Covid 19

Tren Kenaikan Covid-19 Karena Omicron Mengintai

Tren Kenaikan Covid-19 Karena Omicron Mengintai

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan munculnya subvarian Omicron baru BA.4 dan BA.5 menjadi penyebab kasus Covid-19 kembali meningkat. “Naik turunnya kasus, termasuk nanti hospitalisasi, atau mungkin juga angka kematian merupakan dinamika masa pandemi,” kata Syahril dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema ‘Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia’ pada Kamis, (16/6/22).

Indonesia kembali mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 pada pekan ini. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan, ada penambahan 1.242 kasus baru pada Rabu (15/6/2022). Syahril berpesan kepada masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kondisi lonjakan kasus Corona ini. Pun, ketika kasus mengalami penurunan agar tidak terlalu bereuforia.

Syahril menjelaskan, pemicu terjadinya lonjakan kasus adalah kemunculan varian baru Covid-19. Seperti halnya ketika dunia menghadapi varian Omicron dan Delta beberapa bulan lalu. “Sekarang pun, kenaikan kasus yang terjadi dipengaruhi oleh munculnya varian baru Omicron BA.4 dan BA.5,” terang Syahril.

Namun, Syaril optimistis , pemerintah mampu menekan laju lonjakan kasus sehingga tidak terjadi seperti ketika Indonesia menghadapi varian Omicron dan Delta beberapa bulan lalu. Lebih lanjut, Syahril menjelaskan, positivity rate adalah indikator penilaian dalam pengendalian kasus Covid-19.

Berdasarkan standar yang ditetapkan WHO, Indonesia dinilai masih aman karena masih berada di bawah angka 5 persen. “Standar WHO adalah di bawah 5 persen. Kita sampai dengan saat ini masih 2,15 persen untuk positivity rate. Walaupun saat ini ada kenaikan kasus, angka hospitality nya masih rendah,” terang Syahril. Sementara angka kematian juga masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan kasus yang mungkin banyak disebabkan oleh varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 tidak separah varian Omicron, apalagi Delta.

“Pengendalian kita adalah bagaimana individu tidak terinfeksi. Dan kalaupun tertular, dapat melakukan isolasi mandiri. Sehingga mengurangi angka hospitalisasi, kecuali bagi yang komorbid untuk mengendalikan komorbidnya itu,” tegasnya.

Terkait fasilitas kesehatan, Syahril mengaku, saat ini pemerintah Indonesia sudah cukup siap dalam menghadapi lonjakan kasus covid-19 varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 ini.

Kementerian kesehatan (Kemenkes) sudah menyiapkan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan, serta rumah sakit untuk mewaspadai adanya lonjakan kasus Omicron. Hal ini untuk menyiapkan seluruh sumberdaya dalam memberikan layanan.

“Nah, dari hulu ke hilir sebetulnya sistem kita sudah terbentuk. Jadi kita melakukan long tracing maupun tracing. Kemudian pihak rumah sakit dengan pengalaman 2 tahun ini, kita memiliki kesiapan yang lebih baik, mulai dari SDM, sarana prasarana, alat medis, APBD maupun sistemnya,” ungkapnya.

Meski anak tersebut belum menerima vaksin Covid-19, gejala yang timbul relatif ringan. Syahril menekankan belum ada kebijakan baru terkait pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Karenanya, anak-anak masih diperkenankan mengikuti PTM dengan syarat protokol kesehatan yang ketat. “Kalau kebijakan baru belum ada, tetap sama pada intinya PTM diperbolehkan, kita melaksanakan dengan protokol ketat,” terang dia.

Namun, Syahril mewanti-wanti agar pemakaian masker diperketat demi menghindari risiko paparan virus. Meski aturan masker diperlonggar di luar ruangan, dalam kondisi tertentu tetap wajib dipakai. Misalnya, saat berada di tengah kerumunan. “Anak-anak harus dilatih ditugasi bagaimana protokol kesehatan tetap dilakukan, memakai masker dalam kelas, begitu juga di luar kelas kerumunan banyak orang tetap pakai masker,” pesan dia.

Selain Covid-19, Syahril mengimbau anak juga mewaspadai infeksi penyakit menular lainnya seperti hepatitis misterius yang hingga kini belum diketahui penyebabnya. Anak sebaiknya dibekali edukasi cara pencegahan sederet penyakit infeksi penyakit menular.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved