Management Strategy

OCBC NISP Bidik Pertumbuhan Bisnis 20%

OCBC NISP Bidik Pertumbuhan Bisnis 20%

Industri perbankan tak bisa leluasa bergerak sepanjang tahun 2015. Kondisi perekonomian yang belum kondusif membuat bank meningkatkan kehati-hatiannya. Pasalnya, kredit bermasalah mulai beranjak naik. Bagaimana tahun 2016?

Direktur Utama OCBC NISP, Parwati Surjaudaja menilai strategi perbankan pada tahun ini tidak jauh berbeda. Meski begitu, optimisme jelas tergambar di wajahnya. Ekonomi tahun ini akan jauh lebih bagus dibanding tahun lalu.

“Kami harus disiplin, hati-hati, sambil tetap mencari peluang. Industri tumbuh single digit, kami menargetkan bisa tumbuh 20%,” katanya.

Kuncinya adalah efisiensi permodalan dan juga biaya. Perseroan berusaha meningkatkan produktivitas karyawan, antara lain dengan memberi kewenangan kepada masing-masing kantor cabang. Setiap kantor cabang mesti mengerti kebutuhan nasabah dan komunitas di sekitarnya.

Kalau dulu semuanya harus melalui pengarahan dari kantor pusat, kantor cabang kini diberi kebebasan yang bertanggung jawab. Dengan kata lain, masing-masing cabang bisa memberikan solusi dan produk yang tepat sehingga loyalitas nasabah meningkat.

parwati

“Contoh, ada satu cabang di pasar. Dulu, para sales hanya bisa menjual produk consumer. Padahal, nasabah kebanyakan pedagang yang keperluannya lebih ke produk bisnis,” katanya.

Tantangan terbesar, lanjut dia, adalah bagaimana menjaga kualitas aktiva dengan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) rendah. Tahun 2015, NPL perseroan hanya 1%. Strateginya adalah mengantisipasi sektor mana saja yang paling terkena dampak perlambatan ekonomi.

Contohnya, sektor batubara terdampak berapa besar. Kemudian, perseroan menganalisis kemampuan nasabah-nasabah di sektor tersebut. Upaya persuasif juga dilakukan dengan nasabah sehingga solusi terbaik bisa dicapai.

“Kami proaktif diskusi dengan mereka menawarkan apa yang bisa kami bantu. Dengan demikian, nasabah merasa didukung. Kalau keuangannya sedang slow, tetapi dia masih yakin bisa tumbuh, itu pun terus kami pelajari,” ujarnya.

Ia bersyukur kredit properti yang telah disalurkan tak lantas macet karena situasi ekonomi yang kurang kondusif. Analisis mendalam tentang target pasar, serta laporan keuangan dilakukan sebelum mencari nasabah baru.

“Tahun ini, sektor yang akan diperkuat. Cukup banyak yang masih visible. Consumer good dan farmasi baik, CPO juga baik,” katanya.

Sepanjang tahun 2015, perseroan mencatat pertumbuhan volume usaha 20% dan laba 12% tanpa memperhitungkan kurs. Provisi naik cukup cepat, termasuk pencadangan untuk kredit bermasalah, menjadi perhatian tersendiri. Margin bunga bersih otomatis lebih rendah.

“Resiko terbesarnya adalah resiko kredit. Dengan ekonomi slow down, rupiah melemah, harga naik, usaha jadi sulit. Bukan hanya demand yang turun tapi harga naik,” katanya. (Reportase: Rizky C. Septania)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved