Future Business Leaders

Ronny Gani, Berambisi Besarkan Industri Animasi di Tanah Air

Ronny Gani, pendiri PT Bengkel Animasi Nusantara (Bengkel Animasi).

Ronny Gani, pendiri PT Bengkel Animasi Nusantara (Bengkel Animasi), terlibat dalam industri efek visual (animasi) sejak 2006 untuk sejumlah film Hollywood, di antaranya The Star Wars Mandalorian, Avengers, Pasific Rim, Ready Player One, Transformer Age of Extinction, Ant-Man, dan Aquaman. Posisinya sebagai animator senior. Kecintaan pada dunia animasi kemudian mendorong Ronny mendirikan Bengkel Animasi di tahun 2014.

Bengkel Animasi awalnya adalah sebuah komunitas untuk membagikan informasi dan pengetahuan dari mereka yang berpengalaman kepada mereka yang baru merintis karier di industri animasi dan grafik. Anggota Bengkel Animasi saat ini sekitar 6.000 orang, tersebar di berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Padang.

Menurut Ronny, perkembangan animasi dan konten menciptakan peluang besar bagi Indonesia dan masyarakat yang memiliki sisi kreatif, terutama, ketika memfaktorkan jumlah populasi yang besar. “Ini menjadi potensi utama, di mana kita bisa berkompetisi secara global,” ujar lulusan Teknik Arsitektur Universitas Indonesia ini.

Sayangnya, Ronny menambahkaan, fenomena ini tidak disertai kemampuan produksi, wawasan produksi, serta standar untuk menghasilkan produk yang baik dan mampu berkompetisi secara internasional. “Ini bisa dilihat dari rendahnya jumlah fresh graduate yang terserap di dalam industri ini. Selain itu, juga kurangnya informasi tentang standar produk animasi, serial, atau game yang ingin di-publish di platform streaming,” ungkapnya.

Kebanyakan komunitas Indonesia, menurut Ronny, tidak memiliki wawasan yang mendalam tentang bagaimana cara memproduksi animasi secara berkualitas. “Ini membuat kita tertinggal, bahkan dalam konteks Asia Tenggara,” ia menandaskan.

Dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia, misalnya, kata Ronny, industri animasi mereka bisa maju karena pemerintahnya mendukung penuh, bukan hanya memfasilitasi. Di Singapura, tahun 2019 ada institusi yang mendukung short film atau produk kreatif dan desain dengan memberikan bantuan dana untuk memproduksi secara mandiri.

Di samping itu, Pemerintah Singapura juga mengundang perusahaan internasional untuk membuka perwakilan di negaranya dengan kebijakan kemudahan pajak. Dan, di saat yang bersamaan, ketika perusahaan tersebut masuk, mereka diminta untuk give back to the community. “Jadi, bukan hanya dikasih diskon, tetapi juga tanggung jawab untuk mengadakan internship, reach out sekolah-sekolah, dan membangun komunitas,” katanya.

Melihat kondisi tersebut, Ronny pun memiliki visi untuk menjadikan Bengkel Animasi sebagai perusahaan yang memberikan pengaruh untuk meng-improve dan mengeksplisitkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), membesarkan komunitas animasi dan grafik, serta meningkatkan kemampuan produksi di lingkup animasi dan grafis di Indonesia. Realisasinya, ia mengutarakan, melalui misi, yakni berkolaborasi dengan banyak animator, institusi seperti sekolah menengah kejuruan, universtas, dan lembaga pemerintah yang terkait dengan pengembangan industri kreatif.

“Kami berkolaborasi dalam hal training human resource. Di saat yang bersamaan, kami menciptakan platform untuk mempertemukan stakeholder untuk berbagai informasi, dan diharapkan dapat berkembang secara bersama-sama,” katanya.

Program Bengkel Animasi, Ronny mengungkapkan, mengoneksikan animator yang memiliki pengalaman panjang dengan orang-orang yang ingin masuk ke industri. Di samping itu, juga mengoneksikan pelaku industri animasi dengan pembuat kebijakan untuk berbagi tentang kendala mereka dalam mengembangkan tim dan bisnis. Kemudian, mengoneksikan perusahaan animasi dengan lembaga pendidikan. Ia berharap, nantinya sekolah atau universitas lebih paham apa yang dibutuhkan di lapangan (industri animasi), sehingga mereka dapat memodifikasi silabus yang lebih adaptif di lapangan.

Menurut Ronny, Bengkel Animasi telah sukses membantu animator muda untuk bekerja di perusahaan animator dan grafis seperti Toneplus Jepang, Ubisoft Singapura, Giggle Garage Malaysia, Infinite Studio Batam, dan The Little Giantz Jakarta. Ke depan, ia akan tetap fokus mengembangkan Bengkel Animasi, serta harus bisa memberikan dampak bagi komunitas dan meng-upgrade SDM secara keseluruhan. Harapannya, Indonesia memiliki perusahaan animasi yang bisa menghasilkan produk seperti Marvel. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved