Capital Market & Investment SWA100

Low Tuck Kwong Mengantongi Rp 900 Juta dari Jual Saham BYAN

Low Tuck Kwong Mengantongi Rp 900 Juta dari Jual Saham BYAN
Ilustrasi foto : Vicky Rachman/SWA.

Dato’ Dr. Low Tuck Kwong pada 28 Juli 2022 menjual kepemilikan saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Miliarder dan konglomerat ini menjual saham BYAN sebanyak 30 ribu unit di harga Rp 30 ribu/saham pada periode tersebut.

Dengan begitu, Low Tuck Kwong memperoleh dana senilai Rp 900 juta dari penjualan 30 ribu saham BYAN ini. “Tujuan transaksi ialah divestasi dengan status kepemilikan saham langsung,” ujar Low Tuck Kong dalam dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Setelah transaksi atau penjualan emiten batubara ini maka Low Tuck Kwong memegang 2.032.385.330 saham BYAN atau 60,97% dari sebelumnya 2.032.415.330 unit (60,97%). Harga saham BYAN pada penutupan perdagangan di 3 Agustus 2022 ini turun sebesar 0,15% atau menjadi Rp 67 ribu dari perdagangan sebelumnya. Dengan demikian, Low Tuck Kwong menjual sahamnya itu di bawah harga pasar.

BYAN, emiten tambang batubara yang dimiliki Low Tuck Kwong, membukukan laba bersih pada 2021 senilai US$ 1,21 miliar atau melonjak sebesar 269% dibandingkan dengan laba bersih pada 2020 sebesar US$ 328,74 juta.

Saham BYAN, merujuk pemeringkatan SWA 100, mencetak kekayaan senilai Rp 29,78 triliun kepada pemegang sahamnya. Saham BYAN tercatat pada posisi keempat di jajaran SWA 100 di tahun 2022. Pemeringkatan yang disusun Stern Value Management (perusahaan konsultan value management dari Amerika Serikat) dan SWA Media Group ini menggunakan metodologi Wealth Added Index (WAI).

Sebelum dilakukan penghitungan WAI, terlebih dahulu dilakukan pemilihan terhadap 100 perusahaan berkapitalisasi pasar besar (big cap) tahun 2017. Penghitungan WAI sejak tahun ini mempertimbangkan penghitungan harian selama 5 tahun terakhir, yaitu mulai periode 2017 hingga 2021.

Kemudian, pasca penghitungan WAI pada 100 perusahaan tersebut, terdapat 27 perusahaan yang angka WAI-nya positif, dan sisanya negatif, termasuk sejumlah perusahaan papan atas di Indonesia. Artinya, 27 perusahaan dalam kelompok big cap yang berhasil meningkatkan value (kekayaan) bagi para pemegang sahamnya.

Perusahaan dapat menghasilkan WAI positif apabila total return yang dihasilkan untuk pemegang saham, atau total shareholder return (TSR), lebih tinggi dari cost of equity (CoE)-nya. CoE ini adalah tolok ukur tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) para pemegang saham atau investor.

Perusahaan menciptakan nilai untuk pemegang sahamnya hanya apabila tingkat pengembalian bagi pemegang saham (yang berasal dari kenaikan harga saham dan pembayaran dividen) lebih besar dari biaya ekuitasnya. Maka, hasil penghitungan WAI ini bisa menjadi salah satu acuan bagi investor dalam berventasi di pasar saham, terutama bagi investor yang berorientasi jangka panjang. Selain metodologi WAI, Stern Value Management juga yang sebelumnya telah mengembangkan metodologi EVA (Economic Value Added) untuk mengukur kinerja perusahaan, dan banyak digunakan oleh banyak perusahaan besar di dunia.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved