalapak juga sudah on the right track,” katanya. (*)

Dede Suryadi dan Jeihan Kahfi Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved