SWA100

PT Timah, Tetap Bisa Tebar Dividen di Masa Sulit

PT Timah, Tetap Bisa Tebar Dividen di Masa Sulit
Achmad Ardianto, Direktur Utama PT Timah Tbk.
Achmad Ardianto, Direktur Utama PT Timah Tbk.

Mengelola dan menjaga kinerja perusahaan berbasis komoditas seperti PT Timah Tbk. memang penuh tantangan. Bisa dimengerti kalau menjaga value perusahaan dan meningkatkan shareholder return di sektor ini juga tak mudah.

“Timah ini komoditas global, banyak dipengaruhi isu global. Seperti perang dagang China-Amerika yang berkepanjangan dan perang Rusia-Ukraina yang juga berdampak pada harga komoditas. Karena, 95% logam timah Indonesia memang untuk pasar ekspor,” kata Achmad Ardianto, Direktur Utama PT Timah Tbk. Termasuk di era pandemi Covid-19, permintaan pasar juga menurun karena industri hilir yang menjadi penggunanya pun mengalami berbagai pembatasan.

Untuk menjaga dan menaikkan nilai sahamnya, manajemen PT Timah terus berusaha meningkatkan kinerja dan fundamental bisnisnya. Perusahaan pelat merah ini menempuh sejumlah strategi, mulai dari mengoptimalisasi produksi, melakukan efisiensi di seluruh lini bisnis, mengembangkan usaha, dan menjalankan hilirisasi yang akan menjadi fokus perusahaan.

Efisiensi dilakukan semaksimal mungkin pada seluruh proses bisnis usaha guna menekan beban biaya, sehingga meski harga menunjukkan tren menurun, perusahaan masih bisa survive. “Selain itu, juga berupaya meningkatkan produksi dengan mengoptimalkan tambang laut,” ujar Achmad.

Terkait strategi investasi, PT Timah pun melakukannya dalam beberapa tahun terakhir. Di antaranya, pendirian teknologi peleburan baru Ausmelt yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Investasi ini perlu dilakukan sebagai upgrade teknologi untuk mengoptimalkan hasil produksi. Ausmelt akan mampu melebur timah kadar rendah, memiliki kapasitas yang lebih besar daripada sebelumnya, dan lebih ramah lingkungan.

Perusahaan ini juga berinvestasi dari sisi produksi. Yaitu, dengan menambah enam unit kapal isap produksi untuk memaksimalkan produksi timah di laut.

Dengan strategi yang ditempuh, PT Timah mampu menunjukkan performa yang baik. Pada tahun buku 2021, perusahaan ini berhasil membukukan laba Rp 1,3 triliun, dan pada kuartal I/2022 TINS masih bisa membukukan laba Rp 601 miliar. Dengan positifnya kinerja keuangan, investor juga menikmati hasil berupa pembagian dividen. “Tahun 2021 kami bisa membagikan 35% dari keuntungan atau setara Rp 455 miliar,” ujar Achmad.

Ke depan, isu global memang masih akan menjadi tantangan berat bagi PT Timah. Antara lain, sentimen negatif beruntun terkait jurang resesi, pengetatan moneter global, penghentian operasi sementara industri hilir yang berdampak pada penurunan harga, ancaman resesi ekonomi global, wacana pelarangan ekspor pada tahun 2023, hingga kenaikan tarif royalti progresif yang tentunya menjadi pertimbangan para investor.

Namun, manajemen PT Timah terus akan berupaya bisa meraih kepercayaan investor. Yaitu, dengan meningkatkan performa perusahaan, mengoptimalkan produksi, dan melakukan efisiensi.

“Kami optimistis, timah menjadi salah satu logam yang masih sangat dibutuhkan dunia, apalagi di era 5.0. Teknologi hi-tech masih sangat tergantung pada timah karena belum ada logam yang bisa menggantikan. Belum lagi untuk kebutuhan pengembangan mobil listrik ke depan,” kata Achmad. Saat ini timah dari Indonesia diekspor ke berbagai negara di Asia (54%) dan Eropa (30%), serta Amerika Serikat (11%). ***

Sudarmadi & Armiadi M.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved