Covid 19

Pesan Perubahan Perilaku Harus Disampaikan dalam Bahasa Ibu

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz dalam Talkshow Satgas Covid-19

Meskipun pemberitaan banyak menggunakan istilah pandemi, virus Covid-19, atau social distancing, tidak semua masyarakat paham apa arti dari istilah-istilah tersebut. Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 menunjukkan data penelitian bahwa informasi soal Covid-19 ini lebih banyak dipahami oleh masyarakat perkotaan.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi mengatakan begitu pentingnya penggunaan bahasa sehari-hari dalam menyampaikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Sonny menjelaskan, masalah bahasa ini bukan sekadar penerjemahan secara harfiah, melainkan memaknai pesan dengan tepat dalam menggunakan kata yang pas dalam istilah bahasa daerah.

“Misalnya kita menjelaskan ke orang Jawa kalau sekarang sedang pandemi. Mereka akan bertanya, pandemi itu apa? Jadi kita ganti istilah pandemi dengan pagebluk. Mendengar kata pagebluk, mereka langsung paham karena ingat istilah tersebut pernah dipakai dalam situasi yang sama sebelumnya. Jadi responsnya pas kalau mereka memahami dalam bahasa mereka,” kata Sonny.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz menjelaskan badan bahasa memiliki pertimbangan dalam menentukan bahasa yang umum dipakai di suatu daerah.

“Badan Bahasa mencari bahasa/dialek yang paling banyak penuturnya. Lalu, diperhatikan bagaimana mobilitas masyarakatnya. Di Jawa Barat sendiri contohnya, ada bahasa Jawa-Banten, ada bahasa Sunda-Banten, ada bahasa Sunda Priangan. Ini tantangan sendiri karena kami harus menentukan kriteria ini secara tepat,” jelas Aminudin.

Contohnya penggunaan istilah henteu sasalaman, pacekel-cekel leungeun, atawa sililh tangkeup dalam bahasa Sunda untuk menjelaskan larangan berdiri berdekatan maupun bersentuhan. Adapun istilah raramean atau ririungan dipakai untuk menjelaskan keadaan berkerumun dalam bahasa sunda.

Sonny menambahkan, sosialisasi prokes dalam 75 bahasa yang telah dirumuskan Satgas Covid-19 bersama Badan Bahasa harus tepat sasaran dan memberi pengaruh terhadap perubahan perilaku. Bahkan, peran tokoh adat pun sangat diperlukan dalam sosialisasi ini.

“Sebagus apapun susunan kata dalam bahasa, kalau tidak dipahami oleh orang yang mendengar tidak akan ada gunanya,” kata Sonny.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved