Listed Articles

Electronic City Menggenggam Hak Siar Piala Dunia 2010

Electronic City Menggenggam Hak Siar Piala Dunia 2010

Electronic City yang selama ini dikenal sebagai penyedia barang-barang elektronik, kini membuat gebrakan bisnis. Lewat anak perusahaanya, Electronic City Entertainment (ECE) berhasil mendapatkan lisensi olah raga paling akbar di jagad ini, Piala Dunia 2010. Ini sebuah prestasi yang luar biasa buat ECE karena bukan dari broadcast. Sebelumnya, pemenangnya adalah perusahaan televisi.

Fary Farghob, Direktur Pemasaran dan Penjualan ECE, mengatakan, posisi ECE sebagai pemegang lisensi memberikan banyak hal positif dan menguntungkan semua pihak. Masyarakat Indonesia akan lebih luas menikmati Piala Dunia 2010 dengan berbagai angle, tidak hanya sebatas above the line (ATL). “Apa yang dijanjikan ke FIFA, bagaimana memanfaatkan right dari World Cup ini harus menjadi event yang besar,” katanya.

Sponsor pun juga diuntungkan karena makin banyak orang Indonesia yang bisa menikmati pekan olahraga yang akan diadakan di Afrika Selatan itu. Selain itu, broadcaster juga diuntungkan karena akan lebih ringan dalam pekerjaanya. Pasalnya dengan bermitra dengan ECE, penggarapan program dan sponsorship akan maksimal. “Kami bisa fokus memasarkan hal-hal yang bisa dieksplorasi. Sementara, jika dipegang pihak broadcaste, pamasarannya kurang fokus karena punya banyak program. Apa yang kami sedang persiapkan paling integrated dan paling lengkap (yang pernah dilakukan) di Indonesia,” ia menegaskan.

Lalu apa yang membuat ECE bisa dipercaya FIFA sebagai pemegang lisensi ini? Menurutnya, penentuan bukan hal yang mudah. Ada sepuluh pesaing dari Indonesia yang ikut dalam pitching memperebutkan hak siar Piala Dunia 2010 yang akan berlangsung 11 Juni-11 Juli 2010. Fary tidak mau menyebutkan siapa saja mereka. Yang pasti, selain dari stasiun televisi, juga ada agency bertaraf Asia.

Nama ECE di mata FIFA juga pasti diperhitungkan. Untuk itu, ECE bekerjasama dengan Inter Sport Marketing, regional player agency yang pernah sukses menangani siaran World Cup untuk Malaysia. “Dalam hal ini harus menghormati isi agreement. Intinya, ketika ditanya finansial ada kenaikan berkisar antar 4-5 kali lipat dari harga lisensi sebelumnya. Angka ini tidak pernah di-publish secara resmi,” ia menjelaskan ketika ditanya tentang berapa besar biaya lisensi yang dikucurkan. Sebagai gambaran, konon SCTV mengeluarkan dana hingga US$ 10 juta AS untuk mendapatkan lisensi World Cup 2006.

Ia menambahkan, selain dari segi finansial, FIFA juga mempertimbangkan bagaimana pemegang lisensi bisa mengemas ajang ini sedemikian rupa sehingga bisa dinikmati sebanyak mungkin oleh semua lapisan masyarakat. Untuk itu, ECE melakukan integrated campaign untuk menyemarakkan Piala Dunia 2010. Untuk tayangan di televisi, ECE memilih RCTI dan Global TV sebagai media partner.

Selain menayangkan 64 pertandingan live dan rerun, ada supporting program seperti tayangan Road To World Cup yang memberikan informasi segala tentang piala dunia, ada juga FIFA Archives yang menayangkan sejarah piala dunia dari tahun 1966 hingga 2006, dan tayangan pemain dan moment-moment terbaik. Untuk pay TV masih dalam tahap negosiasi, sedangkan tayangan lewat satelit bekerjasama dengan Matrix. Uniknya lagi, event akbar ini akan disiarkan lewat radio bekrjasama dengan Trijaya, Dangdut TPI dan Global.

Tidak hanya di ATL (above the line), ECE juga mengkampanyekan lewat program-program di lapangan, salah satunya dengan membuat outlet bernuansa world cup di rombong, kios, dan mal-mal. Selain itu, juga mengadakan acara nonton bareng yang menargetkan 1.000 titik di kafe, mal dan restoran. Untuk acara nonton bareng, penyelenggara harus memperoleh izin. “Kami ingin semua bisa menikmati event ini, biaya yang dikeluarkan kafe-kafe untuk acara nonton bareng lebih murah 50% dari Piala Dunia 2006,” katanya. ECE juga bekerjasama dengan Sony Music untuk mengirimkan salah satu artis Indonesia yang akan mengisi theme song World Cup 2009.

Lalu bagaimana bentuk kerjasama dengan pihak stasiun televisi untuk menggaet sponsor? Fary mengatakan, kerjasama ECE dan MNC dalam bentuk join corporation, me-manage dan menjual secara bersama-sama sebagai tim. Ini bukan berarti RCTI atau global membeli hak siar dari ECE, tetapi melaui revenue sharing sesuai denga kontribusi masing-masing.

Sampai dengan saat ini, telah deal dengan Gudang Garam sebagai sponsor utama. Ia menargetkan ada 4-6 brand yang menjadi co-sponsor. Untuk co sponsor, juga diberikan ekslusivitas, misal kalau ada salah satu pemain sepeda motor yang deal, maka produsen motor lainnya tidak bisa menjadi seponsor. Ia sangat optimis akan ketertarikan sponsor untuk berpatisipasi di ajang ini karena, berdasarkan pengalaman empat tahun lalu, rata-rata share bisa mencapai 60% bahkan mencapai 90%, apalagi sekarang didukung 2 stasiun televisi.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved