Best CEO

Royke Tumilaar, Memimpin dengan Pendekatan 3H

Royke Tumilaar, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Royke Tumilaar, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Menutup tahun 2022, senyum Royke Tumilaar, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., mengembang lebar. Maklum, laba bersih konsolidasi mencapai Rp 18,31 triliun, tumbuh signifikan 68% year on year (YoY), sekaligus merupakan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah BNI.

Pada indikator lainnya, BNI juga kinclong. Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh 10,9% YoY, diikuti net interest margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8%. Dari sisi likuiditas, current account saving account (CASA) tumbuh 10,1% YoY, sementara fee-based income naik 8,7% YoY menjadi Rp 14,8 triliun. “Pertumbuhan kinerja BNI sudah berada pada tren positif dan dapat terus mendorong pemulihan ekonomi nasional,” ujar Royke bangga.

Pencapaian ini merupakan prestasi yang tidak mudah. Royke mengungkap dalam dua tahun terakhir, BNI menghadapi tantangan bisnis, terutama daya tahan perbankan dalam menyerap besaran cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) akibat kredit yang direstrukturisasi. Kemudian, ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, inflasi yang tinggi, serta perubahan model bisnis menjadi digital yang menimbulkan potensi risiko tinggi, yaitu perlindungan data nasabah dan serangan siber.

Khusus CKPN, hingga akhir 2020, BNI telah menyalurkan kredit dengan total Rp 586,20 triliun. Sebagai dampak pandemi, CKPN BNI mencapai Rp 44,22 triliun, sehingga kredit bersihnya Rp 541,97 triliun.

Tahun sebelumnya, BNI memberikan pinjaman dengan total Rp 556,77 triliun, dengan CKPN Rp 16,90 triliun. Itu artinya, CKPN BNI tahun 2020 naik 161,65%. Pada 2020, sebagai efek pandemi yang menciutkan bisnis, laba bersihnya hanya Rp 3,3 triliun, turun 78,54% dibandingkan tahun 2019 (Rp 15,38 triliun). Royke mulai menjadi CEO BNI pada September 2020, tahun ketika Covid-19 melanda.

Namun, pandemi tidak hanya memberikan tantangan finansial. Menurut Royke, sepanjang 2020-2022, pandemi juga berdampak pada proses kerja dan operasional bank. Menyikapinya, dia mendorong perusahaan tetap fokus pada dua hal. “Pertama, fokus untuk menjaga produktivitas dan kreativitas pegawai serta proses operasional yang berjalan dengan lebih prudent. Kedua, fokus untuk menjaga interaksi dengan nasabah,” katanya.

Di luar itu, seperti perusahaan lain, BNI memanfaatkan masa pandemi untuk menggenjot transformasi digital. Salah satu digital tools yang dikembangkan adalah mesin Digi CS, yang dapat digunakan untuk pembukaan rekening, penggantian kartu, dan aplikasi pembukaan rekening dari mobile banking. Inisiatif lain untuk penguatan digital channel adalah BNI Mobile Banking & BNI Direct untuk mengoptimalkan digital shifting yang terjadi di masyarakat dalam memenuhi kebutuhan terhadap layanan perbankan.

Bahkan, Royke menyampaikan, BNI melihat digital sebagai jalur untuk mencetak mesin pertumbuhan yang baru. Selain inisiatif di atas, aksi korporasi penting pun dilakukan lewat akuisisi Bank Mayora pada Mei 2022. Bank ini akan ditransformasi menjadi bank digital untuk mendukung pengembangan bisnis UMKM.

Melalui pengembangan peluang-peluang bisnis baru tersebut, BNI mampu meningkatkan volume bisnis pada tiga product champion mereka, yaitu BNI Direct, BNI Mobile Banking, dan BNI Xpora. Hingga September 2022 (kuartal III) layanan BNI Direct telah mengelola 540 juta transaksi, tumbuh 20% (YoY), jumlah pengguna BNI Mobile Banking mencapai 12,9 juta user, tumbuh 29,6% (YoY), sementara BNI Xpora memiliki baki debet sebesar Rp8,4 triliun, tumbuh 48% (YoY).

Sebagai informasi, Xpora adalah solusi digital untuk pelaku UKM yang ingin meningkatkan kapasitas bisnis. Lewat sarana ini, BNI ingin bisa membantu UMKM untuk naik kelas tahapannya, mulai dari menjadi produktif (Go Productive), lalu sanggup memanfaatkan fasilitas digital (Go Digital), hingga siap menembus pasar internasional (Go Global).

Sebagai CEO di masa yang tak mudah seperti ini, Royke menjelaskan, pendekatan leadership yang digunakannya lebih kepada pendekatan 3H, yakni Head-Heart-Hands. Pertama, Head, artinya menetapkan visi yang jelas, mengomunikasikan dan fokus untuk pencapaian visi tersebut. Kedua, Heart, menginspirasi dan memberdayakan timnya untuk mencapai visi dan tujuan bersama. Ketiga, hands, aritnya lead by example.

“Dalam kesehariannya, pemimpin tidak hanya memberikan arahan, namun memberikan contoh eksekusi yang riil, menjadi role model bagi timnya,” katanya.

Dari sisi komunikasi, misalnya, Royke berupaya konsisten membangun komunikasi yang terbuka dan transparan di dalam organisasi sehingga seluruh pegawai memahami apa yang terjadi, tantangan yang sedang dihadapi, dan bagaimana manajemen merespons tantangan tersebut. “Jajaran manajemen secara aktif juga turun dan berinteraksi dengan pegawai, tidak hanya di kantor pusat, namun juga ke segenap wilayah dan cabang,” ungkapnya.

Salah satu konten komunikasi yang juga didorong adalah seputar purpose atau tujuan perusahaan, termasuk dalam mengarungi tahun 2023 yang dianggap penuh ketidakpastian. Dalam konteks ini, Royke dan jajaran manajemen BNI konsisten menekankan kepada karyawan bahwa visi BNI adalah “Menjadi Lembaga Keuangan Terunggul dalam Layanan dan Kinerja secara Berkelanjutan”, dan terus berupaya untuk lompat lebih tinggi menjadi bank berskala global yang mampu bersaing di kancah internasional.

Di luar hal itu, Royke juga menekankan sisi budaya yang menjadi pilar BNI untuk menghadapi kondisi saat ini. Pihaknya tengah menggelar program BNI Corporate Transformation untuk menjadikan bank ini sebagai perusahaan yang tangguh. Dalam konteks ini, BNI menetapkan business value RACE (Risk Culture, Agile, Collaborative, dan Execution Oriented).

Business value ini diterapkan pada setiap inisiatif strategis transformasi. Salah satu contohnya, pembentukan Deal Team untuk menggarap nasabah prioritas dalam memberikan solusi bisnis perbankan. Dalam Deal Team tersebut terbentuk semangat kolaboratif dari berbagai divisi hingga anak usaha untuk memaksimalkan potensi nasabah prioritas. Juga spirit agile yang melibatkan team member lintas segmen, serta budaya eksekusi untuk memberikan solusi bisnis yang komprehensif.

Selayaknya sebuah orkestra, Royke menjadi dirigen untuk menavigasi BNI meniti tantangan yang dihadapi. Kini, selepas periode 2020-2022, dia tengah memacu BNI untuk meraih target-target pertumbuhan yang tidak kecil. Untuk tahun 2023, dana pihak ketiga (DPK) diproyeksikan tumbuh 6%-8%, kredit naik 10%.

“BNI juga mengembangkan inovasi secara berkelanjutan dalam meningkatkan layanan digital, seperti BNI Sprint, Biometric, dan CRM, untuk mempercepat proses layanan dan efisiensi waktu,” paparnya.

Berbarengan dengan penetapan target tersebut, Royke juga menjelaskan bahwa dirinya telah menyiapkan sejumlah langkah strategis dalam menghadapi dampak ketidakstabilan tahun 2023, baik kondisi sosial-politik dalam negeri maupun geopolitik global. Di antaranya, menjalankan bisnis yang fokus pada nasabah top tier dan nasabah unggulan di tiap-tiap wilayah dengan tingkat risiko yang lebih bisa dikendalikan, serta menjaga level likuiditas dan modal yang cukup.

Dengan berfokus pada strategi yang prudent, dia berharap BNI bisa mengarungi tahun ini serta tahun-tahun mendatang. Dan, dia tentunya tetap berpegang pada gaya leadership-nya dalam memimpin BNI: pendekatan 3H, Head-Heart-Hands. (*)

Teguh S. Pambudi & Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved