Malware Merebak, Trend Micro Bertindak
Hampir semua kebutuhan hidup manusia tidak lepas dari peranan teknologi di dalamnya. Mulai dari produksi sandang, pengolahan pangan, hingga pembuatan papan. Namun semakin kuat pertumbuhan teknologi di berbagai bidang ini tidaklah membuatnya luput dari serangan pihak-pihak tertentu. Dalam bidang teknologi informasi, salah satu ancaman terbesar adalah malicious software atatu yang biasa dikenal dengan singkatan malware. Menurut Trend Micro, malware yang umumnya dibuat untuk mengganggu, merusak, atau bahkan mencuri akses supaya mendapatkan informasi-informasi sensitif pertumbuhannya makin merebak di kuartal pertama tahun 2015 ini.
“Tahun ini diprediksi akan diwarnai oleh catatan-catatan tentang meningkatnya serangan-serangan, ditilik dari sisi volume, kecerdikan, serta kecanggihan serangan. Seluruh lapisan, baik kalangan individu maupun bisnis dituntut untuk selalu proaktif dalam menerapkan upaya perlindungan terhadap ancaman-ancaman kemanan yang bakal hadir”, ujar Andreas Kagawa, Country Manager Trend Micro Indonesia.
Pada kuartal pertama 2015 ini saja, Trend Micro telah memblokir hingga 332 juta upaya akses yang dilakukan pengguna internet di kawasan asia pasifik ke situs-situs yang memiliki malware dan jumlah ini diklaim akan kian meningkat. Sedangkan di Indonesia sendiri, pada kuartal yang sama, terdapat 5,1 juta upaya akses ke situs berbahaya telah mampu diblokir Trend Micro. Angka ini meningkat sebesar 6% dari kuartal sebelumnya. Pada kurun waktu yang sama pun terdapat 342 juta alamat IP yang ditengarai sebagai pengirim spam di Asia Pasifik dan terdeteksi hingga 110 juta file berbahaya beredar di region ini. Jumlah-jumlah tersebut adalah total jumlah yang telah ditanggulangi oleh Trend Micro, jumlah keseluruhannya tentu lebih besar. Ini mengindikasikan aktivitas penyebaran malware bertambah di ranah maya tiap tahunnya.
Skala kerusakan yang mampu disebabkan dengan terdapatnya malware di dalam sebuah sistem komputer pun sangat bervariasi, mulai dari kerusakan skala ringan seperti membuat browsing internet terganggu dengan mengalihkan situs yang dikunjungi ke situs iklan, hingga yang serius seperti mencuri informasi dan data pribadi pelanggan-pelanggan di sebuah swalayan. Ya, informasi pribadi hingga kode pin ATM pun bisa dengan mudah diakses oleh pelaku-pelaku pembuat malware tersebut. Modus kejahatan semacam ini juga pada umumnya memiliki target yang spesifik, tidak acak.
Ancaman malware yang diakui sebagai suatu hal yang mengerikan ini ditanggapi dengan serius oleh Trend Micro. Menurut Andreas, perkembangan beredarnya malware yang bertambah terus itu menandakan bahwa setiap sistem teknologi modern pun perlu selalu diperbaharui agar lebih mutakhir dan tak rentan serangan. Pemutakhiran ini dilakukan dengan pengaplikasian patch. Namun pembuatan patch tidaklah mudah, diperlukan waktu yang bervariasi dalam produksinya sebelum diluncurkan ke publik. Proses pembuatan patch ini juga memerlukan waktu uji yang relatif tidak sebentar. Ini tergantung dari permasalahan apa yang akan dipecahkan oleh patch tersebut. Singkatnya, ada ruang kosong antara waktu munculnya demand dengan penyediaan supply. Ruang kosong inilah diisi oleh Trend Micro dengan virtual patching solutionnya. Solusi ini diklaim sebagai win-win solution karena dengan mengaplikasikan virtual patckh kedalam suatu sistem akan memberikan waktu tambahan bagi penyedia patch untuk menguji patch barunya dan sementara itu menyediakan proteksi sementara yang dapat diandalkan.
Selain dalam hal virtual patching, Andreas menyatakan bahwa Trend Micro memiliki keunggulan lain dibanding pesaing-pesaingnya dalam bidang layanan pelanggan. Dia menyatakan bahwa Trend Micro jika dibandingkan dengan penyedia layanan keamanan komputer lainnya, perusahaan ini adalah yang terbaik dari sisi kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya. Ini memudahkan Trend Micro untuk menyediakan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. (EVA)