Langkah Gubernur Kalimantan Timur Tingkatkan Ekonomi Daerah
Kalimantan Timur dapat dikatakan sebagai gerbang masuknya pergerakan ekonomi di Indonesia bagian timur. Untuk menarik orang supaya datang berkunjung, serambi depan haruslah dipoles sebaik mungkin. Selayaknya gerbang pada umumnya, pembenahan patut dilakukan dan dibuat sebaik mungkin. Adalah Awang Faruk, Gubernus Kalimantan Timur, orang di balik kemajuan di provinsi tersebut. Daerah yang tadinya hanya bergantung pada komoditas, secara bertahap menjadi daerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kuncinya adalah pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di Kalimantan Timur, sehingga langkah ini kemudian akan membentuk ekosistem ekonomi sendiri secara terpadu.
Sebagai pemimpin, Pria kelahiran tenggarong 68 tahun silam ini mengaku tidak ingin berada di zona nyaman. Sebagai putra daerah, Awang ingin melakukan hal terbaik untuk negara. Oleh sebab itulah, di masa kepemimpinannya di Kalimantan Timur, ia banyak melakukan breaktrough untuk ukuran pemimpin daerah.Di Tahun 2002, Awang mengklaim bahwa dirinya merupakan pelopor pemanfaatan teknologi informasi di daerahnya. Selain itu, ia juga memiliki impian untuk membangun kawasan industri, transportasi tol dan kereta api penumpang untuk masyarakat Kalimantan Timur. Banyak kalangan pesimis dengan mimpi tersebut. Namun, selama 20 tahun kariernya, Awang tetap memperjuangkan mimpinya.
“Dalam memimpin, saya selalu memiliki visi yang sifatnya jangka panjang. Saya tidak ingin memberikan keputusan yang populis dan sifatnya sementara. Sebagai putra daerah, saya ingin memajukan daerah saya. Saya berprinsip, kerajaan pertama di Indonesia, Kutai asalnya dari Kalimantan Timur. Oleh sebab itu, Kalimantan Timur seharusnya tidak kalah maju dengan daerah lain di Indonesia,” ujar lulusan program doktor dari Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga ini.
Meski demikian, menjadikan visinya menjadi nyata bukanlah hal mudah. Banyak halangan melintang, mulai dari birokrasi hingga kondisi masyarakat sendiri. Ia mencontohkan, ketika melakukan pembangunan jalan tol yang melewati area konservasi, banyak pro dan kontra dari masyarakat maupun peraturan yang ada.
“Ketika saya berancana membangun jalan tol, masalahnya terbentur konservasi. Karena jalan tol yang nantinya akan ada itu melewati jalur konservasi. Bagi saya tidak masalah. Karena saya lihat, di luar negeri banyak area konservasi yang kemudian dibangun highway. Program itu sempat mangkrak 10 tahun, dan setelah 15 tahun akhirnya jalan tersebut kembali dilanjutkan karena sesuai dengan tata ruang dan dana tol nasional,” Awang menambahkan. Selain jalan tol, ada beberapa hal lagi yang menjadi prioritas jangka panjang bagi Awang, di antaranya kawasan bisnis Maloy, pelabuhan internasional, serta jalur kereta api penumpang.
“Dalu, yang bisa melihat kereta api adalah orang yang sudah pernah ke Jawa, dan ke sebagian Sumatera saja. Tapi, saya harap ke depan hal itu tidak terjadi lagi. Orang Kalimantan juga bisa melihat kereta api. Demikian juga, ketika adanya penggantian nama bandara, banyak masyarakat yang menolak. Tapi dengan pendekatan akhirnya semua bisa menerima,” ujarnya mengengang.
Mencari Dukungan Hingga Rusia
Mewujudkan infrastruktur terpadu di Kalimantan Timur bukanlah hal yang mudah. Untuk mengurus pembangunan jalan tol saja, ia sempat berbenturan dengan peraturan. Jalan tol yang berbenturan dengan peraturan mengenai konservasi. Demikian juga soal transportasi kereta, saat itu berbenturan dengan undang undang perkereta-apian. “Dulu saya bicara hal ini dengan Pak Jonan. Namun ia tidak bisa berbuat apa apa. Karena menentang undang undang mengenai kereta api. Namun, saya tidak berhenti di situ saja. Saya menghadap Presiden Jokowi. Ia mengatakan, saya tidak salah, begitu pula kata Pak Jonan. Maka pada saat itu, pak Jokowi memutuskan untuk mengubah undang undangnya. Karena itulah proyek ini saat ini bisa berjalan,” tutur Awang
Selain birokrasi dan keterbatasan dana, keterbatasan sumber daya manusia menjadi penyebabnya. Sadar akan hal tersebut, Awang berpikir keras, bagaimana caranya agar mimpinya bisa tercapai tanpa tergantung dari dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). “Kalau dari APBD saja bisa mewujudkan jalan tol, dan kereta api itu dusta. Oleh sebab itu, saya memikirkan jalan lain. Saya melakukan kunjungan ke Rusia. Di situlah saya akhirnya menemukan jalan. Beberapa perusahaan Rusia mau bekerja sama dengan kami untuk pembangunan infrastruktur. Dana yang digelontorkan-pun tidak main main, US$ 5.472 juta,” ujar Awang. Kunjungan ke Rusia bisa dikatakan sedikit melawan arus. Pasalnya, belakangan Pemerintah justru gencar melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, Jepang, dan China. Namun, bagi Awang, Rusia memiliki karakteristik budaya dan teknologi yang mumpuni. Sebagai hasil nyata, ia berhasil menggaet Russian Railway dan Rosatum, perusahaan nuklir non profit di Rusia untuk pembuatan kereta api dan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
Persiapkan Sumber Daya Manusia Hingga Tahun 2030
Kalimantan Timur diprediksi akan menjadi provinsi maju di tahun 2030. Oleh sebab itu, ke depan Awang memang banyak menaruh perhatian pada infrastruktur dan reformasi ekonomi untuk Kalimantan Timur. Tentu saja, hal tersebut memang butuh banyak pengorbanan. Apalagi ketika tujuannya adalah mengubah mindset masyarakat yang tadinya bergantung pada komoditas alam menjadi masyarakat yang hidup di sektor ekonomi lebih baik.
“Saya sadar bahwa ke depan Kalimantan Timur tidak akan bisa lagi bergantung pada sumber kekayaan mineral. Karena itu, saya melirik potensi lain di Kalimantan Timur. Dari semua sektor yang ada, hal yang paling berpotensi terdapat pada agribisnis dan agro industri. Saya ingin menjadikan Kalimantan Timur sebagai lumbung padi nasional. Oleh sebab itu, saya menerapkan aksi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk merealisasikan hal tersebut,” Awang menegaskan.
Untuk melengkapi hal tersebut, Awang juga menaruh perhatian pada sumber daya manusia. Ia gencar menggelontorkan dana untuk pendidikan, terutama putra putri daerah untuk belajar ke luar negeri. “Saya memberikan beasiswa penuh pada 400 ribu putra putri daerah dalam waktu satu tahun. Saya juga mengirimkan 200 orang tahun ini di Rusia. Mereka adalah orang-orang yang akan berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Kalimantan Timur. Saya juga mengirimkan tenaga kesehatan ke Russia untuk belajar kesehatan di sana,” tutur awang.