Companies

Toyota Astra Motor, Berbasis Human-Centered Approach untuk Mobilitas

Toyota Astra Motor, Berbasis Human-Centered Approach untuk Mobilitas
Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran TAM.
Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran TAM.

Sebagai mobility company, tujuan segala inovasi yang dibuat PT Toyota Astra Motor (TAM) adalah menjadi solusi seputar mobilitas masyarakat. Yang menarik, dalam proses untuk meraih hal itu, TAM mengedepankan human-centered approach. Artinya: menggunakan customer point of view di setiap proses penciptaan inovasi.

“Kami mengutamakan aksesibilitas dan tingkat penggunaan masyarakat, karena inovasi atau perubahan apa pun yang tidak bisa diakses masyarakat luas tidak akan bisa bertahan dan sangat mungkin berujung sia-sia,” kata Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran TAM.

Pendekatan ini dilakukan karena pihaknya menyadari bahwa masyarakat Indonesia sangat beragam sehingga terdapat kebutuhan mobilitas yang beragam pula. Anton mengatakan, Direksi TAM senantiasa memanfaatkan berbagai kesempatan, baik di dalam maupun di luar lingkup Toyota, untuk bertukar pikiran, berbagi perspektif, hingga diskusi untuk mendapatkan sudut pandang demi terciptanya inovasi.

“Ide ini kemudian akan kami komunikasikan ke tim untuk meminta feedback. Butuh puluhan bahkan ratusan feedback dari orang-orang yang akan terlibat sebelum ide tersebut layak dilanjutkan ke tahap eksekusi,” ungkap Anton.

Dia mengatakan, salah satu contoh inovasi yang telah dihasilkan dari pendekatan ini adalah xEV dan Kinto. xEV merupakan istilah dari teknologi kendaraan elektrifikasi milik Toyota. Adapun Kinto merupakan program car usership dengan konsep subscription bulanan yang diperkenalkan pada akhir 2019 dan hingga kini telah meningkat sebesar 192%.

Pada dasarnya, Anton menyampaikan, tidak ada batasan bagi karyawan dalam mengemukakan ide. Siapa pun dapat memberikan ide seliar mungkin sesuai dengan imajinasi mereka asalkan sejalan dengan kondisi terkini dan mendukung tujuan untuk menghadirkan semangat “Mobility for All”.

Ide-ide itu kemudian diseleksi berdasarkan dampak yang akan dihasilkan, terutama yang terkait meningkatkan efisiensi pekerjaan, mengurangi biaya pekerjaan, mengembangkan SDM, hingga mengincar tujuan yang lebih besar seperti pengurangan emisi karbon lingkungan. “Siapa pun bisa berkontribusi dalam melakukan inovasi. Budaya inklusivitas ini dibangun demi memberikan kesempatan bagi seluruh insan Toyota untuk mencurahkan ide dan buah pikirnya demi kemajuan bersama,” katanya.

Lebih lanjut Anton menerangkan, spirit inovasi bisa terbentuk karena TAM memiliki budaya perusahaan Toyota Way yang berisi dua poin utama: respect for people dan continuous improvement. Prinsip continuous improvement mendorong karyawan mencari improvement baru yang bisa meningkatkan produktivitas dan efektivitas dalam bekerja.

Salah satu contohnya, setiap karyawan baru yang masuk akan membuat sebuah project improvement melalui Toyota Business Process. “Karyawan dilatih untuk selalu melakukan continuous improvement dalam kesehariannya. Ditambah berbagai training yang mendukung self development, serta beragam program yang menstimulasi inovasi,” dia menjelaskan.

Selain itu, karyawan TAM juga bisa ikut serta dalam beragam kompetisi inovasi di level grup Astra International ataupun Toyota Motor Company. Ada berbagai program self development, baik dalam lingkup perusahaan maupun antarperusahaan di grup Toyota dan Astra. “Kompetisi inovasi seperti InnovAstra menjaring inovasi-inovasi terbaik dari para insan Astra serta masyarakat luas,” ujar Anton.

Secara struktur, TAM memiliki tim R&D untuk pengembangan produk di bawah divisi Product Planning & Development. Tim Product Development memikirkan seputar desain produk, fitur, dan semacamnya. Namun, produk yang dikembangkan tidak sebatas produk-produk yang tangible, tetapi juga non-tangible seperti Telematics dan Active Safety Technology (Toyota Safety Sense). Customer Toyota bisa merasakan langsung dampaknya meski wujud barangnya tidak terlihat.

Kemudian, pada divisi Marketing Planning & New Business terdapat tim pengembangan layanan, lini bisnis baru, serta revenue stream baru yang bernama Digital & Mobility. Fokusnya adalah menciptakan berbagai inovasi dalam layanan Toyota agar mempermudah mobilitas masyarakat. Dalam bekerja, tim ini berkolaborasi dengan tiap departemen dalam melakukan proses ideation sehingga seluruh divisi akan terlibat dalam proses menghasilkan inovasi.

“Dalam penciptaan inovasi, tim-tim ini dipimpin langsung oleh BOD, karena project- project yang dibuat itu akan butuh approval mereka. Dengan berada di bawah pimpinan BOD, diharapkan inovasi yang dihasilkan tim bisa selalu align dengan nilai serta arah perusahaan dan kondisi makro lainnya,” Anton menjelaskan.

Setiap tahun, TAM senantiasa membuat minimal lima action plan yang berisi inovasi atau hal baru. Level departemen dan section akan membuat action plan masing-masing yang lebih spesifik sesuai dengan fungsinya.

“Ini belum termasuk improvement yang dilakukan on the fly ya, contohnya saat masuk ke era pandemi kemarin, kami coba berinovasi dengan menghadirkan Toyota Live Showroom untuk menyiasati rendahnya tingkat mobilitas masyarakat ke dealer kami,” katanya.

Ke depan, inovasi di TAM juga diarahkan sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia untuk mencapai carbon neutrality. Artinya, TAM punya target bisa menghadirkan sebuah green mobility yang ramah lingkungan sebagai solusi mobilitas masyarakat yang bisa diandalkan.

“Konsep ini sebenarnya sudah kami coba aplikasikan ke sebuah kota eksperimen bernama Woven City di Jepang, yang mulai dibangun tahun 2020 berdasarkan konsep masa depan Toyota, yaitu Connected, Autonomous, Shared, and Electric. Ini menjadi gambaran nyata konsep mobilitas masa depan yang diusung Toyota,” kata Anton. (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved