Management Strategy

Lima Sektor Prioritas Pembangunan Ekonomi Jokowi-JK

Lima Sektor Prioritas Pembangunan Ekonomi Jokowi-JK

Memasuki lima bulan masa kepemimpinannya, pemerintahan Jokowi – JK sudah membidik lima sektor sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi. Lima sektor itu adalah pertanian, perikanan dan kelautan, energi, industri, dan pariwisata. Serangkaian program pembangaun itu sudah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015.

2015330164708

“Konstruksi ekonomi yang coba dibangun dan secara formal sudah tertuang dalam RPJMN 2015 terutama pembangunan ekonomi yang meningkatkan kualitas hidup dan masyarakat. Terdengar normatif, tapi sebagai prinsip dan tujuan akhir itu perlu ditegaskan,” jelas Andrinof Chaniago, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.

Tujuan besar dari pembangunan ekonomi ini adalah menjadikan bangsa yang mandiri, yang tidak bergantung pada negara lain terutama untuk kebutuhan-kebutuhan pokok.

“Tujuan besarnya adalah menjadikan bangsa kita mandiri. Mandiri itu harus diartikan, kita tidak bergantung terutama pada untuk kebutuhan-kebutuhan pokok kepada produsen atau negara lain. Dengan itu, kita bisa mengontrol perencanaan produksi dan konsumsi kita. Dari situlah diturunkan sejumlah agenda-agenda. Terutama kita pilih sektor-sektor prioritas yang merupakan kekuatan kita dan kebutuhan utama kita. Yang mengandung potensi yang cukup besar, agar potensi itu jangan hilang dan jangan hilang lagi,” tambah Andrinof.

Sektor yang pertama adalah pangan. Target besar pemerintahan adalah untuk mencapai swasembada pangan dalam waktu dua tahun. Beberapa langkah pun dilakukan seperti pembangunan irigasi, pengontrolan pupuk dan benih agar dapat memenuhi kebutuhan pokok dari hasil produksi sendiri.

“Pangan misalnya, mengapa begitu digenjot melalui pembangunan irigasi, waduk dan bendungan, lewat pengontrol distribusi pupuk dan benih, mengapa diberikan bantuan traktior kepada petani, ini memang dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok kita dari produksi kita sendiri. Potensi kita di bidang pertanian untuk swasembada pangan sangat besar. Kalau pemerintah mengatakan optimis dalam dua tahun, itu sangat masuk akal. Kita lihat lahan pertanian yang kita miliki, yang belum terairi dengan normal, dengan itu saja, kita bisa swasemabda. Belum lagi kalau kita perbaiki irigasi dan menambah bendungan irigasi,” tegasnya lagi.

Sektor kedua adalah perikanan dan kelautan. Dengan luas perairan yang dimiliki, Indonesia diharapkan menjadi salah satu produsen ikan di ASEAN.

“Kan aneh kalau dengan lautan negara kita yang luas, kita tidak menjadi produsen ikan nomor satu atau nomor dua di ASEAN. Anehnya lagi, kita malah menjadi importir ikan segar. Sekarang, terbukti ketika Ibu Menteri Susi terjun menjalankan tugasnya, langsung produksi ikan meningkat dan memberikan peluang untuk melakuan industrialisasi,” tambahnya.

Sektor ketiga adalah energi. Sektor ini sangat berkaitan dengan pasokan listrik yang kurang, oleh karena itu, dengan banyaknya alternatif sumber energi pilihan, pemerintah berencana untuk membanguan power plan di lumbung energi untuk meningkatkan produksi listrik Indonesia.

“Kita semakin ketinggalan jauh dalam produksi energi per kapita. Tantangan selanjutnya adalah tingkat produksi listrik kita termasuk yang terendah dibandingkan dengan jumlah dari negara-negara ASEAN. Meskipun produksi minyak kita separuh dari kebutuhan, kita masih berlimpah untuk sumber daya gas, batu bara, geothermal, dan lain-lain. Bagaimana mengubah itu menjadi produksi listrik,” jelasnya.

Karena itulah, kebijakan energi harus diluruskan dengan meningkatkan produksi energi kita untuk bisa menggerak industri. Tidak mungkin kita membangun industari, kalau listrik tidak ada, termasuk di daerah-dareah lumbung energi. Maka dari itu, program mengejar peningkat produksi listrik dengan membangun power plan di banyak tempat menjadi prioritas.

Sektor keempat adalah industri. Margin keuntungan sebesar 7% di sektor industri menjadi perhatian pemerintah, olah karena itu pemerintahan berencana untuk melakukan perubahan struktural.

“Setelah kami di Bappenas meneliti, kebijakan ekonomi kita selama ini memanjakan ekonomi-ekonomi yang pragmatais, yang menguras sumber daya alam, atau yang menjual-belikan lahan seluas-luasnya. Margin keuntungan dipertambangan itu 40%, margin keuntungan di properti itu 50%, sementara margin keuntungan industri itu hanya 7%. Siapa yang tertarik untuk masuk ke sektor industri kalau begitu. Oleh karena itu, pemerintahan ini berencana untuk melakukan perubahan struktural dan sudah menjadi agenda. Bagaimana supaya ekonomi kita berbasiskan ekonomi yang berisi ilmu pengetahuan, teknologi, pengolahan. Bukan yang digerakkan oleh sektor-sektor yang menjual harta negara atau sumber daya alam sebesar-besarnya dan kemudian menjadikan suatu produk yang tidak bisa ada pertumbuhannya secara alami, seperti tanah. Jika tanah menjadi menjadi komoditas, itulah yang menjadikan harga rumah menjadi tidak terjangkau,” imbuhnya.

Pada sektor selanjutnya, pariwisata menjadi kunci untuk menempuh pembangunan ekonomi janka pendek, mengingat semua langkah sebelumnya memerluakn waktu minimal dua tahun untuk melihat hasilnya.

“Ini negeri yang yang kaya, tapi hanya mampu menggaet 8,2 juta wisatawan, sepertiga yang berhasil digaet Malaysia dan separuh yang berhasil digaet dari Singapura. Pasti ada yang salah, padahal unutk mengejar untuk jangka pendek, pariwisata kunciya, kalau yang yang tadi, membutuhkan waktu 2 tahun lebih baru terlihat efeknya,” paparnya.

Selain itu pemerintah juga akan menguatkan di level menengah ke bawah dengan cara memperkuat BLK-BLK atau SMK, dengan membangun 100 tecnopark sebagai tempat untuk membuat masyarakat melek untuk melakukan pengolahan.

“Tujuannya adalah membuat masyarakat kita melek dengan yang nama pengolahan, dari yang namanya menanam, memetik, menjual; memelihara ternak menyembelih menjual; menangkap ikan, menumpuk jual; menjadi kegiatan-kegitan pengolahan,” jelasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved