Leaders

Dewi Muliaty, Menyiapkan Ekosistem Kesehatan yang Terintegrasi

Dewi Muliaty, Menyiapkan Ekosistem Kesehatan yang Terintegrasi
Dewi Muliaty, CEO PT Prodia Tbk.
Dewi Muliaty, CEO PT Prodia Tbk.

Menjabat sebagai pemimpin puncak di Laboratorium Klinik Prodia sejak 2009, baru kali ini Dr. Dewi Muliaty, MSi. menghadapi tantangan yang luar biasa berat. Hantaman pandemi Covid-19 yang datang tiba-tiba, memaksa semua hal berubah. Mulai dari gaya hidup, langgam kerja, cara berinteraksi, hingga lanskap bisnis. Semua itu berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Pembatasan mobilitas dan larangan bepergian saat itu (Pembatasan Sosial Berskala Besar), misalnya, membuat masyarakat menunda pemeriksaan di lab yang sebelumnya rutin dilakukan. Kemudian, kelangkaan alat pelindung diri (APD) juga sangat merugikan karena kelengkapan APD yang mumpuni menjadi salah satu syarat perusahaan dalam melayani pelanggan, selain juga memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan.

Dari sisi internal, pola kerja yang semula berjalan normal harus disesuaikan dengan kebijakan work from home (WFH). Hal ini menjadi tantangan bagi Prodia yang memiliki 259 cabang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

“Diperlukan penyesuaian pola kerja yang paling efektif dan efisien untuk tetap dapat memberikan layanan kepada pelanggan dengan mengikuti pedoman dari BNPB dan Satgas Covid-19 setempat,” papar Dewi dalam ajang pemilihan Women Business Leaders 2022 yang diselenggarakan Majalah SWA.

Covid-19 juga memaksa semua pihak mempercepat pemanfaatan digitalisasi di berbagai aspek. Meskipun Prodia sudah melakukan digitalisasi layanan kesehatan jauh sebelum ada pandemi, tuntuan penyesuaian dan penyempurnaan program digitalisasi tetap menjadi perhatian. Contohnya, pada tahun 2021, Prodia fokus mengembangkan sistem teknologi agar dapat terus meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses kerja, meningkatkan layanan bagi pelanggan, dan mengakselerasi transformasi digital layanan kesehatan.

Beragam persoalan dan tantangan tersebut semakin meneguhkan tekad Dewi untuk tidak menyerah. Baginya, kendala dan persoalan apa pun tidak boleh menjadi alasan mengendurkan saraf dalam mengejar target tinggi perseroan.

“Kami harus berubah lebih lincah (agile) dan mampu memberikan solusi atas kebutuhan pelanggan dengan cepat dan akurat, dengan tetap berkomitmen untuk menjaga keselamatan dan keamanan para tenaga kesehatan,” ia menegaskan. Prodia, katanya, harus tetap dapat bertahan dan memberikan layanan terbaiknya.

Komitmen perempuan kelahiran Jakarta, 17 Mei 1961, ini tidak kaleng-kaleng. Ia membuktikannya dengan performa terbaik Prodia sepanjang sejarah. Tahun 2021 Prodia berhasil mencapai laba bersih perseroan Rp 621,62 miliar atau meningkat signifikan 131,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan bersih meningkat 41,6% menjadi Rp 2,65 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,87 triliun.

Pendapatan dari tiap-tiap segmen pelanggan juga turut meningkat dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan Perseroan. Segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang masing-masing 33,8% dan 31,4 % kepada pendapatan Perseroan. Adapun kontribusi segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi sebesar 21,2 % dan 13,6% terhadap pendapatan Perseroan.

Pendeknya, sepanjang 2021, jumlah pemeriksaan mencapai 19,6 juta. Hal ini akibat munculnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya kesehatan, akibat pandemi yang terjadi.

Kondisi pandemi juga membantu terjadinya percepatan transformasi digital. Ada kebutuhan pelanggan untuk bisa mengakses layanan-layanan yang ada secara digital. Prodia Mobile pun mengalami kenaikan signifikan, sebesar 913,9%.

Perseroan pun mencatatkan 1,3 juta pelanggan baru pada tahun 2021. Jumlah permintaan layanan home service naik 154,8%. Pemesanan pemeriksaan kesehatan melalui Prodia Mobile juga mengalami kenaikan yang signifikan, sebesar 913,9%, menjadi 138.504.

Dari sisi biaya, Perseroan berhasil meningkatkan efektivitas, khususnya pada biaya operasional. Hal ini dibuktikan dengan turunnya rasio biaya operasional terhadap pendapatan menjadi 33,1% di tahun 2021 dari 39,8% pada tahun 2020.

Pencapaian istimewa itu, Dewi meyakini, berkat keberanian Prodia menerapkan strategi yang tepat. “Pencapaian ini menunjukkan ketahanan model bisnis, kokohnya bisnis inti, dan keunggulan operasional Prodia. Kami terus beradaptasi terhadap dinamika situasi terkini dengan tetap fokus pada optimalisasi produktivitas, pengendalian biaya, pemanfaatan teknologi untuk peningkatan layanan bagi pelanggan, dan menjaga pertumbuhan pendapatan dan laba,” ungkapnya.

Terkait model bisnis, Dewi menyebutkan, bisnis utama Prodia adalah jasa layanan kesehatan yang menggunakan model bisnis Hub and Spoke yang berpusat pada Laboratorium Prodia Rujukan Nasional (Prodia National Referral Laboratory/PNRL) dengan teknologi mutakhir. Cabang Prodia, rumah sakit, ataupun klinik lainnya di seluruh Indonesia dapat memberikan rujukan pemeriksaan ke PNRL. Model bisnis ini terbukti efektif dalam mengurangi turn-around time dan biaya.

“Kami menjaga struktur permodalan yang sehat dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA sebesar 22,91%. Kami juga memiliki akses likuiditas dalam bentuk kas, dan dana hasil penawaran umum saham. Struktur permodalan kami yang kuat dan sehat serta posisi kas dan likuiditas memungkinkan kami untuk mengatasi tantangan bisnis dan terus mengeksekusi model bisnis kami,” Dewi menjelaskan.

Ia meyakini kesadaran masyarakat terhadap kesehatan juga akan terus meningkat pascapandemi. Fokus penanganan kesehatan akan lebih mengarah pada tindakan preventif ketimbang kuratif.

“Sesuai dengan tema Prodia, yakni ‘Embracing future healthcare’, digitalisasi layanan kesehatan merupakan fokus strategi Prodia untuk membangun ekosistem kesehatan yang terintegrasi.” Dewi Muliaty, CEO PT Prodia Tbk.

Lalu, bagaimana strategi yang dijalankan Prodia? Ada dua aspek penting yang menjadi prioritasnya. Aspek pertama, leadership. Sejak pandemi memasuki Indonesia di awal Maret 2020, Prodia telah mempersiapkan berbagai langkah sigap.

Di antaranya, membentuk Tim Business Continuity Plan (BCP) yang bertugas khusus memberikan panduan bagi seluruh Insan Prodia mengenai bagaimana menghadapi Covid-19, baik untuk perlindungan terhadap diri sendiri maupun mengenai tata cara berinteraksi dengan berbagai pihak selama pandemi. Selain pembentukan tim taktis BCP, Prodia juga menyesuaikan layanan yang diberikan kepada pelanggan.

Aspek kepemimpinan setiap leader sangat diuji pada fase awal pandemi. “Saya menekankan bahwa setiap kita, setiap Insan Prodia, adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungan terkecilnya. Dengan demikian, semua bahu-membahu dan membuktikan falsafah High Performing Teams (HPTs) yang memang selama ini menjadi budaya Insan Prodia,” Dewi menegaskan.

“Semua karyawan memiliki derap langkah yang sama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Hal ini juga yang mendorong keberhasilan Perseroan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada,” lanjutnya.

Ibu dua putra ini percaya bahwa dalam menghadapi situasi yang tidak menentu seperti pandemi Covid-19, empati dan peduli bukanlah berbicara tentang “being nice person” saja. Melainkan juga ketulusan sebagai pemimpin yang tidak kenal lelah untuk melihat kelebihan atau potensi karyawan dan bring out the best of them.

“Bahkan, sebagai pemimpin saya harus dapat memberikan rasa percaya, terutama ketika mengalami pola kerja yang berubah. Pemimpin tidak hanya memberi contoh sebagai role model, namun hal tersebut harus dibuat dalam sistem,” kata Dewi. Bentuk Developing Others, tambahnya, menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki para manajer di Prodia.

Aspek kedua, bisnis. Dalam hal ini, Perseroan terus berupaya meningkatkan pendapatan, memaksimalkan produktivitas dan pengendalian biaya, serta terus fokus pada keunggulan operasional bisnis intinya dengan tetap memprioritaskan keamanan, kesehatan, serta keselamatan karyawan dan pelanggan. Pemanfaatan teknologi dilakukan guna meningkatkan layanan bagi pelanggan di tengah situasi pandemi ini, terutama dalam merespons kebutuhan mereka untuk pemeriksaan Covid-19.

“Kami berkomitmen untuk mempertahankan kinerja Perseroan, mulai dari kualitas layanan khususnya di masa pandemi ini, kinerja operasional dengan standar kualitas Prodia, dan kinerja keuangan, sehingga dapat terus memberikan imbal hasil dan nilai tambah bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan Perseroan,” Dewi menjelaskan.

Pada prinsipnya, ia menegaskan, perseroan fokus pada kesinambungan bisnis jangka pendek dan jangka panjang, keunggulan operasional perseroan, serta upaya menjaga pertumbuhan pendapatan dan laba. Sesuai dengan tema Prodia yakni “Embracing future healthcare”, digitalisasi layanan kesehatan merupakan fokus strateginya untuk membangun ekosistem kesehatan yang terintegrasi.

Sejak tahun 2017, Prodia terus mengembangkan layanan berbasis digital dengan memperhatikan customer journey dan patient-centric model, meningkatkan layanan Prodia Mobile Apps dan layanan hasil pemeriksaan daring (HPSL Online), memberikan edukasi dan informasi melalui website dan berbagai media sosial lainnya, mengembangkan data health record bagi pelanggan Prodia, dan memanfaatkan TI lainnya yang sudah dituangkan di dalam IT Blueprint Prodia.

Masih terkait dengan aspek bisnis, sepanjang tahun 2021 Prodia terus meningkatkan kolaborasi dengan berbagai healthcare provider, seperti rumah sakit, klinik dokter, hingga aplikasi layanan kesehatan lainnya. Kerjasama dengan dokter, asuransi, perusahaan, dan organisasi/komunitas awam tumbuh dengan sangat baik, sehingga terus memperkuat posisi Prodia sebagai referral lab terbesar di Indonesia.

Di luar semua itu, Dewi mengingatkan, strategi yang dicanangkan tidak akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta seluruh Insan Prodia, mulai dari level staf hingga level tertinggi di Perseroan. Karena itu, dalam mengeksekusi strategi, ia selalu akan mengedepankan The Spirit of Prodia, yakni kerja keras, dedikasi, keberanian, semangat pantang menyerah, dan komitmen memberikan kontribusi kepada perusahaan.

Pengalaman tiga belas tahun memimpin Prodia meyakinkan Dewi bahwa dinamika perubahan perilaku pelanggan dan adopsi masyarakat terhadap perkembangan teknologi di bidang kesehatan tidak terbendung lagi. Maka, Prodia harus terus beradaptasi secara cepat dengan melakukan inovasi berkelanjutan dalam mengakselerasi digitalisasi layanan kesehatan.

Saat ini Prodia telah mengoptimalisasi penggunaan sistem teknologi informasi (TI), juga telah melakukan investasi secara signifikan dalam mengembangkan sistem TI yang andal, memanfaatkan big data, serta memperkuat sistem keamanan TI. Namun, itu belum selesai.

Dewi berketetapan, seluruh inisiatif strategis tersebut harus bermuara pada tujuan Prodia: berkontribusi dalam membangun ekosistem kesehatan yang terintegrasi dan berkualitas. Juga, mendukung pertumbuhan bisnis di masa mendatang, sekaligus memberikan nilai tambah yang berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan Prodia.

Dengan rekam jejak yang kuat, Dewi optimistis, hal itu pasti dapat diwujudkan. Sebagai pemimpin dalam industri lab klinik, ia yakin, Prodia akan terus berinovasi dan beradaptasi memberikan layanan terbaiknya di sepanjang masa. (*)

Dyah Hasto Palupi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved