Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah untuk Pacu Pertumbuhan
Perlambatan ekonomi Indonesia berlanjut hingga triwulan I-2015. Data Badan Pusat Statistik, ekonomi RI hanya tumbuh 4,7% selama tiga bulan pertama 2015, lebih rendah sejak kuartal IV-2009. Selama kurun waktu tersebut, pertumbuhan ekonomi paling tinggi adalah 6,8% yang terjadi pada kuartal IV-2010.
Dari kajian Lembaga Studi Ekonomi dan Keuangan (Indef), faktor terbesar yang memicu perlambatan ekonomi selama kuartal I-2015 adalah melambatnya konsumsi rumah tangga. Ini adalah sinyal negatif terhadap daya beli masyarakat. Semua komponen pengeluaran rumah tangga melambat. Hanya pengeluaran untuk makanan, minuman, tembakau, serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang masih bertumbuh.
Ada beberapa penyebab melambatnya konsumsi masyarakat. Yang paling utama adalah lonjakan harga-harga dan pelemahan nilai tukar rupiah. Kebijakan pemerintahan baru, Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam menjaga komoditas kelompok administered price (harga yang diatur pemerintah) plus depresiasi rupiah menggerus daya beli masyarakat. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan sejak Oktober 2014. Ketika itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp 12.032. Hingga Maret 2015, kurs rupiah mencapai Rp 13.058 per dolar AS.
Harga BBM yang naik-turun kemudian dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi untuk menjustifikasi setiap kenaikan harga. Akibatnya, ketika harga BBM naik, harga pasti naik. Ketika harga BBM turun, harga tidak turun. Di saat yang hampir bersamaan, komponen administered lainnya, yakni harga gas elpiji dan tarif dasar listrik juga ikut naik.
“Pada titik ini, konsumsi masyarakat akan menurun sehingga permintaan produksi juga berkurang. Selanjutnya, terefleksi dari pertumbuhan ekonomi yang melemah,” kata Peneliti Indef, Ahmad Heri Firdaus.
Faktor lainnya yang juga memicu perlambatan ekonomi adalah buruknya realisasi belanja pemerintah. Lambatnya persiapan administrasi kelembagaan sejumlah kementerian, seperti perubahan nomenclature, lelang jabatan, dll menghambat pencairan belanja pemerintah pada triwulan I-2015.
Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat baru cair 2,8% dari total anggaran Rp 95,4 triliun. Kementerian Perhubungan baru merealisasikan anggaran sebesar 1,16% dari total anggaran Rp 45,8 triliun. Setali tiga uang, Kementerian Pertanian baru mencairkan anggaran 6,28% dari total anggaran sebesar Rp 37,9 triliun.
“Pada akhirnya hal tersebut membuat agenda pembangunan menjadi terhambat. Capaian pertumbuhan 4,7% pada triwulan I 2015 ini lebih merupakan refleksi dari ekspektasi yang tinggi pasca Pilpres, namun belum ada upaya yang riil untuk mewujudkan harapan masyarakat,” ujarnya.
Menurut dia, pemerintah mesti bergerak cepat untuk segera mencairkan belanja kementerian/lembaga dan memulai pembangunan banyak proyek infrastruktur untuk memacu roda perekonomian. Berlindung di balik perlambatan ekonomi global adalah sikap yang kekanak-kanakan. Malaysia dan India adalah contoh negara yang berhasil dalam mencapai pertumbuhan yang relatif baik. Saat puncak-puncaknya krisis global 2009 saja, ekonomi RI masih bisa tumbuh 4,5%,” katanya.