Peluang Bisnis Daur Ulang Limbah di Industri Fashion
Masalah sampah kini menjadi serius dan berdampak besar pada industri, salah satunya adalah industri fashion. Model liner produksi dan konsumsi yang lama adalah ambil, buat dan buang. Model ini dirasakan sudah ketinggalan zaman, mengingat sumber daya kian terbatas.
Model produksi dan konsumsi pun perlahan-lahan diubah di mana sumber daya dibuat dan dirancang untuk memiliki lebih dari satu siklus kehidupan. Pendekatan baru di rantai industri pun mulai dilakukan. Cara garmen dirancang, diproduksi, dikirimkan, dibeli, digunakan, dan yang terpenting saat ini, didaur ulang.
Cara ini didasari teori tentang ekonomi melingkar yang telah menjadi suatu revolusi terbesar dalam ekonomi global elama 250 tahun. Teori ini menantang perusahaan untuk mulai memikirkan ulang mengenai model bisnis dan hubungan dengan pelanggan. Bagaimana penggunaan tunggal l sumber daya alam dan dampaknnya bagi lingkungan.
Lahirnya teori ini memunculkan peluang bisnis baru di mana produk yang lama dapat didaur ulang menjadi bahan dasar untuk produk baru. Gagasan-gagasan inovatif pun menjadi salah satu tren terbaru. H&M Conscious Foundation berusaha memperkenalkan tren tersebut melalui Global Change Award yang dibuka pada tahun 2015.
Tantangan untuk mengubah tradisi fashion dengan menggunakan produk lama, akan dijadikan tema utama lomba ini. Lima pemenang yang beruntung akan mendapatkan berbagai bantuan sebesar 1 juta Euro dan akan mendapatkan akses ke akselerator inovasi yang dibuat khusus. Pemenang akan diumumkan pada upacara penghargaan akbar di Stockholm, Februari 2016.
Gagasan dan terobosan akan mampu mengubah pola pikir yang selama ini dipegang secara umum. Inspirasi dapat datang dari mana dan kapan saja, sehingga tantangan ini terbuka bagi semua orang. Menurut Karl Johan Persson, anggota dewan H&M Conscious Foundation dan CEO H&M, Global Change Award bertujuan untuk menemukan gagasan yang berani dan menonjol dalam membuat perubahan.
“Saya juga ingin melihat bagaimana industri fashion secara keseluruhan akan merangkul tantangan dan membuka siklus yang baru dalam industry fashion,” ujar pria Swedia ini. H&M Conscious Foundation sendiri merupakan yayasan nirlaba global yang didanai oleh keluarga Stefan Persson, pendiri dan pemilik utama dari H&M.
Misinya adalah menggerakan perubahan positif yang dapat bertahan lama dan meningkatkan kondisi kehidupan dengan berinvestasi pada individu, masyarakat, dan gagasan inovatif. Global Change Award juga diharapkan mampu menciptakan fashion yang mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Foundation dan perusahaan H&M sendiri akan memiliki hak saham atau kekayaan intelektual dalam inovasi tersebut.
Akeselerator inovsi ini adalah koloborasi antara H&M Conscious Foundation dengan Accenture dan KTH Royal Institute of Technology di Stockholm. Nantinya lima pemenang akan dibantu mengaktualisasikan ide dan gagasan mereka. Akan ada program pelatihan dan bimbingan yang diberikan bagi para pemenang ini.
Menurut DR Kahfiati Kahdar, MA Ketua Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, Indonesia memiliki kesempatan yang besar di award ini, menurutnya, masyrakat Indonesia amat kreatif dalam mengolah bahan bekas menjadi sesuatu yang baru, terutama di ranah fashion.
”Orang kita itu bisa membuat baju dari serat karet atau sepatu dari bahan bekas, jangan dikiran orang Indonesia tidak kreatif,” katanya dan mendukung anak bangsa untuk mengikuti award ini. (EVA)