Profile Leaders Profil Profesional

Arief Kusuma: Keluarga, Kerja Keras, dan Relasi dalam Karier Itu Penting

Country Director Silverlake Axis Indonesia Arief Kusuma.

Silverlake Axis sebagai perusahaan teknologi, perangkat lunak, dan layanan yang berfokus pada layanan finansial pada 2021, mengangkat Arief Kusuma sebagai Country Director Silverlake Axis di Indonesia. Arief telah menggeluti dunia teknologi informasi sejak kuliah dan core banking sejak awal tahun 2000 hingga saat ini.

Core banking adalah jantung dari sebuah bank, karena sistem ini digunakan untuk memproses CASA, loan, records, general ledger dan di dalamnya tersimpan data nasabah serta semua transaksi sejak nasabah membuka rekening di bank sampai menutupnya. Dalam membuat merancang, membuat dan mencari setelan sistem core banking diperlukan ketelitian dan pengalaman yang ekstra, karena standar keamanannya yang tinggi.

Sepulang menempuh pendidikan dari Houston, Arief bekerja sebagai sistem analis di salah satu perusahaan kontraktor terbesar AS. Setelah itu, Arief melanjutkan karier di Arthur Andersen sebagai konsultan bisnis dan ditempatkan di tiga bank nasional BRI, BNI dan BTN. Arief diminta menangani tiga perbankan ini karena pada saat itu tiga bank tersebut dalam persiapan Initial Public Offering (IPO), khususnya BRI dan BNI.

“Pada saat itu (untuk persiapan IPO) ada dua hal yang harus dibenahi yakni organisasi dan information technology (IT) Blueprint, saya bergabung dengan tim IT Blueprint. Saya banyak berkiprah juga di core banking bank-bank besar termasuk Buku 3 dan Buku 4,” ucap Arief saat wawancara dengan SWA. Online, belum lama ini.

Arief menuturkan dalam dunia perbankan saat ini, ada tiga hal yang sedang tren (menurut Internet Data Center) yakni digital core banking, digital payment, serta cyber security. Awal mula tertarik menggeluti dunia digital core banking karena saat lulus SMA dirinya mengaku skill yang ia miliki lebih condong ke IT, walaupun cita-cita sebenarnya adalah menjadi ahli di bidang teknik sipil dan bisa kuliah di ITB. Namun akhirnya ia kuliah di University of Houston mengambil jurusan Business Administration in Management of Information Systems (MIS).

Untuk menunjang jurusan kuliah yang akan diambilnya, pada waktu itu, Arief sempat mengikuti program kelas pelatihan di Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika (LPKIA). Saat di LPKIA, Arief mengaku mulai banyak berkawan dengan ahli komputer dan programmer handal Indonesia dan membuatnya semakin yakin bahwa IT akan menjadi primadona di Indonesia dan kawasan.

“Saya melihat pada saat itu ada dua yang akan berkembang pesat di masa depan yaitu Accounting and Finance dan IT. Dalam perusahaan, accounting dan finance itu penting begitu juga dengan IT, karena akan banyak digunakan di berbagai lini bisnis. Hal itu terbukti sampai hari ini, ditambah lagi dengan adanya akselerasi dan adopsi digitalisasi disemua industri vertikal,” kata Arief.

Sejak awal menjalani karier, hingga saat ini, Arief mengaku selalu meminta doa restu dari sang ibu. Bahkan hubungannya dengan sang ibu sangat erat. Dirinya yakin pertolongan Yang Maha Kuasa untuk dirinya menjalani karier datang karena doa-doa yang selalu dipanjatkan ibundanya. “Jadi di manapun saya berada (berkarir) itu sepertinya doa ibu yang menjaga,” ujar pria yang besar di Kota Palembang dan Jakarta ini.

Selain doa ibu, kerja keras dalam berkarier juga perlu. Doa harus dipasangkan dengan ikhtiar agar mencapai hasil yang diinginkan. Sebagai orang yang memiliki keyakinan, tidak bisa hanya menjalankan salah satunya. “Setelah berdoa, kita berikhtiar dengan kerja yang keras, pantang menyerah, Insya Allah hasil maksimal,” ucap ayah empat anak ini.

Di samping itu Arief mengungkapkan bahwa keluarga dalam hal ini istri dan keempat anak-anaknya juga ikut berperan dalam menunjang karirnya. Peran istri yang bertindak sebagai navigator sangat diperlukan terutama dalam menghadapi momen genting dalam pekerjaan. Diakuinya, dirinya adalah orang yang nervous. Arief juga bercerita bahwa ke empat anaknya sudah beranjak dewasa, sehingga di waktu senggangnya dia banyak berdiskusi dengan istri dan anak-anaknya

“Dengan banyak berdiskusi bersama istri dan anak-anak, ternyata banyak masukan dari sisi non teknis. Ini bisa membuka cakrawala berpikir lebih luas,” tutur Arief.

Selain doa ibu dan peran keluarga, faktor relasi dan perkawanan dalam meniti karir juga tidak boleh dilupakan. Arief mengaku sejak memulai karir menjadi konsultan hingga kini dirinya banyak di support oleh teman-temannya dari berbagai kalangan

“Sejak pertama kali saya bekerja sampai hari ini alhamdulillah saya lebih banyak mendapat informasi dan bantuan dari kawan-kawan. Jadi relasi itu membuat (karier) saya sedikit eksklusif, seperti jalan tol. Saya banyak kawan dan juga eksis di dunia IT, sedangkan kalau kepandaian menurut saya hampir semua orang punya kepandaian yang sama bahkan lebih. Intinya jalani hubungan baik dengan orang tua, keluarga dan banyak kawan, serta networking. Itulah yang membuat karir lancar,” ujarnya.

Yang tidak kalah penting juga di dalam menjalani hidup dan karir, Arief memegang filosofi dari almarhum ayahnya yang selalu mengatakan bahwa “Jika ingin dihormati, maka hormatilah orang terlebih dulu.” Sehingga dirinya tidak pilih-pilih dalam berkawan. Baginya, setiap orang itu pada dasarnya adalah orang baik. “Jadi saya terus berusaha untuk selalu menghormati orang lain dan menghormati persahabatan,” katanya dengan tegas.

Kepemimpinan Role Model dan Terbuka

Dalam mengemban amanah sebagai Country Director Silverlake Axis Indonesia Arief mengaku menerapkan gaya kepemimpinan yang dapat memberikan contoh (role model). Diharapkan para anggota tim di bawahnya menjadi disiplin dan dapat mencontoh hal baik yang dilakukan.

“Dalam memimpin saya berusaha untuk bisa menjadi contoh dalam berbagai hal yang baik tentunya. Salah satunya misalnya jam kantor kita kan fleksibel, tetapi saya usahakan datang paling pagi karena prinsip saya kalau dalam berbisnis itu harus on time,” ujarnya.

Selanjutnya Arief juga meminta tim untuk paham mengenai proses bisnis suatu perbankan, karena perbankan itu kompleks. Dengan mengerti bisnis proses, maka jika sewaktu-waktu tidak ada leaders, maka anggota tim bisa menjadi second layer. Untuk itu, dirinya mendorong para karyawan untuk terus mengembangkan potensi dan pengetahuannya.

“Kalau saya enggak ada, mereka sudah bisa handle. Jadi tidak perlu tergantung dengan leader, mereka sendiri sudah bisa. Makannya saya minta semua karyawan untuk terus belajar dan belajar,” ucapnya menguraikan.

Beberapa waktu lalu, Silverlake Axis mengungkapkan bahwa telah berhasil 100% mengimplementasikan program untuk para kliennya. Tiga kunci utama yang membuat implementasi program Silverlake Axis 100% berhasil. Pertama adalah experience (pengalaman), kedua expertise (keahlian), dan ketiga execution (pelaksanaan).

Chief Technology Officer Silverlake Axis Philip Law menyampaikan bahwa perusahaan telah melayani lebih dari 40% dari 20 bank terbesar di wilayah Asia Pasifik dan telah tumbuh secara signifikan tahun 2022. Pertumbuhan Silverlake Axis secara revenue mencapai 18% senilai RM 736,5 juta atau setara dengan sekitar US$185 juta YoY tahun 2022.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved