Kadin: Ini Cara Pemerintah Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia tak bisa melepaskan diri dari dampak perlambatan ekonomi global. Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4-5,8% pada tahun ini sepertinya harus dikoreksi. Ekonomi China telah melambat, Amerika Serikat masih belum pulih sepenuhnya dari krisis. Keduanya adalah pasar terbesar ekspor dari Tanah Air. “Itulah yang membuat pengusaha cenderung wait and see sebelum mengambil keputusan bisnis di kuartal I-2015,” kata Direktur Pengelola PT Bank Central Asia Tbk Henry Koenaifi.
Kinerja beberapa sektor industri pada tiga bulan pertama 2015 mengecewakan. Sektor-sektor usaha yang mengalami pertumbuhan negatif antara lain, otomotif turun 20 persen, sektor properti negatif 40 persen, sektor perhotelan minus 40 persen, dan retail terkoreksi 25 persen. Sektor lainnya seperti makanan dan minuman yang sebenarnya paling kuat dalam menghadapi krisis juga turun sampai 10%.
Inilah yang membuat dunia usaha ketar-ketir. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengharapkan pemerintah konsisten terhadap kebijakannya. Jalan satu-satunya, lanjut dia, pemerintah harus menggenjot pencairan belanja negara untuk mempercepat laju perekonomian. Dengan mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah, belanja masyarakat akan terangkat dan efek lanjutannnya akan positif untuk pertumbuhan ekonomi.
“Tadi, saya bisik-bisik dengan Pak Suahasil Nazara (Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan) belanja pemerintah baru (cair) 18 persen, katanya dalam acara Peluncuran Buku dan Diskusi Laporan Perekonomian Indonesia 2014 di Jakarta, Rabu (29/4).
Hariyadi menambahkan, pemerintah juga harus konsisten dengan kebijakannya agar tidak menimbulkan keraguan di mata investor. Selain soal belanja pemerintah yang masih seret, realisasi penerimaan pajak juga tak sesuai harapan. Sepanjang kuartal I-2015, realisasi penerimaan pajaka turun 5,6% menjadi Rp 198 triliun. Padahal, pemerintah bertekad menggelontorkan belanja sekitar Rp 2.000 triliun pada tahun ini.
Dia juga mencontohkan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dalam hal pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Saat investor asal Jepang sudah bersedia menanamkan modalnya, pemerintah mendadak membatalkan proyek tersebut.
“Dari zaman Pak SBY (Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono), pelabuhan Cilamaya adalah prioritas untuk dibangun. Tapi kok tiba-tiba dibatalkan. Memang katanya tidak dibatalkan, hanya dipindah. Tapi, sama saja mulai dari nol lagi. Pemerintah harus konsisten dengan kebijakannya. Ini adalah masalah serius,” ujarnya.
Bank Indonesia memerkirakan ekonomi RI akan tumbuh 5,4-5,8% pada tahun ini meskipun dibayangi perlambatan ekonomi global. Namun, realisasinya bakal lebih rendah. Pada kuartal I-2015, Kepala Ekonom Bank Rakyat Indonesia, Anggito Abimanyu memerkirakan ekonomi RI hanya tumbuh di kisaran 4,9-5%, atau terendah dalam lima tahun terakhir.