2016, Industri Perbankan Masih Tumbuh Single Digit
Lembaran tahun 2015 sudah harus ditutup. Meski begitu, dampak perlambatan ekonomi di sepanjang tahun lalu masih akan terasa sampai tahun berikutnya. Semua industri masih harus pasang kuda-kuda agar tidak jatuh. Tak terkecuali, industri perbankan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin menilai pemerintah sudah melakukan semua cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Seperti mempermudah arus investasi domestik maupun asing. Jika investasi sudah banyak yang masuk melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal, biasanya penyaluran kredit akan turut terangkat.
“Kalau (kredit) sudah mulai dicairkan, selanjutnya ada trickle down untuk kontraktor-kontraktor di bawahnya. Seharusnya, awal tahun ini sudah mulai terasa gerakan aktivitas ekonomi yang baru,” katanya.
Oleh karena itu, perbankan harus tetap waspada agar kualitas kreditnya tidak menurun. Kredit bermasalah masih berpeluang naik seiring kondisi ekonomi yang tidak kondusif di sepanjang tahun 2015. Tingkat kredit bermasalah (NPL) masih akan naik seiring menurunnya kolektibilitas.
“Kolektibilitas dua naik karena nasabah kesulitan membayar kewajiban. Tetapi, sekarang sudah mulai turun. Tapi, kolektibilitas dua masih berisiko. Semoga pembentukan baru dari nasabah-nasabah yang susah itu terus menurun,” katanya.
Untuk memitigasi risiko, lanjut Budi, bisnis bank sangat berisiko apalagi untuk bank sebesar Bank Mandiri. Sehingga, mau tidak mau mereka harus diversifikasi bisnisnya agar risiko tersebar. Saat ini, Bank Mandiri tak hanya mengembangkan kredit mikro, tetapi juga kredit konsumer seperti KPR dan KPM. Dengan begitu, kalau industri atau satu segmen jatuh, perseroan masih bisa memperoleh pendapatan dari segmen lainnya.
“Tahun depan, kami mau go kredit 10-12% sedangkan dana (pihak ketiga) 14%. Porsi kredit mikro masih di atas 20%. Tahun 2015, kredit mikro tumbuh paling tinggi. Tapi, dari total income, mungkin (kontribusinya) belum sampai 20%, baru sekitar 13-15%,” katanya.
Untuk meningkatkan penyaluran kredit mikro, Bank Mandiri menggandeng PT Pos Indonesia (Persero). Harapannya, basis nasabah mereka terus membesar seiring jaringan luas milik PT Pos. Misalnya, dari kalangan pensiunan yang ingin membuka usaha untuk meningkatkan pendapatannya.
“Mereka masih ingin bisa membiayai keluarganya. Bank swasta itu, bunganya tinggi sekali. Untuk itu, kami masuk agar bisa menciptakan kompetisi pasar sehingga bisa menurunkan bunga. Kalau mikro tidak ada saingan, bunganya tetap tinggi,” katanya. (Reportase: Putri Wahyuni)