Bulan Inklusi Keuangan yang jatuh pada Oktober dirayakan pula oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui kerja sama sinergis bersama Bank Indonesia (BI), Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK), dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Adapun kerja sama yang dilakukan adalah kampanye dan sosialisasi terkait inklusi keuangan serta berbagai program jasa keuangan berinsetif seperti reward, cashback, dan promo lainnya.

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi Perlindungan Konsumen, Tirta Segara, menyatakan, ia berharap adanya akselerasi pertumbuhan produk dan layanan jasa keuangan. Selain itu, kolaborasi aktif antara regulator dan PUJK pun mesti diagresifkan.

Kegiatan BIK diharapkan dapat mendukung pencapaian target inklusi keuangan di Indonesia yaitu 75% di akhir tahun 2019. Selain itu, pemerintah juga mengejar target 35% di akhir tahun 2019 untuk tingkat literasi keuangan. Keseluruhan hal ini merupakan implementasi Perpres Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif.

Untuk melindungi hak-hak konsumen, OJK juga terus meningkatkan layanannya. Hingga akhir September 2019, layanan konsumen OJK menerima 279.11 layanan yang terdri dari 44.189 laporan, 230.533 pertanyaan, dan 4.389 pengaduan.

Dari jumlah pengaduan tersebut, tingkat penyelesaian secara akumulatif yang telah dilakukan OJK adalah sebesar 98,04%. Data ini membuktikan tingkat kepercayaan konsumen terhadap kinerja OJK kian meningkat.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, memaparkan, perlindungan konsumen dalam inklusi finansial pun perlu diatur. Untuk itu, OJK dan BI bersinergi untuk mengatur berbagai hal terkait perlindungan konsumen. Dalam hal ini, BI memiliki departemen tersendiri yang mengatur berbagai hal terkait dengan transaksi non tunai. Hal ini menunjukkan adanya komitmen seluruh stakeholders untuk meningkatkan inklusi keuangan melalui sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan lain-lain.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id