Covid 19

Pakai Masker Jadi Prasyarat Menyelamatkan Nyawa & Ekonomi

Komunitas Gerakan Pakai Masker (GPM) yang diketuai Sigit Pramono konsisten mensosialisasikan gerakan memakai masker ke masyarakat luas. “Terakhir itu kami juga turun ke pasar, bekerja sama dengan ASPARINDO. Mereka mengelola 9 ribu pasar rakyat dengan 7 juta pedagang. Jadi kami melakukan penyuluhan kepada pengelola pasar dan pengelola melanjutkan ke pedagang,” ujar Mantan Dirut Bank BNI ini.

GPM juga melakukan sosialisasi ke pondok pesantren (ponpes) dengan bekerja sama dengan RMI, asosiasi pengurus pondok pesantren di bawah NU, juga dengan Ponpes Muhammadiyah. Hingga saat ini GPM sudah masuk ke 120 pesantren. GPM juga sosialisasi ke nasabah dan karyawan BPR (Bank Pengkreditan Rakyat).

“Jadi kami masuknya ke lapisan-lapisan masyarakat yang di bawah. Kenapa? Karena kalau yang di atas bank-bank besar, mall, dan sebagainya itu sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Ibaratnya mereka yang sudah mampu menangkal Covid 19 ini. Jadi kami fokus kepada masyarakat yang di bawah,” jelas Sigit.

GPM juga menggunakan media digital untuk sosialisasi virtual, mulai dari webinar, talk show di Youtube. Dalam hal teknis sosialisasinya Sigit mengaku mereka berusaha membuat komunikasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami masyarakat yang dibawah. Ia mencontohkan salah satunya mengganti istilah new normal menjadi tidak normal.

GPM menjelaskan kepada kelompok masyarakat bawah, saat ini adalah zaman tidak normal karena ada penyakit namanya Covid-19. Menurut Sigit di lapisan bawah, masyarakat tidak paham dan kebingungan memahami apa itu new normal. Maka GPM menggantinya dengan istilah zaman tidak normal, ayo pakai masker agar semua bisa cepat kembali normal lagi.

Sementara itu dari sisi ekonomi, pemerintah sudah merespons dengan program-program yang alokasinya kira-kira itu 4,2\% dari PDB dan realisasinya sudah hampir 50\%, sehingga jika dilihat di sektor riil sudah mulai bangkit kembali meskipun belum bisa pulih penuh. “Supaya ekonomi bisa cepat pulih maka kita harus lebih ketat disiplinnya sehingga PSBB bisa dihentikan, karena makin lama PSBB diberlakukan maka ekonomi akan terus terpukul,” jelas Sigit.

Maka masyarakat wajib memakai masker saat beraktivitas di luar rumah. Untuk sementara selama vaksin belum resmi diluncurkan pemerintah karena memang membutuhkan waktu lama, maka “vaksin” yang tersedia saat ini dan terbukti efektif mencegah penularan adalah masker. Memakai masker ini adalah prasyarat yang arus dibereskan lebih dulu baru bisa mengejar syarat lainnya untuk keluar dari pandemi ini.

Sigit menegaskan, meski memakai masker ini bisa dibilang perkara sepele dan sangat mudah dilakukan, tetapi butuh komitemen dan konsistensi semua masyarakat. Memakai masker ini sepele, tetapi menyelamatkan nyawa sekaligus menyelamatkan perekonomian.

GPM juga mengusulkan agar pemrintah mengubah pendekatan menghadapi pandemi ini dari pendekatan wilayah pemerintahan menjadi pendekatan berdasaakan pergerakan manusia. Sebab, menurutnya virus tidak bisa jalan sendiri, virus itu dibawa manusia. Ia mencontohkan di Jakarta orang bergerak dari kota-kota satelit misal Bogor, Depok, Serpong dan Bekasi. Sehingga sebetulnya pendekatannya adalah Jabodetabek-lah. Sehingga sebaiknya selain penanganan covid 19 dengan Satgas yang sekarang, mestinya ada juga Satgas Kota Raya Jakarta dan sekitarnya. Dengan begitu selanjutnya bisa diikuti kota-kota besar lainnya yang penduduknya banyak dan setiap hari ada pergerakan orang-orang dari kota-kota satelitnya karena bekerja.

Selanjutnya Ane Patricia, Vice CEO dari Pan Brothers yang juga menjadi bagian dari penggerak GPM juga membagilan pengalaman Pan Brothers menghadapi pandemi. Menurutnya, sejak awal pandemi langsung Pan Brothers berinisiatif membuat masker di pabrik sendiri, mulanya produksi masker itu hanya untuk dibagikan ke seluruh karyawan Pan Brothers. Tetapi kemudian berkembang dan dilanjutkan produksi untuk dikomersilkan dan untuk CSR.

“ Jadi memang betul yang dikatakan Pak Sigit bahwa masker adalah solusi yang paling efektif dan tersedia saat ini untuk menghadapi pandemi. Saya buktikan sendiri dari 6000-an karyawan kami yang terinfeksi hanya 58 orang, padahal kami tetap masuk bekerja, hanya memang dibatasi jumlah orang yang masuk. Kami ada 25 pabrik di 10 lokasi,” jelas Ane.

Ane juga berbagi informasi bahwa sebentar lagi akan dibentuk badan yang khusus mengurus SNI bagi masker-masker yang diproduksi untuk dikomersilkan di Indonesia. Jadi nantinya semua masker yang beredar di pasar sudah harus SNI.

Mantan Menteri Kesehatan era Presiden SBY, Nafsiah Mboi juga ikut aktif menjadi bagian dari GPM. Nafsiah menegaskan, “Jangan sampai rakyat itu pakai masker hanya karena disuruh pemerintah, tetapi harus dibangkitkan kesadaran bahwa pakai masker ini untuk keselamatan dia sendiri. Inisiatif itu pun secara tidak langsung menjadikan dia pahlawan karena ikut menyelamatkan negara.”

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved