Imam Fokuskan Kehati-hatian di BNI Syariah
Saat kondisi ekonomi masih belum menentu, pucuk pimpinan BNI Syariah mesti berganti. Imam Teguh Saptono menerima tongkat estafet kepemimpinan dari tangan Dinno Indiano, Dirut BNI Syariah sebelumnya. Kehati-hatian menjadi fokus utama sang nakhoda baru. BNI Syariah masih fokus pada segmen pembiayaan konsumer, terutama KPR untuk pembiayaan rumah pertama. Selanjutnya, segmen UKM dengan nilai pembiayaan hingga Rp 15 miliar, kemudian komersial terpilih dengan nilai Rp 15-200 miliar.
“Ini sesuai dengan kompetensi kami. Ke depan, kompetisi akan semakin ketat. Apalagi dengan dimulainya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),” kata Imam.
Inovasi pembiayaan juga terus dilakukan. Setelah Griya Konstruksi, yakni model pembiayaan KPR ke developer yang menggunakan akad musyarakah murni, BNI Syariah telah siap meluncurkan produk yang memanfaatkan aset tanah wakaf. Namanya adalah Griya Swa Karya. “Ini hanya bisa dilakukan oleh bank syariah. Bank konvensional tidak bisa karena penyalurannya harus berupa pembiayaan,” kata pria yang hobi touring dengan motor besarnya itu.
Dari sisi penghimpunan dana, pelayanan terbaik mutlak dibutuhkan untuk meningkatkan basis nasabah. Pengalaman menggunakan produk-produk BNI Syariah juga akan meningkatkan loyalitas nasabah. Menyusul Hasanah Card dan variannya, anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ini akan segera merilis Tap Cash Hasanah yang akan memudahkan penggunanya dalam membayar tol dan angkutan massal di Jakarta.
“Kartu Migran Hasanah, serta Kartu Haji dan Umrah sudah banyak peminatnya. Peluncuran kartu baru seperti e-toll akan meningkatkan pengalaman pengguna. Semakin banyak transaksi, akan mendorong penambahan jumlah DPK,” kata Imam.
Sepanjang tahun 2015, BNI Syariah mencetak laba Rp 228,53 miliar atau tumbuh 39,98% dari tahun 2014. Hal ini didukung dengan adanya pertumbuhan pembiayaan sebesar 18,09% dari tahun sebelumnya Rp 15,04 triliun menjadi Rp 17,77 triliun. Pembiayaan konsumtif masih mendominasi yakni 52,71%, diikuti pembiayaan produktif UKM 22,26%, pembiayaan komersial 17,22%, pembiayaan mikro 5,62%, dan pembiayaan kartu Hasanah Card 2,15%. Pertumbuhan pembiayaan tersebut tetap menjaga kualitas dengan NPF sebesar 2,53%.
Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 18,94% dari tahun sebelumnya Rp 16,25 triliun menjadi Rp 19,32 triliun. Strategi peningkatan DPK, antara lain melalui mass funding dengan fokus utama pada tabungan membuat rasio CASA naik dari 45,38% menjadi 46,15% “Tahun ini, BNI Syariah menargetkan pembiayaan tumbuh 15-20%. Kami juga akan meningkatkan kerjasama dengan induk untuk meningkatkan pembiayaan. Saat ini, semua bank over likuid sehingga butuh outlet,” kata pria yang lahir di Jakarta, 1969 ini.