Ada 1,8 Juta Diaspora Indonesia di Belanda
Indonesia punya hubungan lumayan erat dengan Belanda, meski sempat dijajah 350 tahun. Setidaknya, ada cukup banyak diaspora yang bermukim di Negeri Kincir Angin itu. Hingga tahun 2013, ada sekitar 1,8 juta orang Warga Negara Indonesia maupun keturunannya yang menetap di negara dengan ibukota Amsterdam tersebut. Presiden Indonesian Diaspora Network (IDN)-Belanda Ebed Litaay mengatakan, komposisi diaspora Indonesia di Belanda terdiri dari lima bagian.
“Generasi pertama ada sekitar 125 ribu. Mereka adalah bagian dari sekitar 300 ribu orang Indonesia yang bermigrasi ke Belanda selama kurun 1946-1968. Mereka yang punya beragam asal-usul, latar belakang, pendidikan, dan kultur sosial-budaya ini datang dalam lima gelombang. Generasi ini masih melakukan banyak hal berkaitan dengan latar belakang Indonesia mereka karena beberapa sempat tinggal lama di Indonesia,” ujarnya.
Kedua, adalah anak atau cucu dari generasi pertama di atas. Generasi kedua berjumlah sekitar 275 ribu sedangkan generasi ketiga ada 1,3 juta orang. Menurut Ebed, mereka masih terikat, setidaknya secara emosional dengan Indonesia karena orang tua atau kakek-nenek mereka adalah warga negara Indonesia. Di masyarakat sosial Belanda, hampir 10% populasi memiliki hubungan yang kuat dengan Indonesia. Itu terlihat dari adanya 1.600 warung, toko, dan restoran yang menjual makanan Indonesia. Bahkan, makanan Indonesia, yakni ‘rijsttafel’ merupakan hidangan kedua di Belanda. Angkatan Laut Belanda pun memilih hari Rabu sebagai ‘blauwe hap’ yakni sajian hidangan khusus Indonesia.
“Ketiga, warga negara Indonesia yang berjumlah sekitar 17 ribu orang yang datang ke Belanda dengan beragam alasan, seperti belajar, menikah, atau bekerja. Ada yang tinggal sementara, ada juga yang tinggal secara permanen di Belanda. Persatuan Pelajar Indonesia di Belanda tersebar di lebih dari 17 kota di Belanda,” katanya.
Keempat, adalah Moluccans yang jumlahnya saat ini sekitar 65 ribu orang. Mereka berasal dari 12.500 orang Maluku yang hijrah ke Belanda pada tahun 1951. Mayoritas mereka tinggal berkelompok yang disebut ‘Molukse wijken’, satu kelompok beranggotakan 30-300 rumah. Ada sekitar 60 Molukse wijken di seantero Belanda yang masing-masing memiliki masjid atau gereja yang berada di tengah-tengah tempat tinggal kelompok. Moluccans kini telah mencapai generasi ke-4. Mereka telah terintegrasi dengan masyarakat sosial Belanda karena sudah ada sejak 60 tahun lalu. Mayoritas mereka punya hubungan keluarga yang kuat sama seperti di Belanda atau Indonesia.
“Kelima, adalah orang Jawa Suriname yang datang ke Belanda. Jumlahnya kini 83.000 Sebagian besar tinggal di Groningen, Amsterdam, Hague, Rotterdam, dan Zoetermer. Mereka berbaur dengan masyarakat sosial Belanda dan di saat yang bersamaan tetap mempertahankan identitas Jawa mereka dengan bergabung asosiasi dan pertemuan organisasi orang Jawa. Kebanyakan dari mereka memiliki kerabat di Suriname,” katanya. (Reportase: Aulia Dhetira)