Profile

Sani Ihsania: Lewat Hansamo Menggagas Sister City Bandung – Suwon

Sani Ihsania: Lewat Hansamo Menggagas Sister City Bandung – Suwon

Hansamo atau Bandung Korea Community semula hanyalah sebuah wadah pertemuan 15 orang anak muda pecinta budaya Korea alias K-POP pada tahun 2006. Tetapi kini lembaga nirlaba ini telah mencetak banyak pencapaian di antaranya sebagai penggagas sister city Bandung – Suwon dan penyelenggara resmi Korean National Festival. Siapa sangka di balik organisasi yang beranggota 1.800 orang itu pemimpinnya adalah seorang wanita muda, Sani Ihsania. Sarjana Akuntasi, Universitas Padjajaran itu adalah salah satu pendiri Hansamo. Bagaimana sejarah berdirinya? Dan bagaimana Hansamo bisa mencapai prestasi? Berikut kutipan wawancara reporter SWA Online Arie Liliyah :

hansamo

Apa saja yang bisa dipelajari di Hansamo ?

Kami ada kelas tari, bahasa, modern dance, kelas voice atau singing, karena dari awal memang sudah ada dukungan dari Kedutaan, jad sejak tahun 2006 kami di support seperti buku, alat musik tradional Samoori.

Awal berdiri seperti apa ? Anda sendiri berperan sebagai apa saat pertama kali didirikan ?

Pendirinya ada 15 orang, kami suka sekali dengan budaya Korea. Kami ketemu di forum internet, masing-masing kami ada yang suka filmnya, ada yang suka musiknya, ada yang suka bahasanya, tradisinya. Beragam. Tetapi saat itu, tahun 2006, informasi mengenai Korea masih sangat sedikit sekali. Di inetrnet pun masih susah mendapatkan film terbaru, dan sebagainya.

Kami kemudian memikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan informasi khususnya budaya yang disukai seperti film, tradisi, dan bahasa dengan mudah dan lengkap. Dan saat itu kami tahu diluar sana ada banyak anak-anak muda yang juga suka denan budaya Korea tetapi masih sulit mendapatkannya. Jadi kami berpikir untuk menjadi semacam “agen” informasi bagi mereka pecinta Korea.

Saat itu Anda dan teman-teman yang lain itu sedang kuliah atau bekerja ?

Beragam, ada yang masih berstatus mahasiswa dan ada yang berkerja. Saya sendiri saat itu masih bekerja di Jakarta, sehingga saya harus bolak-balik Bandung- Jakarta untuk mengurus Hansamo ini. Tetapi dengan posisi bekerja di Jakarta, maka saat itu saya dinobatkan jadi humas di Jakarta dan banyak berhubungan mencari dan memberi informasi ke Kedutaan Besar Korea Selatan.

Saat itu karena tidak ada komunitas lain selain Hansamo, maka apapun kegiatan kami di dukung penuh oleh kedutaan dan semua kegiatan itu harus kami laporkan ke mereka.

Pertama kali mengumpulkan anggota seperti apa caranya dan di mana tempatnya ?

Kami pakai sistem gathering seperti kelompok arisan, kami lakukan seminggu sekali. Dan itu antuasiasmenya luar biasa, teman-teman tuh mereka sangat ingin tahu sekali mengenai budaya Korea.

Di antara sekian banyak budaya yang dipelajari di Hansamo, mana yang paling banyak peminatnya ?

Paling banyak tentu kelas bahasa, mereka saat pertama kami buka itu yang mendaftar langsung 147 orang.

Mereka yang ikut kelas bahasa itu dari kalangan mana saja ?

Beragam dari pelajar, mahasiswa dan karyawan

Apakah kelas bahasanya dikenakan tarif ?

Tidak ada, hanya biaya pendaftaran saja di awal Rp 75 ribu

Meski ini adalah lembaga nirlaba, pastinya Hansamo juga punya strategi khusus untuk bisa mendapatkan banyak perhatian agar orang mau bergabung kan? Apa dilakukan Hansamo ?

Iya kami aktif di berbagai media sosial, dan radio. Saat itu kami ikut setiap minggu di salah satu stasiun radio anak muda di Bandung, kami bicara banyak disana. Saya kira dari sanalah kami banyak dikenal, dan anggota terus bertambah.

Saat ini sudah berapa banyak anggota Hansamo ?

Sekarang sudah 1.800 orang yang terdafatar secara online, tetapi yang aktif secara online dan offline ada 200 orang.

Seluruh anggota berasal dari Bandung saja atau ada dari luar Bandung ?

Bandung dan kota lainnya seperti Jakarta dan kota-kota di seputaran Jawa Barat.

Setelah 9 tahun berdiri, apa saja prestasi atau pencapaian Hansamo ?

Lumayan banyak. Kami sudah menyelenggarakan 20 event selama 9 tahun ini. Tetapi ada beberapa yang sangat berkesan bagi saya pribadi. Pertama kami sudah tiga tahun berturut-turut menggelar Korean National Festival. Peserta dan pengunjungnya sangat antusias selama acar berlangsung satu bulan lamanya. Jadi selama satu bulan itu rangkaiannya ada pameran, festival kuliner Korea, pawai tarian tradsional korea, musik, permainan seperti running man, dsb.

Korean National Festival itu dimulai kapan dan di mana ?

Tahun 2012 kami mulai di Bandung, tahun 2013 di Jakarta, dan tahun 2014 kami adakan di Bekasi. Itu kami memang kerja sama dengan entertainment di Bandung untuk cover dancer. Kami hadirkan cover dancer karena sedang tren, tetapi kami sendiri, Hansamo tetap fokus untuk menampilkan tradisi-tradisi etnik Korea, seperti tarian tradisional.

Selain itu apalagi pencpaian Hansamo yang cukup mengesankan ?

Kami juga berdiri sebagai jembatan sister city Bandung – Suwon. Dari hubungan sister city itu kami sudah menggagas program pertukaran pelajar, seniman seperti penari dan pelukis. Tetapi sebenarnya menurut saya prestasi terbesar Hansamo yang sangat mengesankan adlah ketika KAA2015 kemarin di Bandung.

Jadi apa kontribusi Hansamo saat KAA 2015 berlangsung di Bandung ?

Pada saat KAA kemarin kami bisa mewakali kontingen Korea memainkan Samoori. Menurut saya di event itulah inti dari jati dirinya Bandung Korea Community tampil dihapadan publik dan KAA sendiri adalah event besar. Jadi kami memainkan budaya Korea tetapi sekaligus mengharumkan nama Bandung. Buat saya itu yang mengena karena inti dari kedua unsur Bandung dan Korea, sama-sama tampil.

Ke depan cita-citanya apa untuk Hansamo atau untuk Bandung Korea Comunity ?

Jadi kedepan, cita-cita saya, ingin sekali mendirikan Bandung-Korea Culture Center. Jadi dalam impian saya adalah memadukan budaya Sunda dan Korea di Culture Center itu nantinya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved