Indonesia Best CFO zkumparan

Fransetya Hutabarat, Ubah Mentalitas Perusahaan dari Cost Center Menjadi Profit Center

Fransetya Hutabarat, Ubah Mentalitas Perusahaan dari Cost Center Menjadi Profit Center
Fransetya Hutabarat, CFO PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI).

Karier profesionalnya dimulai pada Juni 1996, dengan menjabat sebagai Finance & Accounting Manager PT Sarana Artasentosa. Sebelum melabuhkan kariernya di PT KPI (Subholding Refining & Petrochemicals), alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini menjalani kariernya yang panjang itu di sejumlah perusahaan ternama di Indonesia, beberapa di antaranya di posisi CFO. Dengan kata lain, ia juga berpengalaman memainkan peran sebagai komandan di bidang keuangan korporat.

Fransetya masuk ke PT KPI ketika dunia dilanda pandemi Covid-19. Ia merasa tantangan terberat yang dihadapinya adalah bagaimana menjaga profitabilitas perusahaan, dengan tetap menjaga posisi cash flow (likuiditas) di tengah terpaan pandemi.

Saat itu, ia melihat dunia industri energi, khususnya bisnis migas yang ditekuni PT KPI, menghadapi “triple shock event” yang sangat memengaruhi kinerja perusahaan dan menjadi tantangan sangat berat untuk dapat tetap survive. Pertama, fluktuasi harga minyak, yang membuat perusahaan (termasuk Grup Pertamina) perlu memastikan kondisi operational excellence guna menghadapi ketidakpastian pasar.

Kedua, penurunan permintaan (demand) pasar dan cadangan suplai minyak Pertamina. Ketiga, depresiasi nilai tukar rupiah, yang mengakibatkan proyeksi pertumbuhan pendapatan menurun karena transaksi perusahaan yang harus menggunakan mata uang asing.

“Tantangan-tantangan (triple shock) itu sangat berat, sehingga dibutuhkan strategi terobosan yang signifikan agar perusahaan tetap survive,” kata peraih gelar Master of Science bidang Keuangan dari University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat ini.

Strategi terobosan PT KPI pada dasarnya adalah mengubah mindset perusahaan dari cost center menjadi profit center. Dengan demikian, setiap entitas dalam perusahaan difokuskan untuk meningkatkan profitabilitas dengan cara menambah yield valuable product yang bisa dihasilkan serta menjaga cash flow perusahaan secara ketat.

Yang tak kalah penting, PT KPI juga berupaya menggali sumber revenue baru. Menurut Fransetya, langkah pengembangan bisnis ini dilakukan secara kolaboratif, khususnya antara fungsi Perencanaan-Pengembangan Bisnis dan fungsi Optimalisasi Produk.

Fungsi Keuangan sebagai business partner membantu dalam dua hal. Pertama, mengidentifikasi produk baru bernilai tinggi, baik di pasar lokal maupun ekspor. Kedua, melakukan sourcing mitra-mitra baru untuk pengembangan produk derivatif petrokimia baru, agar dapat menghasilkan produk baru yang bernilai tinggi.

Prospek dan potensi pasar ekspor dengan produk-produk bernilai tinggi dilihat PT KPI dengan memanfaatkan business networking. Lalu, untuk memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan kinerja perusahaan, perusahaan berupaya menggunakan teknologi terkini.

Fransetya menyebutkan, sasaran yang ingin dicapai pihaknya adalah menciptakan value added yang optimum untuk Subholding Refining & Petrochemicals dari Grup Pertamina ini. Pada gilirannya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam memenuhi aspirasi Pertamina, yaitu menjadi perusahaan global energi terdepan dengan nilai pasar US$ 100 miliar.

Sejauh ini, menurut Fransetya, hasil yang dicapai bisa dilihat dari peningkatan sejumlah indikator utama kinerja perusahaan, seperti penjualan, profitabilitas, dan efisiensi biaya. “Secara bertahap, PT KPI beralih dari cost center menjadi profit center,” ujarnya.

Dalam hal ini, kilang-kilang yang sudah ada (existing refinery units) diprioritaskan untuk memproduksi produk-produk yang bernilai lebih tinggi, untuk mendukung pencapaian profitabilitas yang telah ditargetkan. Dengan cara itu, menurut Fransetya, bisa tercapai peningkatan laba yang signifikan pada semester II/2020, yakni hingga 103% lebih tinggi dibandingkan semester I/2020. Selain itu, profitabilitas pun terjaga, hingga semester I/2021 bisa mencapai laba US$ 280 juta.

Menurut Philip Purnama, salah seorang anggota Dewan Juri Best CFO SWA 2021, Fransetya termasuk CFO dengan kualitas CEO (chief executive officer). Philip menyebutkan Fransetya sebagai CFO dengan pengalaman paling kaya di antara finalis ajang ini karena sudah berkiprah di berbagai jenis industri. “Walau baru setahun di Grup Pertamina, Fransetya bisa menguasai dengan cepat industri refinery,” Philip memberi catatan khusus.

Keunggulan lain CFO ini, mampu memanfaatkan momentum kenaikan harga produk minyak bumi (bensin, minyak tanah) dan kenaikan crack spread, sehingga bisa memperbaiki EBITDA senilai triliunan rupiah. “Ia berhasil men-turnaround PT KPI dari cost center mentality menjadi profit center mentality,” kata Philip lagi, memuji. (*)

Joko Sugiarsono & Herning Banirestu

www.swa.co.id

Kutipan:

“Tantangan-tantangan (triple shock) itu sangat berat, sehingga dibutuhkan strategi terobosan yang signifikan agar perusahaan tetap survive.” Fransetya Hutabarat, CFO PT Kilang Pertamina Internasional


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved