Management Strategy

BI Mulai Longgar, Ekonomi Cepat Pulih

BI Mulai Longgar, Ekonomi Cepat Pulih

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menilai Bank Indonesia tak lagi seketat dulu. Ini terlihat dari penurunan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 0,25% akhir pekan lalu. “Tahun ini BI lebih akomodatif, dibanding dua tahun lalu yang sangat ketat. Sekarang sudah mulai longgar,” katanya.

Bahkan, Bank Sentral diyakini masih punya ruang untuk menurunkan BI rate hingga 2-3 kali masing-masing sebesar 25 bps untuk mendukung pertumbuhan sektor infrastruktur. Dengan kondisi BI Rate yang lebih rileks, ruang untuk ekonomi bertumbuh semakin besar.

“Nilai tukar rupiah sejalan dengan fundamentalnya, kebijakan makroprudensial yang akomodatif tetap dilakukan, koordinasi pemerintah diperkuat, inflasi lebih rendah, stabilitas sistem keuangan terjaga, BI kini lebih pro pertumbuhan daripada dulu yang pro stabilitas,” katanya.

Kepala BNI Ryan

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto (kiri)

Ryan yakin kondisi ekonomi RI pada tahun ini akan jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Faktor eksternal yang menghambat perekonomian Indonesia sudah mulai mereda. Pembangunan infrastruktur menjadi kunci pertumbuhan ekonomi dalam tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.

Pemerintah harus fokus menjaga daya beli masyarakat mengingat konsumsi domestik dan tentu saja belanja pemerintah masih menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk membangun infrastruktur dibutuhkan anggaran hingga Rp 5.519 triliun sampai 2019 mendatang.

Dia menjelaskan, suku bunga Amerika Serikat (The Fed Fund Rate) sudah tidak menjadi tantangan lagi. Di mana, banyak pihak sudah memprediksi akan ada penyesuaian suku bunga secara bertahap sampai 2,5% di 2017.

Yang harus menjadi perhatian adalah faktor eksternal seperti harga minyak dan komoditas lainnya yang masih terjun bebas. Demikian juga perkembangan ekonomi raksasa dunia, Tiongkok. Indonesia dan semua negara di dunia memiliki hubungan dagang dengan Negeri Tirai Bambu.

“Perlambatan ekonomi Tiongkok kini lebih mengkhawatirkan dibanding kondisi AS. Yang harus dicermati, apakah perlambatan pertumbuhan Tiongkok kemarin sudah berada di posisi paling bawah atau belum,” katanya.

Ia memerkirakan ekonomi RI pada tahun ini bisa tumbuh hingga 5,3%, beda tipis dari asumsi BI di level 5,2%-5,6% dan World Bank di level 5,5%. Sementara, kurs rupiah diproyeksikannya berada di level Rp 13.500 per dolar AS.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved