Diaspora zkumparan

Cerita Talenta Diaspora di Bidang Teknologi Bangun Ekosistem Digital Indonesia

Cerita Talenta Diaspora di Bidang Teknologi Bangun Ekosistem Digital Indonesia

Kontribusi ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai US$146 miliar pada tahun 2025, dan naik delapan kali di tahun 2030 yaitu di angka Rp4.531 triliun. Melihat besarnya potensi tersebut, Presiden Joko Widodo mengajak para digital talent yang ada di luar negeri kembali ke Indonesia untuk bersama-sama membangun ekosistem ekonomi digital. Ia menginginkan agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi menjadi pemain dalam ekonomi digital.

“Saya kira banyak anak yang ada di luar yang perlu kita undang untuk kembali ke Tanah Air dalam rangka membangun sistem digital kita agar lebih baik,” ujarnya saat meresmikan Sea Labs Indonesia di Gedung Pacific Century Place, SCBD, Jakarta, Selasa (01/03/2022).

Dalam dialog interaktif Indonesian Diaspora Network (IDN) Global bertajuk “Kontribusi Talenta Diaspora di Bidang Teknologi” pada Sabtu, 26 Maret 2022, Ainun Najib, salah satu talenta digital di luar negeri yang saat ini menjabat sebagai Head of Analytics Platform and Regional Business Grab di Singapura mengatakan, ada tiga peran dari diaspora di luar negeri. Pertama, sebagai referensi atau inspirasi. Menurutnya, Diaspora di luar negeri bisa menjadi rujukan dan inspirasi bagi masyarakat Indonesia.

“Misalnya, teman-teman yang ingin masuk ke dunia cyber security atau networking tahu bahwa ada diaspora Indonesia yang bisa menjadi rujukan. Mereka tahu seperti apa prakteknya di luar negeri yang mungkin bisa menjadi rujukan untuk Indonesia,” katanya.

Kedua, advokasi. “Seperti yang dilakukan IDN misalnya, bagaimana memanfaatkan jaringan diaspora Indonesia untuk membantu berkontribusi, atau bisa juga advokasi melalui Kementerian Luar Negeri. Jika bergelut di bidang teknologi dan data seperti saya, bisa advokasi kebijakan publik terkait data dan perlindungan informasi pribadi yang mana di luar negeri sudah lebih mature,” jelas Ainun.

Ketiga, eksekusi. Menurut Ainun, dengan teknologi saat ini eksekusi bisa dillakulan dari mana saja bahkan dari jarak jauh sekalipun. Ainun Najib sendiri dikenal sebagai inisiator situs KawalPemilu.org dan KawalCovid19. Pria kelahiran Gresik, 20 Oktober 1985 ini juga banyak menciptakan berbagai karya lain untuk membantu keresahan sosial, di antaranya kawalapbd.org, LaporPresiden.org, hingga platform KawalMasaDepan untuk menyalurkan bantuan kepada anak-anak yatim atau piatu yang terdampak virus Covid-19.

Berbeda dengan Ainun, diaspora Indonesia di Jepang, Arnold Siboro yang kini menjabat sebagai CTO Global Ride Inc, memilih untuk berkontribusi langsung tidak hanya di luar negeri tetapi juga di Indonesia yakni dengan membuat sebuah startup di bidang Human Capital bernama Kopoka.

“Perusahaan saya masih kecil sehingga dalam posisi seperti itu ada baiknya untuk tetap berada di luar negeri. Saya sedang mencoba model ini, berada di Indonesia dan di luar negeri. Karena tidak mudah bagi pemain kecil untuk memiliki jaringan dan akses global jika hanya berada di Indonesia,” ucapnya.

Dengan pengalamannya bekerja di negara maju, diakui Arnold membantu pihaknya untuk mengembangkan layanan yang lebih applicable. “Pemakaian IT di negara maju sudah jauh lebih meluas dibandingkan di Indonesia. Oleh karena itu, tidak hanya high tech yang kita perlukan di Indonesia tetapi yang memang applicable, bisa dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat,” terang Arnold.

Sementara itu, Wahyudi Nata Kesuma, diaspora Indonesia di Hongkong kini tengah aktif melakukan edukasi kepada mahasiswa terkait demand maupun tantangan globalisasi saat ini baik di Indonesia maupun luar negeri. Harapannya para generasi penerus ini memiliki gambaran dan basic kompetensi dalam menyiapkan diri untuk kebutuhan dunia industri dan dunia usaha.

“Kita buat studi grup, webinar, dan undang mahasiswa. Semua itu kita fasilitasi dengan biaya kita sendiri. Kita taruh server di cloud, kemudian kita ajari mereka buat virtual-virtual sehingga mereka bisa buat simulai-simulasi seperti simulasi untuk network, aplikasi, security, dsb. Saat ini mereka sudah terbiasa meng-upgrade skill,” papar Senior IP Security Engineer, PCCW Global Hongkong tersebut.

Wahyudi mengatakan, sebenarnya ada dua tujuan utama diaspora di luar negeri yakni sebagai praktisi atau research and development (R&D). Untuk R&D di security contohnya, diaspora tersebut tentu akan banyak belajar dasar-dasar programming, operating system, membuat tools dan device sendiri, dsb. Sementara jika hanya untuk memenuhi demand tenaga kerja di luar negeri mungkin tidak terlalu R&D, dia hanya melihat kebutuhan dunia kerja yang applicable.

“Pemerintah bisa turut andil untuk R&D ini. Contohnya di security appliances kita masih membeli anti-DDoS dari luar, mungkin ke depannya kita akan kembangkan dengan membuat R&D, undang anak-anak Indonesia, digaji lebih besar sehingga diharapkan beberapa tahun ke depan kita sudah punya produk sendiri. Ini tidak bisa dilakukan oleh diaspora itu sendiri, tetapi harus berkolaborasi dengan stakeholder terkait dan pemerintah Indonesia,” tutur Wahyudi.

Ainun menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam bidang talenta digital. Namun, hal tersebut harus didukung dengan kesempatan dan stabilitas yang dapat diberikan pemerintah kepada para talenta digital. Ia pun optimistis bahwa Indonesia dapat menjadi salah satu negara dengan talenta teknologi terbesar di dunia. “Meski secara fisik para talenta digital jauh dari tanah air, namun secara hati masih diperuntukkan bagi Indonesia,” tegasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved