Leaders

Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari, Mengorkestrasi Pembaruan Corporate Plan BRI

Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari, Mengorkestrasi Pembaruan Corporate Plan BRI
Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari, CFO/Direktur Keuangan BRI.
Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari, CFO/Direktur Keuangan BRI.

Bagi BRI, tantangan di era pandemi Covid-19 lebih besar dibandingkan tantangan saat krisis ekonomi di tahun 2008. Itulah pendapat Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari, profesional yang menjabat CFO atau Direktur Keuangan BRI sejak Januari 2021. Alasannya, core business BRI, yakni layanan perbankan di segmen UMKM, mengalami gangguan yang signifikan, lantaran mayoritas nasabahnya sangat terdampak oleh pandemi.

Pandemi Covid-19, diungkapkan Viviana, memberikan tekanan pada kinerja BRI, khususnya selama tahun 2020. Banyak nasabah (debitur) UMKM BRI yang mengalami penurunan demand akibat melemahnya daya beli masyarakat. Hal ini membuat kemampuan membayar nasabah terganggu, sehingga memengaruhi kualitas pinjaman mereka di BRI.

Menurut Viviana, untuk menyelamatkan usaha para debiturnya, BRI secara proaktif merestrukturisasi kredit. Akumulasi nilainya mencapai Rp 245 triliun untuk 2,9 juta debitur. “Ini merupakan angka restrukturisasi terbesar di industri perbankan Indonesia,” ujarnya.

Kenaikan restrukturisasi menyebabkan peningkatan signifikan pada rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau loan at risk (LAR). Posisi LAR dari total kredit BRI pada 2020 di level 28,3%, sedangkan di tahun 2019 masih di level 9,78%.

Dampak pandemi juga terlihat pada sisi kredit. Di tahun 2020 penyaluran kredit BRI hanya tumbuh 2,5% YoY, lebih rendah dibandingkan 2019 yang tumbuh 7,6% YoY. Sebaliknya, penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh lebih tinggi, yakni 8,6% YoY.

Seiring dengan kenaikan restrukturisasi, pendapatan bunga bersih BRI di tahun 2020 pun terkontraksi 4,9% YoY, sedangkan di tahun 2019 tumbuh 4,88% YoY. Lalu, penurunan pendapatan menyebabkan net interest margin (NIM) BRI pada 2020 turun signifikan menjadi 6,00%, sedangkan di tahun 2019 sebesar 6,98%. Pada ujungnya, meskipun mencatat laba bersih Rp 18,35 triliun pada 2020, laba bersih BRI ini terkontraksi 46,07% YoY.

Kondisi tersebut tentu memberikan tantangan besar bagi manajemen BRI. “Tantangan utama kami adalah bagaimana menetapkan strategic response yang tepat dalam menjalankan bisnis di masa pandemi,” kata Viviana.

Ia memegang peran penting dalam situasi penuh tantangan itu. “Tugas seorang CEO adalah menciptakan value, sedangkan tugas seorang CFO adalah menjadi strategic partner untuk menerjemahkan value tersebut,” katanya.

Direktorat Keuangan BRI yang dia pimpin pun memiliki peran yang sangat penting. Yakni, memastikan ketangguhan perusahaan (company resilience) agar visi dan misinya dapat tercapai.

Ada sejumlah strategi yang diinisiasi Direktorat Keuangan. Antara lain, mengubah strategi jangka panjang (corporate plan) perusahaan. Di masa pandemi, CEO BRI menetapkan bahwa fokus pertumbuhan bisnis BRI adalah Business Follow Stimulus.

Konsekuensinya, menurut Viviana, BRI perlu mengkaji kembali strategi jangka panjangnya (BRIVolution 1.0). Strategi ini pun diperbarui menjadi BRIVolution 2.0 dengan visi yang baru, yaitu sebagai “The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion”.

Selain mengubah corporate plan, ada sejumlah strategi lain yang dipancangkan Direktorat Keuangan. Antara lain, menyempurnakan proses budgeting, menyempurnakan monitoring dan review system, menyempurnakan Performance Management Systems, dan menyesuaikan organisasi.

Khusus mengenai kesehatan dan keamanan kerja karyawan, menurut Viviana, BRI pun mengadaptasi cara kerja, yang disebut BRI The New Way of Working. Ada empat pilar utama program adaptasi ini, yakni Health Protocol, Productive Everywhre, Go Digital, dan Flexible Working. Dalam hal ini, tugas Direktorat Keuangan adalah memastikan kesiapan anggarannya.

“Tugas seorang CEO adalah menciptakan value, sedangkan tugas seorang CFO adalah menjadi strategic partner untuk menerjemahkan value tersebut.”

Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari, Direktur Keuangan/CFO BRI

Dari aspek bisnis, Direktorat Keuangan berperan sebagai strategic partner bagi direktorat-direktorat bisnis dalam melakukan assessment dampak perubahan kondisi terhadap bisnis perusahaan. Di bidang bisnis ini, ada sejumlah strategi yang dijalankan BRI, antara lain menyelamatkan UMKM melalui program restrukturisasi kredit kepada debitur terdampak, fokus pada pertumbuhan dengan prinsip Business Follow Stimulus, fokus pada penghimpunan dana murah (CASA), dan mengakselerasi inovasi digital.

Lalu, bagaimana Direktorat Keuangan ⸺di bawah kepemimpinan Viviana⸺mendukung implementasi berbagai strategi tersebut? “Direktorat Keuangan mengambil peran sebagai leader dalam melakukan transformasi, khususnya di bidang keuangan,” ujarnya. Adapun dalam penyusunan strategi, Direktorat Keuangan menjadi leader dan orchestrator.

Menurut Viviana, untuk memastikan strategi yang telah ditetapkan dapat tereksekusi dengan baik di masa pandemi, diperlukan keterlibatan dan engagement seluruh karyawan. Untuk itu, ada sejumlah inisiatif yang dijalankan. Antara lain, melaksanakan monitoring kesesuaian antara strategi yang dilakukan dan pencapaian target seluruh direktorat beserta kantor wilayah melalui Business Performance Review dan Support Performance Review.

BRI juga membentuk Business Decision Support, organ untuk membantu segmen bisnis dalam merumuskan kebijakan yang selaras dengan corporate strategy. Untuk mendukungnya, BRI membangun sistem berbasis online yang disebut BRISIM (BRI Sistem Informasi Manajemen) untuk memonitor secara real time kinerja tiap-tiap unit kerja.

Di bidang digitalisasi ini, Direktorat Keuangan di bawah Viviana telah mengimplementasikan sejumlah program. Selain BRISIM, ada pula BRIFIRST (BRI Financial Enterprise System). Sistem yang menggunakan modul utama SAP ini mulai diimplementasikan di BRI pada 2021 untuk meningkatkan sistem pelaporan keuangannya agar lebih cepat, akurat, dan efisien.

Juga ada BRIPasti, yang dipakai untuk mendigitalisasi transaksi keuangan di internal perusahaan dan dengan pihak ketiga. Dan, ada pula BRICore yang dipakai sebagai sarana untuk mewujudkan performance driven culture guna menyelaraskan sasaran unit kerja dan target individu para karyawan.

Sentuhan teknologi pun terlihat jelas dalam sistem kerja karyawan, yang di BRI disebut sebagai program BRI The New Way of Working, yang memberikan fleksibilitas kepada karyawan untuk bekerja dan belajar dari mana pun dan kapan pun. Untuk itu, sudah tersedia sistem e-office BRISTARS, aplikasi pembelajaran BRISMART, dan tentu saja BRISIM.

Dari segi model bisnis, BRI telah berhasil menerapkan konsep hybrid bank, yang memadukan physical network, layanan financial advisor, serta digital capabilities. Dalam konteks ini, BRI juga telah berhasil mentransformasi Bank Raya menjadi bank digital, untuk melayani masyarakat di kawasan urban yang lebih digital-savvy. Di tahun 2021 juga, BRI berhasil membentuk holding ultra mikro, yang mengintegrasikan seluruh layanan keuangan BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) ke dalam satu ekosistem.

Dari strategi dan eksekusi yang dilakukan, menurut Viviana, BRI pada 2021 mampu mencatat pemulihan kinerja yang sesuai dengan arahan, yang tecermin dari kinerja perusahaan yang tetap solid di tengah tantangan pandemi Covid-19. Pada 2021 (dibandingkan dengan capaian tahun 2020), penyaluran kredit BRI tumbuh 7,2% YoY, jauh melampaui pertumbuhan rata-rata industri yang sebesar 5,2% YoY. Dana pihak ketiga juga tumbuh optimal 7,1% YoY, sehingga LDR tercatat optimal di level 83,7%.

Outstanding LAR (Loan at Risk) pun turun dari 28,3% pada tahun finansial 2020 menjadi 24,1% pada tahun finansial 2021. Ujung-ujungnya, perolehan laba bersih (bank only) sebesar Rp 32,2 triliun (naik 76% YoY). Dengan capaian ini, BRI kembali menyandang predikat sebagai bank dengan laba terbesar di Indonesia. Adapun NIM BRI (bank only) mencapai 6,8%, yang didukung oleh pertumbuhan high yield loan dan efisiensi cost of fund.

Viviana mengatakan, pandemi Covid-19 telah menjadi katalisator perubahan besar pada perilaku nasabah yang makin terbiasa dengan pemanfaatan teknologi digital. “BRI siap merespons kebutuhan nasabah tersebut melalui digital capabilities yang terus dibangun,” ujarnya tandas. (*)

Joko Sugiarsono/Sri Niken Handayani

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved