Sekar Bumi Belum Berencana Tambah Modal
PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) belum berencana melakukan penambahan modal. Produsen hasil olahan laut, terutama udang, kini fokus mengembangkan usaha dan meningkatkan kapasitas produksinya. Pada pertengahan tahun ini, pabrik di Cikupa, Tangerang, sudah mulai beroperasi. Sehingga, kapasitas produksi bisa bertambah menjadi 22.000 ton dari semula hanya 10.000 ton yang berasal dari pabrik di Sidoarjo.
“Kami tentu mempertimbangkan upaya untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan melalui corporate action. Namun, itu bukan fokus kami saat ini. Kami harus terus mengembangkan teknologi budidaya agar dapat membantu pembudidaya mencapai hasil produksi yang optimal. Juga untuk memperbesar kapasitas pabrik pakan udang dan ikan milik kami yang ada di Jawa Timur. Ke depan, Sekar Bumi juga akan mulai membangun cold storage di daerah-daerah sentra produk perikanan,” kata Direktur Utama Sekar Bumi, Harry Lukmito kepada SWA Online.
Berkat udang, berikut hasil olahannya, Sekar Bumi mampu meraih pertumbuhan dua digit setiap tahunnya. Indonesia adalah eksportir udang berkualitas di pasar internasional. Dari data Kementerian Perdagangan, RI adalah eksportir udang terbesar kedua ke Amerika Serikat hingga Januari 2015 dengan nilai ekspor sebesar US$ 93,5 juta dengan pangsa pasar 22,7%.
Sekar Bumi yang berdiri pada tahun 1973 di Sidoarjo, Jawa Timur itu, punya tiga merek untuk produk olahannya. Pertama, SKB, singkatan dari Sekar Bumi, yang khusus untuk pasar luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Asia. Produknya meliputi udang matang beku (cooked shrimp), udang mentah beku (raw shrimp), udang matang kupas beku (cooked and peeled shrimp). Produk kedua adalah Bumi Food, meliputi udang tepung beku (breaded shrimp), bakso ikan, siomay ikan beku, siomay udang beku, nugget ikan dan udang, bakso cumi. Ketiga, adalah Mitraku, yang khusus untuk pasar domestik, yakni nugget ikan dan udang, bakso udang dan ikan, scallop beku, tofu ikan, siomay ikan dan udang beku.
“Mayoritas produk kami, yakni 80% untuk pasar ekspor. Sisanya untuk pasar lokal. Di pasar luar negeri, kami masuk ke Amerika, Eropa, Jepang, Korea, dan Malaysia,” kata Harry.
Untuk melancarkan pasokan bahan baku, lanjut dia, perseroan menerapkan kerjasama jual-beli dengan para nelayan dibanding memilih skema kemitraan ala inti-plasma. Ada sekitar 1.000 nelayan yang tersebar di Sidoarjo dan Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang telah menjadi mitra Sekar Bumi.
“Kami membeli hasil tambak mereka. Mereka juga mendapatkan pelatihan dan bimbingan dari tenaga penyuluh kami bagaimana cara meningkatkan produktivitas. Tambak kami sendiri ada dari perusahaan terafiliasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kalau ikan laut, kami membeli dai pengepul besar agar lebih efisien,” katanya.