Kenari Djaja Masih Kuasai Pasar Kunci Segmen Atas
Tentunya, tingkat persaingan pun kian menajam. Terutama di segmen kelas menengah ke bawah, puluhan merek menyesaki pasar ini. Beberapa di antaranya bisa disebutkan: Hafele, Yeld, Wika, Fino, Logo, Solid hingga Royal. Bagaimana di segmen kelas atas? Tampaknya di kategori ini tingkat persaingannya tidak setajam yang terjadi di kelas bawah. Maklum, di kelas ini boleh dibilang hanya ada dua pemain mapan: PT Kenari Djaja Prima (KDP) dan PT Seni Mulya (SM).
Hanya saja, secara keseluruhan KDP masih mendominasi pasar. Nova Lungman Sjarifudin Asisten Direktur KDP, mengklaim bahwa dua produknya, yakni Cisa dan Kend, masih menguasai pasar. Namun, lanjut Nova, sejauh ini belum bisa diketahui seberapa besar penguasaan pasar dari kedua produknya tersebut. “Yang pasti, kami masih mendominasi pasar. Lagi pula, SM hanya mengandalkan satu merek,” tutur Nova. Memang, sejauh ini SM hanya mempunyai satu brand unggulan, yakni Baldwin, produk kunci dari Amerika.
Bagaimana performa Cisa dan Kendi? Menurut Nova, kedua produk tersebut mampu menunjukkan kinerja yang bagus, terlebih sebelum krisis. Untuk produk Cisa saja, volume penjualannya rata-rata mencapai 20 ribu unit/bulan. Padahal, harga jual kunci Cisa terbilang sangat mahal, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 20 juta. Sementara itu, penjualan Kend lebih tinggi lagi. Dengan harga jual mulai Rp 300 ribu hingga Rp 15 juta, rata-rata volume penjualan Kend setiap bulan dua kali lipat dibanding Cisa.
Sebenarnya, selain kedua produk tersebut, KDP masih memiliki satu produk kunci lagi, yakni Fino. Hanya saja, diakui Nova, merek ini belum menunjukkan kinerja yang bagus. Nova menambahkan, 50% pendapatan KDP disumbang oleh penjualan Kend, Cisa 35% dan Fino 5%-10%. Harga jual Fino sendiri Rp 200 ribu-Rp 5 juta. Sisanya disumbang dari produk lain. Sebab, selain ketiga produk yang ditujukan untuk membidik kelas atas, KDP –melalui anak usahanya PT PP Tekno Prima-— juga memiliki dua produk kunci yang ditujukan untuk menyasar segmen bawah: yakni Solid dan Logo. Menurut Nova, saat ini omset KDP (plus anak usahanya) di atas Rp 100 miliar/tahun. Tetapi dalam setahun KDP harus mengalokasikan dana sebesar EURO 2,5 juta hanya untuk membeli Cisa dan sekitar EURO 2 juta untuk membeli Kend.
Kendati begitu, diakui oleh salah satu anak pendiri KDP ini, pada masa krisis bisnisnya mengalami guncangan. “Pada saat krisis, penjualan turun hingga 50%. Tetapi saya pikir itu dialami hampir semua pemain terkena. Dan sekarang mulai membaik lagi,” ujar Nova. Saat ini, total volume kunci yang didistribusikan KDP tidak lebih dari 10 ribu unit/bulan. Dengan sekitar 300 karyawan, saat ini KDP memiliki 5 outlet di Jakarta dan 1 di Semarang. Selain itu, distribusi produk kunci KDO ditopang oleh 14 distributor yang tersebar di Medan, Pakanbaru, Palembang, Padang, Jambi, Lampung, Bandung, Surabaya, Bali, Banjarmasin, Samarinda dan Makasar.