Leaders Indonesia Best CFO zkumparan

Kiprah Arief Budiman di Pertamina, Kini Direktur LPI

(kiri-kanan) Arief Budiman, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) periode 2014-2018 menerima penghargaan Indonesia Best CFO 2016 yang diserahkan Kemal E. Gani, Pemimpin Redaksi Grup SWA Media, di Jakarta, pada Selasa, 9 Agustus 2016. (Foto : Wisnu Tri Rahardjo/SWA)

Arief Budiman segera memasuki ruang penjurian Indonesia Best CFO 2016 di Marquee Executive Office, Cyber 2 Tower, Jakarta pada medio Juli 2016. Arief bersama dua pegawai PT Pertamina (Persero) menggelar kertas berukuran 2×1 meter yang menyuguhkan beragam indikator kinerja keuangan dan bisnis Pertamina. Arief, yang kala itu menjabat Direktur Keuangan/CFO (Chief Financial Officer) Pertamina, menjabarkan pencapaiannya sebagai komandan Departemen Keuangan Pertamina yang mengelola keuangan serta dampak positifnya terhadap bisnis perseroan.

Saat itu, Arief mengisahkan kiprahnya di Pertamina dimulai pada 2014. Sebagai CFO di Pertamina, tugas Arief ini memimpin departemen keuangan yang meliputi fungsi akuntansi dan pengendalian, tresuri, pembiayaan, strategi korporasi, manajemen risiko, serta tata kelola manajemen anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan. Sebelum berlabuh ke Pertamina, Arief adalah Presdir PT Mckinsey Indonesia (Agustus 2004-November 2014).

Ketika berkarier di Pertamina, Arief bersama timnya membenahi pos-pos keuangan yang menggerus kas perseroan. Setiap tahun, dana perusahaan yang menguap dari biaya transportasi saja sebesar US$ 500 juta. Arief memangkas biaya tersebut. Selanjutnya, Arief memangkas biaya-biaya operasional sebesar 30% dan belanja modal 15% tanpa mengurangi tingkat kesejahteraan pegawai. Efisiensi yang berhasil diukir Pertamina di tahun 2015 itu mencapai US$ 608,42 juta. Kelihaian Arief menata keuangan adalah berhasil mengurangi utang perusahaan sebesar US$ 4 miliar atau 20% dari jumlah total pinjaman antara tahun 2014 dan 2015.

Pertamina pada 2015 membukukan marjin EBITDA (earning before interest, tax, depreciation, amortization) sebesar 12,28% yang diklaim sebagai raihan tertinggi sepanjang sejarah laporan keuangan Pertamina. Arief membagi tiga fase dalam menata keuangan Pertamina. “Yang pertama kami berhasil keluar dari krisis. Episode kedua adalah membangun fondasi keuangan yang lebih solid. Dan episode ketiga kami membuat strategi dan target Pertamina 2030,” ujar Arief kepada SWA, pada Juli 2016. Pemaparan pria berkacamata ini mengundang decak kagum para dewan juri Indonesia Best CFO 2016. Arief menduduki peringkat pertama lantaran memperoleh skor 89,08 poin, skor tertinggi dibandingkan CFO lainnya yang berpartisipasi di ajang tahunan yang digelar oleh Majalah SWA.

Berbagai program pembenahan memacu laba bersih Pertamina yang di tahun 2015 naik sebesar 11%, atau menjadi Rp 19 triliun dibandingkan tahun 2014. Laba bersih perseroan melejit karena untung selisih kurs mata uang asing. Jika dihitung dollar AS, Pertamina pada 2015 menjaring laba bersih senilai US$ 1,4 miliar, turun 2% dibandingkan tahun 2014. Kendati demikian, penurunan tersebut lebih rendah dibandingkan perusahaan migas global, semisal Shell yang turun 80%, Exxon minus 50%, dan Petronas menyusut hingga 64%. “Walau industri migas sedang turun, kami tidak melakukan PHK,” ujar Arief

Arief tak hanya membenahi pos keuangan, namun juga sektor lainnya, seperti SDM dan teknologi informasi. Arief membagikan cerita mengenai strategi Pertamina membangun Sistem Informasi Investasi Pertamina (SIIP) untuk mengintegrasikan seluruh proyek dan dokumen dan rutin menjalin forum diskusi bersama para direktur keuangan di anak perusahaan Pertamina dalam forum diskusi. “Kami kini memiliki komunitas CFO untuk berbagi ilmu dan pengalaman di internal Pertamina,” ujar Arief, kelahiran 10 Juli 1974 ini.

Perjalanan Karier

Rekam jejak lulusan S-1 dari Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung (1996) ini diapresiasi berbagai kalangan tatkala menjabat CFO Pertamina. Pada tahun berikutnya, karier Arief kian kinclong. Sebab, Kementerian BUMN mengangkat Arief sebagai CEO PT Danareksa (Persero) di tahun 2018.

Kini, peraih gelar MBA dari The Wharton School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, kembali dipercaya pemerintah. Presiden Joko Widodo memperkenalkan Arief Budiman sebagai Wakil Ketua Dewan Direktur/Direktur Investasi di Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) pada Selasa pekan ini. “INA dikelola oleh putra-putri terbaik bangsa yang berpengalaman di kancah profesional internasional, yang dijaring oleh panitia seleksi dibantu oleh para headhunter profesional,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara pengenalan Dewan Pengawas dan lima anggota Dewan Direktur LPI di Istana Merdeka, seperti dikutip SWA online dari laman Setkab di Jakarta, Kamis (18/2/2021).

(kedua dari kiri) Arief Budiman, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) periode 2014-2018 menerima penghargaan Indonesia Best CFO 2016 yang diserahkan Kemal E. Gani, Pemimpin Redaksi Grup SWA Media (kedua dari kanan) didampingi oleh Dekan IPMI International Business School, Prof. Roy Sembel (kanan), dan Pemimpin Usaha Majalah SWA, Zetta Saraswati (kiri) di Jakarta, pada Selasa, 9 Agustus 2016. (Foto : Wisnu Tri Rahardjo/SWA)

Presiden Jokowi menjabarkan sosok Arief yang ahli di industri keuangan dan investasi serta memiliki pengalaman 25 tahun di berbagai perusahaan internasional dan domestik. “Dan dalam usia yang sangat muda, beliau dipercaya sebagai President McKinsey Indonesia, pernah menjadi konsultan Booz Allen Hamilton di Amerika dan di Asia, pernah menjadi Direktur Utama Danareksa, dan Direktur Keuangan Pertamina,” tutur Jokowi. Sebelum berkiprah di McKinsey Indonesia itu Arief berkarier di Booz Allen & Hamilton, New York, AS sebagai Associate pada Januari 2003-Juli 2004, bekerja di Merrill Lynch Singapura pada Mei-Agustus 2001, Booz Allen & Hamilton (Asia) Jakarta pada Mei 1997- Juni 2000, dan Pillar Pradhana Ekatama, Jakarta sebagai teknisi sistem teknologi informasi/system engineer (Oktober 1996-Mei 1997). Arief meraih gelar MBA dari The Wharton School, University of Pennsylvania, AS

Pada kesempatan ini, Presiden Jokowi juga memperkenalkan Dewan Direktur LPI lainnya yang seluruhnya berasal dari unsur profesional. Mereka adalah Ridha Wirakusumah (Ketua Dewan Direktur), Stefanus Ade Hadiwidjaja (Direktur Investasi), Marita Alisjahbana (Direktur Risiko), dan Eddy Porwanto (Direktur Keuangan).

Sosok dan rekam jejak Eddy, seperti disampikan Presiden Jokowi, adalah profesional yang berpengalaman mengelola keuangan, turn around kinerja, dan value improvement di berbagai perusahaan multinasional. “Punya banyak pengalaman sebagai direktur keuangan di berbagai sektor industri penerbangan, otomotif, dan consumer goods. Juga pernah di Northstar Pacific dan CFO General Motors Indonesia,” ucap Presiden Jokowi menjelaskan.

Di ajang Indonesia Best CFO, Eddy menduduki peringkat yang prestisius seperti halnya Arief. Eddy, ketika menjabat sebagai CFO PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, menyabet mahkota juara lantaran menduduki peringkat pertama di Indonesia Best CFO 2009. Ini merupakan gelaran yang pertamakali diselenggarakan Majalah SWA untuk mengapresiasi prestasi para CFO perusahaan di Indonesia.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved