Young Women Leaders

Evie Yulin, Gesit Memimpin Transformasi Merck

Evie Yulin, Gesit Memimpin Transformasi Merck
Evie Yulin, CEO PT Merck Tbk
Evie Yulin, CEO PT Merck Tbk

Badai pandemi Covid-19 menerjang nyaris semua pelaku bisnis di Indonesia. Banyak perusahaan terdampak secara kinerja dan operasional bisnis. PT Merck Tbk. pun menghadapi kenyataan tersebut yang otomatis membuat CEO-nya, Evie Yulin, harus memutar otak untuk menemukan solusi agar perusahaan yang ia pimpin tetap bisa survive. Terlebih, skala usaha Merck sudah tak bisa dibilang kecil: revenue tahun 2019 sebesar Rp 744 miliar.

Banyak tantangan yang dihadapi Merck dalam dua tahun terakhir. Contohnya, dalam hal promosi produk. Perusahaan farmasi seperti Merck harus melakukan promosi produk ke pelanggan, dalam hal ini melalui program detailing secara langsung dengan mengunjungi para dokter dan praktisi kesehatan yang kebanyakan berlokasi di rumah sakit dan pusat pelayanan kesehatan lainnya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri di masa pandemi.

Kalangan pasien juga tak berani bebas berkunjung ke rumah sakit dan pusat kesehatan, khususnya para pasien kesuburan (fertilitas) dan kanker. Tak mengherankan, terjadi penurunan drastis kunjungan pasien fertilitas ke klinik-klinik kesuburan. Hal ini berdampak pada penjualan bisnis produk fertilitas Merck.

Evie, yang menjadi Presiden Direktur PT Merck Tbk. sejak 1 Januari 2020, jelas harus bekerja keras dan mengajak timnya untuk menelurkan strategi yang tepat guna menyikapi tantangan bisnis. Sebagai leader, hal pertama yang ia lakukan ialah memprioritaskan kesehatan dan keselamatan karyawan dalam menghadapi Covid-19.

Evie kemudian memimpin timnya untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko akibat pandemi. Protokol kesehatan kemudian diterapkan secara ketat di Merck, disertai kampanye “Aku, Kamu, Kita Saling Jaga” dan edukasi yang intensif untuk menjaga kesehatan karyawan dan keluarga.

Merck terus memberikan dukungan ke karyawan, baik saat di rumah maupun saat bekerja. Misalnya, dengan memberikan akses internet tambahan dan Employee Assistance Program (layanan konsultasi hotline) ke karyawan. Dengan dukungan itu, karyawan menjadi lebih terbantu dalam bekerja. Ini juga tecermin dari skor Employee Engagement Survey di Merck yang meningkat signifikan, dari 84% pada 2020 menjadi 87% pada 2021.

Setelah aspek internal karyawan mendapatkan perhatian cukup dan memastikan keselamatan dan kesehatan mereka terjaga baik, Evie memfokuskan timnya untuk memikirkan keberlanjutan bisnis. “Kami terus berupaya dapat meluncurkan produk-produk baru dan indikasi baru, serta mampu menyeimbangkan pendapatan,” kata wanita yang bergabung dengan Merck sejak 2010 sebagai Direktur Divisi Healthcare ini.

Dari sisi model bisnis, sebut contoh, banyak sekali inisiatif yang dilakukan Merck di bawah kepemimpinan Evie. Misalnya saja, menyikapi terjadinya perubahan perilaku pasien dalam mencari akses pengobatan, tim Merck melihat adanya peluang yang lebih besar di pasar obat reguler (swasta) dan perkembangan telemedicine dan telekonsultansi. Tim Merck kemudian aktif melakukan edukasi ke segmen tersebut. Berbagai peningkatan akses pengobatan inovatif dilakukan, seperti program edukasi gangguan tiroid dan akses di asuransi privat ataupun akses lainnya.

Untuk menjalankan program ini, Merck berkolaborasi dalam suatu ekosistem, bekerjasama dengan platform kesehatan digital di pasar dan asosiasi pasien grup, dengan memberikan solusi end to end bagi populasi dengan risiko tinggi penyakit tiroid. Jangan heran, selama tahun 2021, website tanyatiroid.com sudah dikunjungi 145 ribu pengunjung dan 94%-nya telah melakukan deteksi dini melalui symptom checker dan 12% di antaranya terindikasi memiliki gangguan tiroid.

Berbagai inisiatif baru juga dilakukan untuk memperbesar pasar privat (swasta) dengan program-program yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan, khususnya dalam mendeteksi penyakit pradiabetes dan menanganinya dengan tepat sedini mungkin. Dalam hal ini, Merck juga menjalin program partnership dengan beberapa rumah sakit swasta.

“Kami juga memperkenalkan Glycoleap, suatu alat terapetic digital yang akan membantu memperbaiki gaya hidup yang lebih sehat pada pasien diabetes dan pradiabetes,” kata Evie yang kelahiran 1967 ini. Merck pun aktif mengedukasi apoteker dan asisten apoteker sejak 2020, khususnya secara online seperti melalui webinar dan aplikasi SwipeRx.

Salah satu hal penting lainnya adalah inisiatif di bidang portofolio produk fertilitas yang dimiliki Merck Biopharma. Merck, yang selama ini merupakan market leader di pasar fertilitas, bekerjasama dengan para partner yang dapat diandalkan, termasuk dengan klinik dan pakar fertilitas. Merck terus berkolaborasi dengan klinik in vitro fertilization (IVF) dalam pengembangan kapabilitas HCP dan program referal.

“Berbagai inisiatif kami dalam melakukan adaptasi model bisnis dan transformasi digital terbukti berhasil di dalam mempertahankan pangsa pasar Merck, khususnya pada masa pandemi.”

Evie Yulin,CEO PT Merck Tbk.

Juga dilakukan perluasan akses ke sektor reguler, asuransi swasta, dan korporasi, termasuk dengan melakukan diferensiasi bentuk sediaan pen yang mudah digunakan. Bentuk sediaan pen ini memungkinkan pemakaian sendiri oleh pasien yang membantu klinik menawarkan terapi di rumah.

Di bidang onkologi, Evie mendorong timnya menjalin partnership dengan kalangan rumah sakit, terutama untuk meningkatkan akses pasien di 13 rumah sakit swasta premium, berkolaborasi dengan perusahaan asuransi swasta dan korporasi. “Program ini menjadi program utama dengan adanya perpindahan pasien kanker dalam melakukan terapi mereka ke rumah sakit swasta untuk menghindari risiko infeksi,” kata Evie.

Tak bisa dimungkiri, di bawah kepemimpinan Evie, selama tiga tahun terakhir Merck sangat intens melakukan transformasi digital melalui penyediaan infrastruktur dan layanan digital untuk mempermudah koneksi dengan semua stakeholder. “Transformasi digital ini terbukti sangat membantu Merck di masa pandemi di mana interaksi fisik dengan para dokter dan tenaga kesehatan sangat terbatas,” ungkap Evie.

Adaptasi model bisnis memang dilakukan dengan mengembangkan infrastruktur digital. Sehingga, interaksi dengan pelanggan tetap bisa dilakukan walaupun secara virtual, dan bahkan tenaga penjualan pun bisa bekerja dari rumah.

Dengan makin berkembangnya pola belanja online, Merck juga bekerjasama dengan platform GoApotik untuk memberikan akses online ⸺sesuai dengan koridor regulasi terkait penjualan obat resep. Merck mengoptimalkan program digital multi channel marketing dan dengan segmentasi berbasis perilaku customer agar dapat berinteraksi dengan lebih baik. Tak mengherankan, walau pandemi banyak pembatasan, Merck tetap sangat aktif melakukan edukasi di market.

Sebagai contoh, selama 2021 sudah diadakan 74 kali program peningkatan kesadaran pasien berkolabolarasi dengan berbagai komunitas, korporasi, dan klinik IVF. Merck juga aktif mengadakan berbagai webinar edukasi dan end-to-end health platform untuk para dokter dan apoteker, melibatkan beberapa asosiasi kedokteran Indonesia ⸺di antaranya Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi), Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin), Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (Ikabdi), Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (Perfitri), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dan Ikatan Apoteker Indonesia⸺ dan dihadiri ribuan tenaga kesehatan.

Digitalisasi infrastruktur di Merck dilakukan untuk kepentingan hubungan dengan internal karyawan ataupun dengan mitra bisnis. Merck pun diam-ciam telah mengadopsi digital engagement melalui serangkaian program, seperti approved e-mail (e-mail newsletter yang dikirimkan kepada customer – para dokter), marketing Cloud, SMS blast, phone calls, webinars, dan website content. Tak mengherankan, setelah pada 2019 baru berhasil melakukan 1% interaksi secara digital, pada 2020 justru terjadi peningkatan signifikan menjadi 67%.

Merck berhasil mengembangkan bentuk engagement dari multichannel ke omnichannel. Kesuksesan ini ditandai berhasilannya dalam meningkatkan adaptasi digital engagement menjadi 75% pada tahun 2021. Merck Indonesia pun berhasil meraih penghargaan Spotlight Award dari Merck Asia Pacific Region untuk kategori Best Data & Digital selama dua tahun berturut-turut (2020 dan 2021).

Melihat upaya kerja keras transformasi yang dipimpin Evie, terbukti bahwa transformasi model bisnis dan digitalisasi di Merck tak bertepuk sebelah tangan. Penggunaan platform digital di Merck sangat efektif untuk menjangkau banyak pihak secara luas, terutama untuk edukasi kesehatan, baik kepada dokter, apoteker, maupun kepada pasien.

Yang tentu saja lebih signifikan, berbagai inisiatif transformasi digital yang dilaksanakan di hampir seluruh proses bisnis, dari pemasaran, edukasi, keuangan, hingga kontrol bisnis itu memang efektif untuk membantu Merck dalam menjaga kinerja bisnisnya.

“Kami berhasil melakukan banyak inisiatif yang terbukti berhasil di dalam mempertahankan pangsa pasar, khususnya pada masa pandemi,” Evie yang lulusan S-1 dan Pascasarjana Farmasi Universitas Gadjah Mada ini menandaskan. Merck Indonesia pun tetap bisa konsisten tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan pasar farmasi. (*)

Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved