Marketing Strategy

Uniknya TeCi, Menawan Hati

Oleh Admin
Uniknya TeCi, Menawan Hati

Ruang publik baru Teras Cikapundung di lereng Jalan Siliwangi, Kota Bandung, punya beberapa keunikan. Selain kolam ikan yang langka di Sungai Cikapundung, ada bebatuan kali yang ditumpuk tegak atau rebah dengan perekat alami di taman-taman kecil. Tersembunyi di bawah teras sisi selatan, terpasang instalasi air mandiri dari tujuh mata air.

Teras Cikapundung, atau disingkat Teci, dengan area seluas 1 hektare lebih, mengapit aliran Sungai Cikapundung di sisi Jalan Siliwangi Kota Bandung. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Air dan pemerintah Kota Bandung memulai pembangunannya pada 2015.

Di sisi selatan yang dibangun dengan gaya modern, terdapat air mancur bernyanyi dan biasa, seni instalasi, kolam, dan amphitheatre. Teras yang dibuat berundak mengikuti kontur lereng ini diperkukuh benteng untuk menahan erosi dan abrasi sungai. Di kolong lantai teras itu terdapat instalasi air bersih mandiri yang airnya berasal dari tujuh titik mata air di sana. “Kami membangun sendiri fasilitas itu, airnya bukan dari PDAM,” kata petugas Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air, Yayat Yuliana.

teci

Teras Cikapundung (Foto:www.infobandung.co.id)

Jika teras di sisi selatan lebih bergaya modern dan perkotaan, area di sisi utara yang lebih rindang menonjolkan kearifan lokal. Lahan tepi sungainya dibuat taman dan kolam tempat pembenihan ikan langka di Sungai Cikapundung, seperti kehkel, beunteur, bader, kancra, tawes, nilem, dan sepat. Penahan erosi sungainya pun berupa bronjong kawat. “Air hujan yang meresap ke tanah keluar lagi mengalir ke sungai, sehingga ikut memperbaiki kualitas air Cikapundung,” kata Sekretaris Komunitas Cikapundung, Aqli Syahbana.

Di taman sudut area dekat gerbang jembatan, komunitas yang ikut mengelola Teci menumpuk batu-batu penyangga yang berdiri tegak dengan batu sungai lain dalam posisi berdiri atau rebah. Perekatnya sederhana saja, yakni hanya tanah basah. Cara serupa mereka terapkan untuk menambal dinding tepi sungai yang bolong karena abrasi.

Menurut Yayat, ruang publik dengan pembangunan sebesar Rp 14 miliar itu bukan tempat foto-foto selfie dan pelesir biasa. “Konsepnya ini taman edukasi tentang sungai,” katanya. Komunitas Cikapundung pun ingin mengubah kesan sungai sebagai tempat buang sampah orang dengan cara meminimalkan tempat sampah yang ada. Pengunjung yang membawa kuliner diminta untuk membawa kembali sampah kemasannya ke luar area.

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved