Leaders zkumparan

Hendro Gondokusumo: Tetaplah di Core Business serta Jaga Relasi dan Tim Tetap Solid

Hendro Gondokusumo: Tetaplah di Core Business serta Jaga Relasi dan Tim Tetap Solid

Pernah hampir bangkrut dilanda krisis moneter 1998, kini bisnis Intiland Group yang bergerak di sektor properti semakin moncer. Apa rahasianya? Bagaimana pula Intiland memandang masa depan bisnis dan apa strategi merespon iklim bisnis yang belakangan berubah pesat? Berikut ini nasihat pebisnis senior Hendro Gondokusumo, founder dan CEO PT Intiland Development Tbk.

Hendro S. Gondokusumo, Founder & CEO PT Intiland Development Tbk

Sebagai pebisnis senior, bagaimana bapak melihat kelesuan bisnis dalam beberapa tahun terakhir?

Jadi, ekonomi itu memang sudah begitu hukumnya, ada naik dan turunnya. Tidak pernah ada kejadian ekonomi naik terus tanpa pernah turun. Yang paling penting, apapun keadaannya kita harus fokus di bidangnya sendiri-sendiri, fokus di bidang bisnis utama. Jadi kalau ekonomi sedang turun kita tetap bisa survive. Tapi kalau ekonomi naik kita bisa dapat keuntungan yang bagus. Seperti orang-orang bilang ini ‘zaman now’, maka kita harus sesuaikan bisnis dengan kebutuhan di zamannya.

Bagaimana sebaiknya menyikapi ini?

You konsentrasi di you punya bisnis. Lalu hadapi masalahnya. Jangan lantas lihat bisnis orang lain bagus, lalu kita mau pindah kesana karena bisnis kita lesu. Bisnis orang lain itu belum kita mengerti. Sebaliknya orang lain lihat bisnis kita juga belum tentu dia ngerti. Misalnya orang lihat bisnis properti kan dia lihat luarnya saja keliatan bagus, dia nggak tahu kompleksitas masalahnya. Jadi kalau dalam keadaan kayak begini, you fokus di you punya core bisnis, jangan dengar orang cerita disana ada yang bagus lalu you mau ikut kesana, yang ini bakal lebih jebol lagi. Jadi fokus, lihat dan ikuti terus, nanti akan ada titik dimana you akan tahu oh di sini jalan keluarnya. Karena ini you punya bisnis, you yang lahirkan dia, you yang mestinya tahu betul bagaimana tumbuh kembangnya. Kalau saat keadaan sulit saya lalu pindah misalnya ke bisnis kapal, mungkin sepuluh tahun lagi orang yang real pebisnis kapal masih eksis, saya sudah bangkrut hehe...

Jadi harus tetap fokus pada core bisnis ya pak?

Yes, jangan keluar dari core-nya, kalau menurut saya fokus, ikuti terus dan lihat kesempatan-kesempatan dari sini. Kalau ini sudah bagus dan mapan, baru you mau kembangin bisnis ke lini lainnya itu boleh-boleh saja. Tapi jangan pernah keluar dalam arti ‘melarikan diri’ dengan masuk ke bisnis baru yang beda. Ini menurut saya ya.. mungkin kalau menurut anak zaman now mungkin beda lagi kan hehe… Tapi ini kan kontekstual dengan yang anda tanyakan tadi bagaimana agar survive di saat krisis.

Bagaimana meyakinkan tim agar tetap solid?

Saat situasi seperti itu, pernah kan dulu 1998, lalu 2008 juga, saya bilang ke tim, kita harus bertahan di core bisnis kita dan cari jalan keluarnya. Saya melihat semunya commited. Yang sebenarnya ditakutkan adalah kalau ada yang tidak berani menghadapinya, lantas lari, ya perusahaan pasti hancur. Jadi tim yang solid itu penting.

Lalu satu hal penting lagi, relasi dengan semua yang di luar sana yang support bisnis Anda, harus dijaga dengan baik. Misalnya hubungan dengan bank. Saat sedang sulit bank lihat you tetap serius menangani, ada inisatif-inisiatif posoitif untuk menghadapi masalah, maka bank pasti akan bantu juga. Tapi kalau you malah acuh, apalagi sampai menutup-nutupi, bahkan ‘lari’, justru mereka mungkin akan ambil tindakan.

Jadi relationship dengan semuanya harus tetap bagus, biar mereka tahu kita lagi ngapain, ini akan menjaga kepercayaan mereka. Relasi itu dirawat, dengan klien dan semua pihak yang jadi pendukung bisnis Anda, semua harus dijaga hubungan baiknya dan itu dimulai sejak awal. Kita jujur ke semua mitra mengapa kita delay, duluan pro aktif kabarkan ke mereka, jangan menunggu mereka yang tanya baru kita kasih jawaban.

Bagaimana pengalaman Bapak melewati masa krisis?

Waktu krisis ekonomi tahun 1998, kalau mau dibilang saat itu perusahaan ini sudah bangkrut, tapi saya fokus, dan satu lagi saya beruntung punya manajemen yang bersatu, solid. Properti waktu itu sulit, karena kami ada pinjaman dalam dolar, maka kami cukup berat saat itu. Nah, saat-saat seperti itu, orang-orang kita (profesional) bisa saja tinggalin kita, pindah ke perusahaan lain yang bisnisnya nggak kena imbas krisis. Tapi beruntungnya saya, manajemen saya nggak ada yang keluar. Jadi kalau dalam keadan sulit, pertama fokus cari solusi. Kedua di intern kita itu mesti harus lebih solid.

Apa rahasia kepemimpinan Bapak sehingga tim tetap solid ?

Selama meimpin perusahaan, pernahkah mengambil kebijakan baru kemudian disadari itu salah?

Oh itu pasti pernah, tidak sekali dua kali, tapi itu manusiawi. Yang nggak boleh itu adalah salah karena melakukan hal yang sama lagi, jadi seperti jatuh di lubang yang sama. Itu yang tidak boleh. Kita bisa salah, tapi berani mengaku salah. Kita semestinya bukan berani ngomong hari ini kita sukses, tapi mestinya berani ngomong hari ini kita masih ada.

Bagaimana memilih orang-orang yang bisa mendukung perusahaan untuk bisa terus maju?

Saya kira masing-masing ada keunggulan dan kekurangannya. Tapi kemudian saat lagi ngumpul, ngobrol-ngobrol baru kita tahu ini cocok untuk di tim, by feeling, bisa kayak gitu. Tapi ya karakter basiknya juga mesti baik, integritas itu penting.

Berbisnis di zaman now yang semua serba cepat dan instan, apakah mengubah strategi bisnis?

O ya tentu. Jadi ada pemimpin bisnis di China dia bilang di zaman sekarang setiap pagi kita bangun tidur kita sudah harus berpikir apalagi yang baru? Beda dengan zaman dahulu, pagi hari ini dan besok mungkin kita masih berpikir melajutkan pekerjaan kemarin yang belum selesai. Menurut saya ini bagus. Dengan kata lain kita harus ikuti, kalau diam kita sudah ketinggalan. Jadi kita harus melihat yang mana yang cocok. Mungkin ada hal-hal tertentu cocok, tapi ada yang tidak. Saya sendiri selalu ikuti perkembangan, saya senang dengan konsep-konsep baru. Anda bisa lihat proyek-proyek Intiland yang baru, desainnya “aneh-aneh” semua hehe... Itu tim kami yang muda-muda yang punya ide. Anak saya juga sudah balik dari Amerika dan mulai ikut bantu di beberapa proyek. Jadi di perusahaa kami banyak orang muda.

Dua-tiga tahun belakangan katanya daya beli masyarakat menurun?

Menurut saya , bukan daya beli yang melemah. Jadi setelah tax amnesti itu berjalan orang justru makin hati-hati untuk spending money, karena uangnya sudah bersih. Dulu orang kalau mau beli properti selalu yang pertama lokasi, kedua lokasi ketiga lokasi. Kalau sekarang pertama lokasi, kedua siapa pengembangnya? Dan ketiga, beli ini bisa untung nggak. Jadi pilihannya itu banyak. Dari teman-teman pemain properti dari segmen mana pun tetap ada pembelinya. Jadi pembeli tetap ada, tapi mereka sekarang lebih hati-hati mau keluarkan uangnya.

Apa target dan rencana ke depan dari Intiland?

Kami masih mau terus lanjutin yang sudah jalan sekarang, kami tetap akan fokus kembangin properti di Jakarta dan sekitarnya serta Surabaya dan sekitarnya. Untuk apartemen dan landed property juga. Karena market di dua tempat itu masih sangat luas. Kami nggak mau yang jauh-jauh, kecuali hotel kami yang sampai ke daerah-daerah. Sekarang kami kembangkan juga tidak harus di tanah kami sendiri, kami kerja sama juga dengan pemilik tanah kalau potensial.

Apa nasihat Bapak untuk para pebisnis muda?

Pertama, jangan pernah berpikir bahwa kompetitor mu adalah ‘musuh’ yang harus kami tumbangkan. Apalagi dalam bisnis properti, justru kamu butuh sesama pemain. Karena di suatu kawasan yang semakin banyak pemain masuk, justru semakin baik untuk membuat kawasan semakin ramai. Dalam bisnis kita saling membutuhkan, bukan hanya dengan mitra, dengan kompetitor pun kita saling butuh. Kita mesti lihat positifnya dari kehadiran kompetitor. Kalau kita terus cari kesalahan/kelemahan dia itu kan artinya kita ketarik energi negatif, itu nggak baik buat bisnis. Kalau satu kota itu ramai dengan pengembang yang bagus-bagus, pasti semuanya laku, saling mempengaruhi.

Editor: Sujatmaka


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved