Listed Articles Covid 19

Empat Kunci CEO Grup Lorena Hadapi Pandemi Covid-19

Eka Sari Lorena Soerbakti, CEO Grup Lorena. (Dok. Pribadi)

Industri transportasi mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19. Adanya penutupan tempat pariwisata, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), disusul oleh larangan mudik, mutlak memukul sumber pendapatan sejumlah perusahaan angkutan.

Dengan kondisi tersebut, rata-rata moda angkutan seperti bus harus masuk depo alias dikandangkan. Hal itu selanjutnya berdampak pada karyawan terutama para sopir bus yang mau tak mau mesti dirumahkan.

Berdasarkan laporan Organisasi Angkutan Darat (Organda), selama enam bulan sejak adanya Covid-19 kerugian operator mencapai Rp 15,9 triliun. Kerugian berasal dari penurunan penumpang yang dialami oleh operator bus angkutan antar kota antar provinsi (AKAP), antar jemput antar provinsi (AJAP), bus pariwisata, antar kota dalam provinsi (AKDP), taksi, angkot, dan bus angling.

Meski merugi, Eka Sari Lorena Soerbakti enggan putus asa. CEO dari Grup Lorena ini justru optimistis perusahaannya bisa menangkap peluang baru dari pandemi Covid-19. Salah satunya mengalihfungsikan armada angkutan umum untuk melayani institusi yang bertugas menanggulangi Covid-19.

“Kita harus beradaptasi, memikirkan apa yang kita punya, resources apa yang kita miliki, apa yang bisa kita lakukan dengan tidak menambah beban, dan sambil melihat bagaimana dalam keadaan gelombang yang besar ini kita bisa menaunginya sehingga pada akhirnya kita tahu cara mengatasinya. Saat ini saya percaya semua orang sedang belajar bagaimana bisa bertahan dan bisa mengatasi keadaan saat ini,” ujarnya pada SWA Online.

Eka pun selalu menanamkan mindset baru pada seluruh karyawannya bahwa ke depan tantangan yang dihadapi perusahaan akan semakin sulit. Untuk itu, pola kerja juga harus berubah apabila perusahaan ingin bertahan dan keluar dari tantangan ini.

“Kita harus mengadopsi mindset yang baru, objektif dan pola kerja yang baru dengan keterukuran parameter yang berbeda. Tentu dengan tujuan tidak berubah dari yang lama/dasarnya tetapi disesuaikan dengan keadaan saat ini,” kata dia.

Untuk menghadapi pandemi ini, ada empat hal yang selalu ia pesankan pada karyawan. Pertama, setiap orang memiliki kepercayaan. Ia percaya bahwa seberat apapun masalahnya, tetapi selama ia memiliki harapan dan mau bangkit bekerja keras, pasti akan ada jalan keluar. Menurutnya, hanya orang patah semangat yang tidak memiliki harapan lagi.

“Saya selalu mengingatkan tim bahwa kita harus lebih holistik, banyak melakukan komunikasi dengan yang maha kuasa, bermeditasi, berdoa. Itu penting untuk insanity kita agar tetap memiliki harapan,” sarannya yang juga mengaku selama pandemi ini meditasi yang ia lakukan jauh lebih lama dari biasanya.

Kedua, berkomunikasi dengan orang-orang yang positif. Eka percaya, berkomunikasi dengan orang-orang yang selalu mengatakan hal-hal positif dapat membuat seluruh sistem di tubuh kita menjadi positif. Hal ini yang menjadi modal untuk terus berpikir dan berjuang mencari jalan keluar dari tantangan yang ada.

“Makannya ketika bertemu dengan tim, saya selalu tanya kabarnya, tetap semangat ya, ayo kita bisa. Masalah dan tantangan selalu ada tapi bersama pasti kita bisa. Saya juga banyak berdiskusi dengan menjadi pembicara di webinar, dan tentunya lebih banyak komunikasi dengan anak,” tuturnya.

Ketiga, mengurangi aktivitas di media sosial dengan lebih banyak membaca buku. “Selama pandemi tidak usah banyak bersosial media untuk membaca hal yang tidak penting, itu membuat kita sakit kepala dan perasaan menjadi tidak enak. Gunakanlah media sosial hanya untuk hal-hal positif seperti promosi atau memberikan inspirasi lewat tulisan,” ujar eksekutif wanita berpenampilan menarik ini.

Sejak adanya pandemi ini, Eka pun mengaku memiliki waktu lebih banyak untuk menyalurkan hobinya yakni menulis, khususnya mengenai perempuan. Ia berharap dengan tulisannya ini dapat memberikan inspirasi dan harapan bahwa kita bisa bersama-sama keluar dari tantangan.

“Saya juga lebih banyak membaca hal-hal yang bersifat sosial, seperti apa yang dikerjakan Melinda Gates. Selain itu, melihat unggahan di LinkedIn mengenai World Economic Forum, woman empowerment, yang dulu saya baca tapi tidak sebanyak sekarang,” ungkapnya.

Keempat, memiliki semangat pantang menyerah. Never ever ever give up. Eka yakin dan percaya, apapun profesi kita, dalam posisi apapun kita saat ini, apapun masalahnya, selama kita memiliki satu visi bahwa hidup ini tidak boleh menyerah, selama masih diberikan napas, kita harus yakin pasti ada jalan keluarnya.

“Tentu tidak mudah karena semua memerlukan usaha. Jika ingin menjadi orang hebat maka mesti siap anginnya lebih besar, kalau hanya ingin biasa-biasa saja jangan komplain ketika ada orang yang punya rumah lebih besar misalnya. Biarkan saja mereka, yang penting kita lakukan yang terbaik bagi diri kita,” tegas dia.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved