Leaders

Batara Sianturi, Selamatkan Citi Hongaria dari Krisis Finansial Euro Zone

Batara Sianturi, Selamatkan Citi Hongaria dari Krisis Finansial Euro Zone
Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia.

Menjabat sebagai Regional Head Citi Hongaria periode 2008-2013, Batara Sianturi menyimpan momen tak terlupakan ketika harus berhadapan dengan krisis finansial di zona Euro yang melanda Eropa Tengah dan Timur. Krisis akibat melemahnya mata uang Hongaria terhadap mata uang EUR dan SFR tersebut tidak saja menyebabkan rating investasi negara itu turun dari investment grade menjadi non-investment grade, tetapi juga mengakibatkan banyak bank mengalami kerugian. Namun, berkat sikap Batara yang prudent saat memimpin Citi Hongaria plus tim yang hebat, bank yang dipimpinnya tetap mencetak laba.

Apa pelajaran yang bisa dipetik dari momen kepemimpinan tersebut? “Selain pentingnya menerapkan prinsip kehati-hatian, memberdayakan anggota tim yang beragam terbukti dapat memberikan kontribusi yang optimal,” kata bankir yang merintis karier di Citibank sejak 1988 ini. Selepas dari memimpin Citi Hongaria, Batara dipercaya memimpin Citi Philippines periode 2013-2015. Selanjutnya, pada Juni 2015 Batara dipulangkan ke Indonesia menjadi CEO Citi Indonesia hingga sekarang.

Berikut ini petikan wawancara SWA dengan Batara terkait leadership moment ketika memimpin Citi Hongaria.

Seperti apa gambaran momen krusial yang pernah Anda hadapi dan apa dampaknya jika tidak diambil keputusan secara cepat, tepat, dan berani?

Selama periode 2008-2013, saya menjabat sebagai Regional Head Citi untuk Hongaria dan 12 negara lainnya di Eropa Tengah dan Timur (Serbia, Montenegro, Bosnia, Macedonia, Albania, Kroasia, Slovenia, Estonia, Lithuania, Latvia, Belarus, dan Moldova). Pada saat yang sama, saya juga menjabat sebagai CEO Citi Hongaria.

Masa jabatan saya di Hongaria bertepatan dengan terjadinya Euro Zone financial crisis, di mana perekonomian Hongaria mencapai tingkat “kontraksi PDB”. Akibatnya, Hongaria yang sebelumnya telah mencapai investment grade terpaksa diturunkan menjadi non-investment grade.

Terlebih lagi, sektor perbankan ritel di Hongaria saat itu terkena imbas karena mata uang Hongaria, yakni Forint (HUF), terus melemah, sedangkan begitu banyak kredit perumahan (KPR) yang berdenominasi EUR ataupun SFR. Karena itu, banyak sekali orang yang berpenghasilan mata uang lokal (HUF) yang kemudian tidak mampu membayar kredit mereka yang berdenominasi EUR atau SFR.

Namun, berbeda dengan kebanyakan kompetitor kami, Citi selalu memberikan fasilitas pinjaman ritel dengan denominasi HUF pada penawaran pinjamannya. Hal ini menunjukkan bahwa Citi selalu memiliki sikap kehati-hatian dan menerapkan asas responsible lending. Dan hal tersebut terbukti efektif, karena berhasil membantu Citi untuk terhindar dari krisis keuangan Euro Zone.

Bagaimana pergulatan batin Anda ketika menghadapi tantangan tersebut? Apa langkah-langkah leadership yang Anda ambil untuk mengatasi persoalan tersebut?

Menurut saya, sangatlah penting bagi kita untuk selalu bersikap tenang dan mencari solusi yang sesuai dalam menghadapi krisis.

Tugas saya sangat terbantu karena saya memiliki tim pimpinan senior yang penuh keberagaman dan inklusivitas. Pada saat itu, tim pimpinan senior kami merupakan gabungan dari talenta atau human capital lokal (Hongaria) dan asing (Eropa, Asia, dan Amerika). Dengan adanya keberagaman serta inklusivitas tersebut, setiap anggota tim senior management turut membawa pengalaman Citi menanggulangi krisis di Asia, Eropa, Amerika Latin, dan Amerika Serikat.

Kerjasama tersebut terbukti berhasil membantu Citi Hongaria untuk melewati krisis Euro Zone. Keberagaman tersebut juga turut membantu Citi Hongaria untuk menghasilkan sejumlah inovasi yang lantas membedakan Citi dari bank-bank lokal maupun regional lainnya.

Bagaimana Anda menggerakkan tim dalam melakukan eksekusi?

Terkait penurunan status Hongaria dari sebelumnya investment grade menjadi non-investment grade, Citi Hongaria masih mampu memastikan bahwa kualitas portofolio kredit untuk ritel maupun institutional banking berada di tingkat yang stabil, dan kegiatan trading (valas, bonds) Citi terus terjaga. Begitu krisis di Eropa (Euro Zone crisis) mulai, Tim Citi di Hongaria langsung mereview portofolio kredit, menilai kembali rating dan limit dari obligor, juga memonitor tingkat likuiditas dan capital dari setiap obligor.

Manajemen portofolio yang proaktif ini membuat Citi menjadi bank yang tercepat untuk keluar dari credit exposure yang berpotensi bermasalah. Di sini, prinsip quick through portfolio review, rating adjustment, limit and exposure management, serta sector/industry review diterapkan secepatnya secara proaktif.

Seperti apa gambaran hasil yang dicapai, baik untuk saat itu maupun jangka panjang, dari langkah yang Anda ambil?

Selama periode krisis Euro Zone, sektor perbankan Hongaria secara keseluruhan membukukan kerugian. Namun, Citi merupakan 1 dari 4 bank di masa tersebut yang masih mampu membukukan laba positif.

Apa pelajaran yang dapat dipetik dari leadership moment tersebut?

Melihat kembali peristiwa tersebut, begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik. Di antaranya, pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian. Hal tersebut selalu kami lakukan dalam melayani klien di sektor perbankan ritel maupun institusional, dan terbukti membuahkan hasil. Citi pada akhirnya mampu untuk tetap likuid dan menjaga tingkat kecukupan modal dengan baik.

Selain itu, sangatlah penting mempunyai tim atau bentuk dukungan yang kuat. Seperti yang sebelumnya saya sampaikan, keberagamanlah yang memampukan setiap anggota tim senior kami untuk memberikan kontribusi yang luar biasa. Contohnya, senior dari Amerika Latin mempunyai pengalaman menanggulangi krisis di Argentina, senior dari Eropa Timur mempunyai pengalaman dengan krisis di Rusia, sementara saya sendiri mempunyai pengalaman krisis di Asia. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved