Property

Upaya Intiland Dongkrak Penjualan di Saat Pandemi Covid-19

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Archied Noto Pradono (kanan), Komisaris Independen Thio Gwan Po Micky (tengah) dan Corporate Secretary Theresia Rustandi (kiri), berbincang-bincang usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Intiland Development Tbk (15/7) di Jakarta.

Pandemi Covid-19 sangat dirasakan dampaknya terhadap pelaku bisnis properti. Mengingat saat ini banyak konsumen dan investor properti cenderung bersikap menunggu kondisi membaik dan memilih untuk menunda dulu pembelian.

Diakui Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, hampir semua developer menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk dampak dari pandemi Covid-19 . Meskipun daya beli pasar tetap ada, konsumen memilih untuk menunda pembelian atau investasi. “Penjualan properti masih didominasi pasar end user, terutama di segmen menegah ke bawah,” katanya saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Intiland Development Tbk. (15/7) di Jakarta.

Bahkan, akibat pandemi Covid-19, Intiland harus menunda launching sejumlah proyek yang awalnya dijadwalkan untuk tahun 2020. Hal tersebut membuat perusahaan berencana merevisi target penjualan untuk tahun 2020.

Menurut Archied, hingga semester I/2020, penjualan (marketing sales) Intiland sebesar Rp 343 miliar angka Rp 343 miliar telah mencapai atau 13,73 % dari marketing sales yang ditargetkan Rp 2,5 triliun sepanjang tahun 2020.

Diakui Archied, Intiland masih berhasil mempertahankan kinerja usaha. Hingga kuartal I tahun ini, Intiland membukukan pendapatan usaha sebesar Rp830,6 miliar, atau turun 6,4% dibandingkan kuartal I 2019 senilai Rp887,6 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya pendapatan dari segmen mixed-use & high rise dan kawasan perumahan.

Dari sisi pendapatan pengembangan (development income) tercatat memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai Rp 546,8 miliar atau 82,3 persen dari keseluruhan. Perolehan tersebut bersumber dari segmen pengembangan mixed-use dan high rise senilai Rp 455,1 miliar dan kawasan perumahan sebesar Rp 91,7 miliar.

Ia menambahkan pada triwulan pertama tahun ini, Intiland juga melakukan penjualan lahan seluas 3,2 hektar di Surabaya senilai Rp 58,3 miliar. Lahan ini masuk kategori inventori dan bukan termasuk aset utama yang akan dikembangkan dalam waktu dekat.

Selain itu, Intiland juga memperoleh pendapatan usaha yang bersumber dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) sebesar Rp 159,6 miliar atau 17,7% dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini meningkat 1,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp157,1 miliar.

Dari sisi laba usaha sebesar Rp 234,9 miliar atau meningkat 27,6% dibandingkan perolehan triwulan I tahun 2019. Peningkatan ini mendorong perolehan laba bersih sebesar Rp 84,4 miliar atau melonjak 74,4% dibandingkan triwulan I tahun lalu senilai Rp 48,4 miliar.

Archied memproyeksikan Industri properti masih akan menghadapi tantangan cukup berat dalam enam bulan ke depan. Kondisi darurat akibat pandemik penyebaran Covid-19 telah secara langsung menciptakan dampak negatif terhadap kondisi perekonomian serta upaya pemulihan sektor properti nasional.

Intiland akan terus berupaya menjaga kinerja usaha tahun ini dengan strategi pengembangan fokus pada proyek-proyek eksisting atau proyek yang berjalan. Dalam enam bulan ke depan masih fokus pada upaya meningkatkan kinerja penjualan dari inventori atau stok produk di proyek-proyek berjalan, khususnya perumahan dan apartemen.

Diakuinya, di tengah pandemi Covid-19, tantangan yang harus dihadapi cukup berat. Namun demikian Intiland memastikan seluruh operasional perusahaan berjalan dengan baik dan akan terus berupaya maksimal untuk meningkatkan penjualan dan kinerja usaha.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved