Leaders

Diana Rosa, Lincah Menakhodai Perusahaan Perkapalan di Tengah Badai

Diana Rosa, Direktur Utama PT Industri Kapal Indonesia (IKI).
Diana Rosa, Direktur Utama PT Industri Kapal Indonesia (IKI).

Memimpin perusahaan yang bergerak di industri perkapalan yang sangat keras jelas bukan hal gampang bagi seorang wanita. Apalagi, bila faktanya perusahaan yang harus dia pimpin itu sedang menghadapi banyak masalah.

Hal itulah yang dialami Diana Rosa, Direktur Utama PT Industri Kapal Indonesia (IKI), BUMN yang bergerak di industri perkapalan yang berkantor pusat di Makassar. Ketika ditunjuk sebagai CEO IKI oleh Erick Thohir pada Juli 2020, kondisi perusahaan memang sangat menantang.

Kondisi kinerja IKI saat itu sedang suram. Hal itu tampak dari revenue yang terus menurun dari tahun ke tahun. Dari 2018 ke 2019, misalnya, terjadi penurunan 5%. “Waktu itu pesan Pak Budi Gunadi Sadikin selaku Wamen I BUMN, saya harus bisa dongkrak IKI sebagai galangan kapal BUMN agar kinerjanya tidak terjun bebas,” kata Diana yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Operasional di PT Dok Perkapalan Surabaya ini.

Tantangan terberat lainnya, mengembalikan trust pelanggan yang menurun; salah satunya karena order kadang telat di-delivery ke pelanggan. Ini jelas pekerjaan tersulit karena dari sanalah datangnya revenue. Diana dan timnya harus bisa meyakinkan pelanggan bahwa tim yang sekarang berbeda: tim manajemen yang baru, punya komitmen baru untuk delivery on time.

Otomatis Diana dan timnya harus bisa meyakinkan pelanggan (pembeli/pemesan kapal) agar mau memberikan kesempatan kepada IKI dalam proyek pembuatan kapal yang mereka butuhkan. Hal yang sama juga dilakukan ke kalangan vendor dan kontraktor mitra IKI agar mereka tetap mau mendukung proyek-proyek IKI.

Tantangan internalnya, salah satunya, belitan situasi pandemi Covid-19 yang membatasi gerak semua orang. Di sisi lain, material dan fasilitas harus siap, termasuk SDM yang sehat. “Bisnis kami ini tidak bisa WFH (work from home), harus ke lapangan. Untuk membuat kapal, harus di lapangan produksi,” Diana menegaskan. Dari sisi SDM, tantangannya memompa semangat tim agar tetap punya semangat besar di tengah tantangan bisnis yang serba tak menentu di era pandemi.

Pada empat bulan pertama, Diana mengajak timnya agar fokus pada misi mengembalikan kepercayaan pelanggan. “Ini tantangan karena untuk mengembalikan trust customer ada komitmen-komitmen yang harus kami sampaikan, tidak cukup dengan Zoom. Kami visit customer, meyakinkan ke mereka, kami punya komitmen baru untuk delivery on time,” katanya menjelaskan.

Lalu, pada minggu pertama, juga mengundang sekitar 100 subkontraktor dan vendor untuk meeting. “Kami sampaikan perkenalan sekaligus permohonan maaf karena mungkin ada komunikasi atau business process yang kurang baik selama ini, tapi kami ada komitmen baru,” kata wanita yang berkarier di dunia galangan kapal sejak 2003 ini.

Berbagai upaya itu rupanya tak bertepuk sebelah tangan. Pelanggan mulai berani memesan kapal kembali ke IKI. Tanggapan positif juga datang dari para subkontraktor dan vendor. “Setelah dua hal itu dilakukan, kami lalu fokus membenahi proses di dalam, termasuk memperbaiki kinerja SDM,” ujarnya.

Dalam memimpin tim, Diana berusaha menjalin kedekatan dengan seluruh karyawan. Sebagai pemimpin puncak, dia tidak segan-segan setiap hari turun ke lapangan. “Kami sadar, bisnis kami tidak bisa WFH, sehingga kami harus fight di lapangan. Kami terus motivasi karyawan untuk semangat kerja dengan tetap menjalankan 3M dan protokol Covid,” katanya.

Diana juga mengajak karyawannya untuk adaptif dan mengikuti perubahan, serta harus bekerja saling menguatkan. Dia aktif melakukan sharing value dalam bekerja, termasuk dengan memperkenalkan kegiatan sharing session, Jumat Bersih, dan sebagainya. Tak lupa, di awal kepemimpinannya, bertepatan dengan HUT ke-43 IKI, juga dilakukan rebranding dengan mengubah logo perusahaan. Adanya logo baru IKI itu diharapkannya mampu memberi warna dan semangat baru bagi seluruh karyawan.

Salah satu program yang digalakkan Diana, melakukan digitalisasi. Saat ini program-program monitoring di perusahaan mulai dilakukan secara digital. Dalam hal ini, pihaknya tak terpacu harus membeli aplikasi-aplikasi yang mahal, tetapi mencoba bertindak efisien dengan menerapkan aplikasi murah, bahkan tidak berbayar.

Saat ini, dia sudah lebih mudah dalam memonitor kinerja perusahaan. Hanya dengan melihat satu page di dashboard untuk tahu proses penagihan atau pencetakan laporan keuangan. Dia tinggal klik dan memberikan komen. Karyawan pun mulai familier dengan digitalisasi.

Sebagai leader, Diana berusaha memberikan pengertian bagaimana harus membangkitkan perusahaan. Ia berusaha membangun kepercayaan karyawan dengan terjun langsung setiap hari, intens berkomunikasi, termasuk dengan melakukan sharing session dua hari sekali.

Di masa pandemi ini, meskipun banyak yang berpandangan “Kalau bisa survive saja, sudah bagus”, pihaknya tidak hanya menargetkan untuk sekadar survive, tetapi mesti bisa berlari mengejar target yang tinggi. Tidak pasrah dengan keadaan. Diana juga cukup detail dalam memantau cash flow perusahaan.

Di bawah pimpinan Diana, kinerja IKI terus membaik. Misalnya, dibandingkan 2019, revenue 2020 naik 22%. “Artinya, program yang kami jalankan sangat efektif. Yang tadinya delivery bisa terlambat dua minggu sampai satu bulan, kami akhirnya bisa on time terus padahal di masa pandemi. Di 2021 ini, kami targetkan naik menjadi 70%,” ungkap Diana semringah.

Dari sisi revenue, dari target 70% itu sudah on hand, bahkan ada beberapa proyek tambahan dari sinergisitas dengan sejumlah pemerintah daerah. Pihaknya menargetkan, tiap 15 hari harus selesai satu kapal sehingga dalam sebulan dalam satu fasilitas IKI harus menyelesaikan dua kapal.

Kini IKI bisa memproduksi kapal roro, kapal alumunium, kapal tongkang, kapal kargo, kapal ikan fiber, kapal ikan baja, dan kapal self-propelled barge. “Yang paling banyak dipesan: kapal roro, kapal penumpang, dan kapal ikan,” ujar Diana.

Pihaknya sejak 2020 juga mulai bergerak menjadi green shipyard yang ramah lingkungan. IKI pun kini melakukan ekspansi layanan. Termasuk, mengerjakan proyek konstruksi yang berhubungan dengan keahlian pengelasan, elektris, piping, dan sejenisnya.

Tak mengherankan, di saat kebanyakan perusahaan mengurangi karyawan, Diana justru berani menambah karyawan. Di saat banyak pihak mengurangi gaji karyawan, IKI justru berani menaikkan gaji karyawan 3%-5%.

“Di situ saya ingin ajari mereka untuk paham seberapa besar kinerja mereka di 2020. Kami juga bersyukur tidak pernah mengalami keterlambatan gaji sejak Agustus 2020. Dengan realisasi seperti itu, mereka sudah percaya saya sebagai Dirut,” Diana menandaskan.

Yang pasti, meski menjadi CEO, Diana tetap tak lupa dengan perannya sebagai ibu dan istri. Seminggu sekali, dia gunakan waktunya untuk keluarga. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved