Komitmen Medco Membangun Bisnis Hijau
Minyak adalah produk utama PT Medco Energy International Tbk (Medco Energy). Minyak yang tak terbarukan, masih menjadi sumber energi utama di dunia. Seperti juga batubara, pembakarannya bisa mencemari udara dan menimbulkan efek rumah kaca.Tapi, perseroan punya 4 strategi jitu untuk membangun bisnis yang ramah lingkungan.
“Ada 4 program operasi strategis kami dalam menciptakan perusahaan yang sustanaible. Pertama adalah Energy Conservation, kedua Green House Gas, ketiga Waste Treatment Centre dan terakhir adalah Organic Farming,” kata Ibrahim Arsyad, Manager Environment Dept, Medco Energy.
Menurut dia, konservasi energi lebih ditujukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Caranya, dengan mengonversi gas suar bakar. Mobil operasional perseroan juga menggunakan bahan bakar nabati, seperti biodiesel. Medco Energy tercatat sebagai pionir penggunaan biodiesel di Indonesia.
“Dari program ini, jumlah emisi yang terserap sebanyak 876,67 ton CO2. Medco Energy juga pionir dalam penerapan zero discharge. Jadi, tidak ada air limbah yang terbuang dari proses produksi,” katanya.
Pada program green house gas, Medco Energy menggunakan very low pressure gas compressor (VLGC) agar bisa mengonversi minyak mentah menjadi gas alam terkompresi (CNG) untuk pemakaian pembangkit generator dan beberapa permukiman. Dengan metode ini, perseroan berhasil mengurangi suar hingga 560.68 BBTU.
“Kami juga punya waste treatment center yang bisa memproduksi rata-rata 4,9 ton kompos setiap tahunnya. Kami bangga menjadi satu-satunya perusahaan minyak yang mengolah limbah secara terintegrasi meski tidak di semua tempat, serta melibatkan masyarakat sekitar,” katanya.
Dia menjelaskan, perseroan ingin menjadi rujukan bagi perusahaan lain dalam pengelolaan lingkungan dengan organic farming. PT Medco E&P Indonesia, khususnya Blok Rimau Riau mendapat penghargaan Proper 5 tahun berturut-turut dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkat program tersebut.
“Kami ingin menanamkan budaya organik. Jadi, tidak menggunakan bahan atau produk kimia. Contoh sederhananya adalah pupuk yang bahan bakunya dari gas. Gas berasal dari alam yang suatu saat akan habis stoknya. Jadi, budaya organik itu penting,” katanya.
Ada beberapa program yang digarap, seperti perkebunan karet organik di 13 desa di Musi Rawas dan Musi Banyuasin. Selanjutnya, intensifikasi sistem beras yang turut mensejahterakan 407 petani di 21 desa lintas Sumatera Utara, Barat, Borneo, dan Kalimantan Tengah. Ada juga, budidaya ikan lele organik di 14 desa di sekitar Sumatera Utara, Borneo Utara, dan Kalimantan Tengah. Termasuk, pengobatan herbal di 19 desa di 5 wilayah di Sumatera Utara. (Reportase: Syukron Ali)