Leaders

Citibank Indonesia, “Menyiram Bunga” di Kebun Sendiri

Citibank Indonesia, “Menyiram Bunga” di Kebun Sendiri
Andyana Tobing, Human Resources Citi Indonesia.
Andyana Tobing, Human Resources Citi Indonesia.

Bila mengukur sukses perusahaan hanya dari jumlah karyawan atau kantor cabang, rasanya bisa misleading alias menyesatkan. Contoh paling nyata adalah Citibank Indonesia. Di usianya yang menginjak 53 tahun, Citi “cuma” memiliki 2.200 karyawan yang tersebar di sembilan kantor cabang di enam kota (Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar). Saat pertama kali membuka layanan perbankan di Indonesia tahun 1968, perusahaan dari Amerika Serikat ini berkantor di Hotel Indonesia yang berawak 15 orang.

Mengapa bisa dikatakan misleading?

Dibandingkan perusahaan lain yang seusia dengannya, jumlah karyawan dan cabang Citi bisa jadi nggak ada apa-apanya untuk perusahaan berusia setengah abad. Namun, jangan keliru…

Siapa berani menyebut perusahaan ini tidak hebat? Terutama, dari sisi SDM-nya. Telah lama kalangan perbankan nasional menyebutnya sebagai sekolahnya para bankir, dan bukan hanya dunia perbankan yang memetik “bunga-bunga” mekar dan harum dari Citi, pelaku industri lain pun banyak yang menggunakan alumni perusahaan ini lantaran dianggap jempolan.

Ya, Citi memang terkenal untuk urusan creating leaders from within. Tak terhitung berapa banyak Citibanker yang sudah berkiprah di aneka industri. Sejumlah orang top yang kini masih berkibar, di antaranya Ridha Wirakusumah dan Marita Alisjahbana di Indonesia Investment Authority, Tigor Siahaan (baru mundur sebagai CEO CIMB Niaga), dan tentunya Batara Sianturi yang menjadi CEO Citibank Indonesia, adalah Citibankers.

Di luar itu, sederet orang top yang pernah duduk di kabinet adalah alumninya. Antara lain, Gita Wiryawan, Rini Soemarno, dan Ignasius Jonan.

Andyana Tobing, Head of Human Resources Citi Indonesia, menjelaskan bahwa perusahaannya memiliki dua pilar bisnis: Institutional Client Group (ICG) dan Global Consumer Bank (GCB). ICG melayani nasabah lokal dan korporasi multinasional, BUMN, pemerintah, dan UKM. Produk utamanya adalah cash product, seperti virtual account dan current account.

Adapun GCB melayani nasabah perorangan. “Produknya antara lain credit card, consumer lending, dan wealth managemet product,” kata Andyana.

Menyadari pengembangan bisnis banyak bergantung pada kualitas SDM, terutama business leaders, Citibank sangat serius mengembangkan program creating leaders from within. Marshall Vianata, Talent & Learning Head Citi Indonesia, menjelaskan bahwa di Citi, karyawan diberi kesempatan serta kendali penuh untuk menentukan pengembangan diri mereka. Dengan kata lain, tidak perlu menunggu instruksi atasan. “Mereka bisa memilih dan belajar beberapa program sesuai dengan pengembangan diri mereka dan juga untuk aspirasinya,” kata Vianata.

Dengan pendekatan semacam ini, Citi mengembangkan empat proses membangun talent dari dalam. Pertama, talent assessment. Proses yang dilakukan setiap tahun ini berupa penilaian karyawan berdasarkan kinerja dan kompetensi kepemimpinan. Hasil dari penilaian ini menjadi dasar keputusan untuk memasukkan karyawan dalam kategori talent.

Dalam penilaian ini, Citi Indonesia menggunakan dua rating performance, yakni goals rating dan leadership rating. Goals rating adalah key performance indicators (KPI) yang diraih karyawan, sedangkan leadership rating adalah tentang bagaimana karyawan mencapai goals-nya. Penilaian leadership rating ditinjau dari kemampuan talent dalam menampilkan leadership values Citi Indonesia (taking ownership, succeed together, dan deliver with pride).

Proses kedua adalah succession planning. Dalam hal ini, seorang manajer diharapkan dapat membangun suksesornya dari internal sekaligus mengukur kesiapannya. Sang manajer harus mencermati apakah penggantinya sudah siap pada saat ini, 1-2 tahun mendatang, atau malah 3-5 tahun lagi. Bila ada development gap, sang manajer diharapkan berdiskusi dengan pengelola HR untuk mendesain pengembangan suksesor tersebut.

Ketiga, talent development and mobility. Menurut Vianata, proses ini tidak hanya mencakup training in class, tetapi juga memberikan kesempatan kepada karyawan untuk terlibat dalam project assignment, baik di Indonesia maupun regional.

Adapun yang keempat, diversity. Citi sangat menghargai keberagaman dalam perusahaan. Diversity yang dikembangkan berkaitan erat dengan latar belakang karyawan dan gender equality.

“Citibank menyadari gender sebagai komponen penting dalam menjalankan bisnis. Oleh karena itu, setiap bulan kami memantau pergerakan female talent, baik dari segi hiring maupun development,” ungkap Andyana seraya menjelaskan, 56,2% dari total karyawan Citi adalah kaum hawa.

Itulah proses yang dikembangkan Citi untuk “menyirami” para talentanya agar berkembang menjadi “bunga-bunga” yang indah. Namun, mereka tak berhenti di sana.

Catatan menarik dituturkan Ayu D. Kameswara, Vice President – Head of Talent Acquisition Citi Indonesia, yaitu bahwa perusahaan ini terus mengembangkan program unggulan untuk meningkatkan kompetensi karyawan. Di antaranya, Analyst Program. Program ini dimulai dari Summer Analyst Program, yang kemudian menjadi Full-time Analyst Program.

Summer Analyst Program adalah program magang selama 10 minggu yang ditujukan untuk mahasiswa tingkat akhir. Lewat program ini, peserta dapat menggali pengetahuan dasar tentang perbankan sekaligus mengembangkan soft skills. Program ini diawali dengan pelatihan intensif tentang dunia perbankan dan budaya perusahaan. Peserta bergabung dalam divisi tertentu dan mendapat project.

Di akhir program, peserta mendapat kesempatan mempresentasikan hasil akhir proyeknya di depan para leader. Peserta terbaik akan ditawari bergabung pada Full-time Analyst Program.

Full-time Analyst Program, Ayu melanjutkan, merupakan program akselerasi untuk para calon pemimpin Citibank di masa mendatang. Berjalan selama dua tahun, program ini digelar untuk memberikan pengembangan tentang skill yang sesuai dengan kondisi perbankan.

Dalam pelatihan tersebut, peserta akan dirotasi ke berbagai area di dalam satu bisnis. Mereka akan mendapatkan network, pelatihan, serta bimbingan. Pengembangan peserta akan fokus pada salah satu bisnis. “Di akhir program, kami berharap peserta akan mendapat pengetahuan dan network yang baik untuk menjadi pemimpin di masa yang akan dating,” Ayu menegaskan.

Dengan proses dan program yang digelar secara penuh komitmen serta sistematis ini, tidak mengherankan jika Citibank memiliki pasokan SDM yang andal secara kontinu. Bahkan, tiga dari tujuh direksi Citi berasal dari Analyst Program. Mereka berhasil memetik bunga-bunga yang bermekaran indah dari kebun sendiri setelah disiram secara konsisten dan penuh perhatian. (*)

Teguh S. Pambudi dan Andi Hana Mufidah Elmirasari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved