Economic Issues zkumparan

Menakar Kolaborasi antara Fintech dan Layanan Keuangan Konvesional

Menakar Kolaborasi antara Fintech dan Layanan Keuangan Konvesional

Seminar fintech di Politeknik Negeri Malang. (Foto : SWA).

Mahasiswa Politeknik Negeri Malang kian melek fintech. Mereka berharap bisa menjadi kreator fintech.

Peran teknologi finansial atau fintech (financial technology) terhadap perekonomian diyakini sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan pertumbuhan e-commerce, pengembangan pasar dan mendorong pertumbuhan UMKM serta kewirausahaan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengapresiasi ketersediaan fintech sebagai layanan jasa keuangan digital. OJK menghimbau perusahaan fintech berkolaborasi dengan lembaga keuangan untuk bermitra dalam mengembangkan produk atau jasa keuangan, atau jalur distribusi. Inilah poin yang dipetik dari seminar bertajuk Financial Technology: Peran & Fungsi Fintech Dalam Industri Finansial yang diselengarakan di Politeknik Negeri Malang (Polinema), di Malang, Jawa Timur (29/9/2017).

Acara yang digelar oleh Jurusan Akutansi, Polinema dengan SWA ini menyoroti perkembangan fintech, khususnya peer to peer (P2P) lending, regulasi OJK, dan studi kasus fintech di Indonesia. Arief Ilyas, Manager of Control & Risk dari Veda Praxis, Sigit Aryo Tejo, Direktur Penjualan dari Modalku dan Fadilla Toirisqua Zein, Vice President Amartha Growth, dan Kepala OJK Malang, Widodo, memaparkan kehadiran teknologi finansial di Indonesia dan Malang, Jawa Timur, yang menggarap pasar unbanked dan niche market.

Arief menyebutkan perubahan perilaku konsumen yang dipengaruhi platform ekonomi dan jumlah pengguna mobile phone telah memicu disrupsi digital. “Perubahan perilaku konsumen saat ini ditunjukkan dengan kebutuhan konsumen untuk dapat melakukan transaksi dengan device telah mendorong terjadinya disruptive dan melahirkan financial technology,” beber Arief. Dia menuturkan Veda Praxis menilai peran fintech dalam perekonomian dapat memberikan solusi bagi pertumbuhan e-commerce, memungkinkan pengembangan pasar dan mendorong pertumbuhan UMKM dan wiraswasta.

Arief menambakan kondisi Fintech bila dipetakan saat ini masih belum matang, mitigasi risikonya belum teruji, dan dana yang tersimpan belum terjamin di LPS. Veda Praxis, selaku perusahaan konsultan teknologi informasi dan teknologi finansial, yang memberikan jasa konsultasi ke perusahaan rintisan seperti fintech ini. Pada kesempatan yang sama, Yan Jimmy Hendrik Simarmata, Pengawas Bank Senior dari OJK Malang, menjabarkan keberadaan fintech ini diharapkan mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat, membantu pembiayan, menambah jalur distribusi pembiayaan nasional, meningkatkan inklusi keuangan nasional dan meningkatkan daya saing serta kemampuan UMKM melakukan ekspor.

Hal itu diharapkan bisa memacu kolaborasi antara fintech dan layanan keuangan konvesional ”Sinergi bisnis fintech dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berkolaborasi di jalur informasi dan kolaborasi produk yang menjadi solusi bagi konsumen,” tambah Yan. Untuk ini, dia mengusulkan pelaku fintech bersama bank dan lembaga keuangan konvesional merancang proses desain (design thinking) untuk membuat bundling product. Menanggapi sejumlah hal itu, Amartha dan Modalku, dua perusahaan P2P lending atau fintech pinjam-meminjam uang, menegaskan P2P lending ini memudahkan UMKM memperoleh pinjaman untuk mengembangkan usahanya.

Fadilla Tourizqua Zain, Vice President Amartha Growth, menjelaskan Amartha merupakan perusahaan start-up yang mempertemukan investor dan pengusaha mikro dan kecil menggunakan platform berbasis teknologi dan berkomitmen memberdayakan perempuan. “Fokus layanan Amartha adalah melayani pengusaha perempuan di daerah pelosok yang memiliki kebutuhan modal mulai dari Rp 3 juta. Pendanaan yang diberikan diarahkan untuk tujuan di sektor perdagangan, peternakan, perumahan, jasa, air dan sanitasi, pertanian, pendidikan, dan kesehatan,” urai Fadilla.

Amartha yang beroperasi sejak tahun 2010 ini berkembang menjadi P2P lending. Saat ini, Amartha telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp 136 miliar dan sebanyak 50 ribu pengusaha yang telah diberdayakan. “Keunggulan Amartha adalah dari sekian banyak pembiayaan yang disalurkan, sekitar 99,53% pembayarannya tepat waktu. Hal ini dikarenakan Amartha menerapkan sistem Grameen Bank, tanggung renteng yang melindungi dana investasi yang telah dipercayakan pada peminjam,” tukas Fadilla. Selain itu petugas lapangan juga senantiasa melakukan pendampingan rutin peminjam untuk agar unit usaha si peminjam itu optimal ke depannya.

Tak jauh berbeda, Modalku yang beroperasi pada 2016 juga melakukan hal yang sama. Sigit Aryo Tejo, Direktur Penjualan Modalku, menjabarkan aplikasi Modalku telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 621 miliar di Asia Tenggara dan tercatat sebagai fintech terbesar nomor satu di kawasan ini. “Modalku menawarkan alternatif permodalan selain bank. Beberapa kelebihannya adalah memudahkan UKM mendapat pinjaman tanpa jaminan,” tandas Sigit. Selain itu, UKM dapat menerima pinjaman dana yang disediakan peminjam melalui platform online. Saat ini Modalku beroperasi di Singapura, Indonesia dan Malaysia. Aplikasinya bisa diunduh di Android dan iOS. “Di Indonesia, Modalku adalah fintech terbesar nomor kedua yang memberikan layanan keuangan non bank kedua setelah Doku yang telah beroperasi 10 tahun,” jelas Sigit. Modalku dan Amartha terdaftar dan diawasi oleh OJK sebagai lembaga pinjam-meminjam online Indonesia.

Pembahasan fintech ini memacu motivasi bagi 490 mahasiswa Polinema yang menghadiri seminar ini. ”Wawasan kami bertambah karena lembaga keuangan tidak hanya bank saja, tapi sudah masuk pada ranah digital dengan adanya teknologi finansial ini,” kata Yurika, salah satu mahasiswa yang menghadiri seminar ini. Dani, Ketua HMA Jurusan Akuntansi Polinema, menyatakan sebagian mahasiswa di kampusnya telah memanfaatkan go pay, tapi tidak menyadari bahwa hal itu sebagai salah satu bentuk aplikasi fintech. “Semoga saja, mahasiswa Polinema akan menjadi kreator digital ekonomi, inilah semangat dari seminar ini untuk menggugah mahasiswa Polinema menjadi pelaku fintech,” jelas Dani. (*)

Reportase : Aang Afandi & Nurafni Eltivia (Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang).


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved