Covid 19

Toya Devasya Prokes Ketat, Tapi Tidak Bisa WFH

Dr. I Ketut Mardjana, Pemilik Toya Devasya,

Dampak pandemi Covid-19 dirasakan Toya Devasya Natural Hotspring, salah satu ikon pariwisata Kabupaten Bangli, Bali. Obyek wisata air panas seluas 2,5 hektar ini selama empat bulan tidak beroperasi, karena mengikuti himbauan pemerintah akibat pandemi Covid-19.

Saat ini Toya Devasya mulai beroperasi kembali dengan protokol kesehatan yang ketat. Menurut owner Toya Devasya, Dr. I Ketut Mardjana, sebagai perusahaan hospitality, tidak bisa menerapkan pola work from home (WFH). Karena untuk pegawai yang bersifat pelayanan direct services, seperti petugas waitress, petugas kebersihan, cook/chef, security tetap masuk kerja.

Diakui Mardjana, pegawai yang dipekerjakan sangat terkait dengan kapasitas dan perkiraan pengunjung. Untuk saat ini hanya mempekerjakan kembali pegawai sekitar 40\% dari jumlah pegawai yang ada. “Kami juga melakukan penetapan rotasi jam kerja karyawan. Selain itu, selalu mengingatkan karyawan untuk menjalankan protokol kesehatan untuk menumbuhkan kepercayaan pengunjung,” katanya.

Toya Devasya juga membentuk komite khusus penerapan protokol kesehatan yang dibina langsung oleh General Manager dengan tugas utama memastikan kepatuhan pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) seluruh karyawan dan mengawasi ketersediaan alat penunjang protokol kesehatan, seperti membuat poster pedoman pelaksanaan prokes, memberikan pengaman agar karyawan dan pengunjung mematuhi prokes, serta tanggap darurat jika ada kejadian mengarah pada Covid-19. Bahkan perusahaan juga menyiapkan klinik apabila terdapat pengunjung yang dicurigai terpapar Covid-19.

Selain menekankan pentingnya Prokes 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan menyediakan wastafel di lokasi-lokasi strategis, dan setiap 30 menit manajemen melalui pengeras suara akan mengingatkan pengunjung untuk menerapkan protokol kesehatan.

“Kami juga memiliki panduan penerapan prokes, video prokes untuk memaksimalkan penerapan prokes untuk memutus mata rantai pandemi Covid -19,” kata Mardjana yang juga Ketua BPC PHRI Bangli dan Ketua BPPD Bangli ini.

Tidak hanya menerapkan prokes, Mardjana juga berinovasi dengan membuat virtual tour fasilitas yang ada, sehingga calon pengunjung dapat melihat secara menyeluruh sebelum memutuskan berkunjung. Menu makanan juga dibuat secara digital menggunakan QR Code, sehingga pengunjung tidak perlu memegang buku menu, untuk mengurangi risiko penyebaran.

Untuk para pegawai, Mardjana menerapkan mesin absen sensor wajah, sehingga karyawan tidak perlu menyentuh sensor jari seperti dulu. Juga, menerapkan cashless system dalam sistem pembayaran (termasuk QRIS), sistem kepegawaian secara computerized, sistem booking secara online baik melalui Web Toya Devasya, sistem booking melalui WA.

Diakui Mardjana, sebelum pandemi, Toya Devasya mampu menyedot wisatawan sekitar 3.000 orang per hari yang didominasi wisatawan Australia, China, Jepang, India, dan Eropa. “Saat ini Toya Devasya hanya mengandalkan wisatawan domestik dengan jumlah yang sangat dibatasi,” ujar Mardjana.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved