Future Business Leaders

Sudianto Oei, Menjadi Besar dengan Terus Belajar

Sudianto Oei, Menjadi Besar dengan Terus Belajar
Sudianto Oei, Co-founder & CEO PT Hypernet Indodata (Hypernet Technologies).
Sudianto Oei, Co-founder & CEO PT Hypernet Indodata (Hypernet Technologies).

Sekitar 15 tahun lalu, usaha bisnis warnet (warung internet) memang menjamur di Indonesia, dan salah satu pelakunya ialah Sudianto Oei, Co-founder & CEO PT Hypernet Indodata (Hypernet Technologies). Yang membedakannya dengan pelaku bisnis warnet lain, Sudianto merupakan sosok yang punya visi dan terus belajar hal baru agar bisnisnya menjadi semakin besar.

Tak mengherankan, ketika banyak pelaku usaha warnet tutup dan tinggal kenangan, Sudianto justru sebaliknya. Bisnisnya makin berkibar dengan Hypernet Technologies yang ia dirikan.

Hypernet kini dikenal sebagai salah satu perusahaan managed service provider yang direspek di pasar dengan ratusan pelanggan korporasi dari bisnis hospitality, manufaktur, keuangan, industri makanan dan minuman, hingga transportasi. Perusahaan ini tak lagi hanya menyediakan layanan internet sebagaimana di saat awal berdiri, tapi juga bergerak di layanan teknologi informasi (TI) lainnya, mulai dari layanan cloud, koneksi Wi-Fi, komunikasi digital, profesional TI, keamanan, hingga provider jaringan fiber optik.

Karena skala bisnis Hypernet yang membesar dan kuatnya basis pelanggan korporasinya, belum lama ini XL Axiata Group terpincut meminangnya untuk menjadi salah satu pemegang saham utama (joint ownership) dan ingin bersama membesarkan Hypernet agar tumbuh ke level berikutnya.

Hypernet termasuk contoh perusahaan yang dibangun dari nol. Sudianto memulainya dari bisnis warnet pasca-krismon 1998 ⸺ketika itu memang mulai menjamur bisnis warnet.

“Untuk mengawali bisnis ini, saya didukung orang tua untuk membuka warnet. Saat itu, banyak anak muda yang mulai ingin mengetahui masalah internet namun mereka belum ada koneksi yang proper di rumahnya sehingga larinya ke warnet,” kata Sudianto mengenang. Saat itu ia bisa punya tiga cabang warnet di sekitar Universitas Bina Nusantara (Ubinus) tempatnya kuliah.

Salah satu tonggak penting dan peluang emas bagi Sudianto ketika mengawali bisnis, ia diberi kesempatan bekerjasama dengan Ubinus (Jakarta Barat) untuk membangun infrastruktur jaringan layanan internet bagi 2.000 lebih penghuni rumah kos di sekitar kampus Kemanggisan. Ketika masih berstatus mahasiswa Ubinus, saat itu kampusnya sedang membangun konsep e-learning, menarget para mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus ⸺agar mereka terkoneksi langsung dan bisa mendapatkan konten e-learning Binus.

“Saya dan tim diminta untuk create internet network, bagaimana agar konsep e-learning ini bisa jalan dan sampai ke mahasiswa, terutama mahasiswa yang berada di sekitar kampus,” katanya.

Selama satu tahun ia membantu Binus membangun jaringan internet kampus. “Dari sana saya belajar dan mendapatkan pengalaman banyak mengenai konsep networking internet dan sebagainya. Dan setelah itu, saya memberanikan diri untuk membuka perusahaan IT atau internet service provider (ISP) yang sekarang dikenal dengan nama Hypernet,” Sudianto memaparkan pengalamannya.

Memulai dari skala home industry, tahun 2007 Hypernet resmi menjadi perusahaan berbadan hukum (PT Hipernet Indodata) dan menjadi ISP yang menyasar segmen korporat. Di saat awal, ia menyasar pelanggan perusahaan yang pegawai divisi TI-nya kebanyakan alumni Binus.

“Hypernet ini bukan dari grup perusahaan besar sehingga kami hanya mengandalkan referensi word of mouth,” katanya. Gayung bersambut, dengan kerja keras, usahanya terus berkembang dan bisa membuka kantor cabang di berbagai kota besar di Jawa dan Bali. hingga Palembang, Makassar, dan Balikpapan.

Yang layak diacungi jempol dari Sudianto dan timnya, kemauan mereka untuk belajar dalam mengembangkan hal-hal baru pada bisnis. Tak mengherankan, perusahaannya juga terus bertransformasi ke arah yang lebih advance.

“Awalnya kami hanya fokus sebagai penyedia koneksi internet (ISP), tetapi sejak 2015 kami reposisi sebagai managed service provider yang menyediakan layanan terintegrasi untuk semua resource dan pengelolaan bidang IT,” katanya menjelaskan.

Jadi, Sudianto dan timnya memberikan total solution ke pelanggan. Tidak hanya infrastruktur jaringan internet, tapi juga hardware, software, hingga personel teknisi alih daya untuk pengelolaan seluruh aset TI.

“Kami berharap customer kami fokus pada core business mereka tanpa repot mengurusi masalah IT di belakangnya,” katanya tandas. Jangan heran, kini bisnis layanan data center dan bisnis jaringan optic fiber pun sudah dikembangkan Hypernet Group.

Untuk menyelenggarakan layanan serat optik, Hypernet mendirikan PT Cablenet Fiber Data yang memegang izin nasional untuk jaringan serat optik dan sudah membangun infrastrukturnya di daerah Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, juga telah mendirikan anak perusahaan tersendiri untuk menyediakan layanan cloud.

Salah satu kiatnya agar bisa cepat tumbuh dan mampu memberikan layanan terbaik ialah menggandeng perusahaan teknologi terkemuka dunia untuk bersinergi. Untuk layanan cloud, misalnya, Hypernet menggandeng Microsoft. Lalu, Hypernet pun menggandeng pemain global, Aruba, sebagai partner untuk layanan managed service pertamanya di Indonesia. Selain dua perusahaan itu, Hypernet juga bermitra dengan Hewlett Packard, Sophos, Honeywell, Commscope, dan Sangfor.

Sebagai leader, Sudianto selalu mengajak timnya untuk terus belajar dan berinovasi. “Inovasi kami jalankan selalu berdasarkan feedback pelanggan. Kami memulainya dari kebutuhan pelanggan,” ujarnya.

Karenanya, meningkatkan customer satisfaction dan memaksimalkan tingkat service level agreement harus menjadi perhatian utama di bisnis service seperti yang dijalankan Hypernet. Untuk itu, ia dan timnya tak segan mendengarkan masukan pihak lain. Masukan dari kalangan pakar tentang pengelolaan perusahaan, misalnya, banyak yang ia terapkan untuk kemajuan Hypernet.

Yang juga penting baginya sebagai CEO, membangun leadership skill di tim internal perusahaan. Ia berkeyakinan bahwa resource paling berharga di perusahaannya adalah people.

“Mereka merupakan aset terpenting perusahaan. Di industri IT, yang menjadi main asset adalah people, bukan produknya. Jadi, bagaimana caranya kami sebagai manajemen mendukung people kami agar bisa terus grow untuk memaksimalkan potensi mereka dengan cara training ataupun create idea,” Sudianto menjelaskan rahasia leadership-nya.

Sebab itu, prioritas pertamanya dalam memimpin ialah membangun people yang excellent, kemudian baru diikuti mentransformasi produk. “Produk kami tidak bisa stop, lifecyle produk harus terus renew karena teknologi ini sangat dinamis, jangan sampai inovasinya stop. Produknya harus di-optimize, juga harus menekan cost dan menggunakan tools dari sisi teknologi,” ungkapnya.

Yang jelas, untuk mengembangkan bisnis, Sudianto berbagi peran dengan adik kandungnya. Adiknya mengurusi internal dan menjaga klien, sedangkan ia belakangan ini lebih fokus membangun aliansi dan mengembangkan bisnis baru. (*)

Sudarmadi & Sri Niken Handayani

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved